Fatimah binti Muhammad SAW Az-Zahra

Fatimah binti Muhammad SAW Az-Zahra

 Fatimah adalah "ibu dari ayahnya." Dia adalah puteri yang

mulia dari dua pihak, yaitu puteri pemimpin para makhluq

Rasulullah SAW, Abil Qasim, Muhammad bin

Abdullah bin   Abdul Muththalib bin Hasyim.

Dia juga digelari Al-Batuul, yaitu yang memusatkan

perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam

 hal keutamaan, ilmu,  akhlaq, adab, hasab dan nasab.

 

        Fatimah lebih muda dari Zainab, isteri Abil Ash

bin Rabi' dan Ruqayyah, isteri Utsman bin Affan.

Juga dia lebih muda dari Ummu Kultsum. Dia adalah

anak yang paling dicintai Nabi SAW sehingga beliau

bersabda :"Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga

menyusahkan aku dan apa yang mengganggunya juga menggangguku." [Ibnul

Abdil Barr dalam "Al-Istii'aab"]

 

        Sesungguhnya dia adalah pemimpin wanita dunia dan penghuni

syurga yang paling utama, puteri kekasih Robbil'aalamiin, dan ibu dari

Al-Hasan dan Al-Husein. Az-Zubair bin Bukar berkata :"Keturunan Zainab

telah tiada dan telah sah riwayat, bahwa Rasulullah SAW menyelimuti

Fatimah dan suaminya serta kedua puteranya dengan pakaian seraya ber-

kata :"Ya, Allah, mereka ini adalah ahli baitku. Maka hilangkanlah

dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya." ["Siyar

A'laamin Nubala', juz 2, halaman 88]

 

        Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :"Datang Fatimah kepada

Nabi SAW meminta pelayan kepadanya. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya :

"Ucapkanlah :"Wahai Allah, Tuhan pemilik bumi dan Arsy yang agung.

Wahai, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu yang menurunkan Taurat,

Injil dan Furqan, yang membelah biji dan benih. Aku berlindung kepada-

Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau kuasai nyawanya. Engkau-

lah awal dan tiada sesuatu sebelum-Mu. Engkau-lah yang akhir dan tiada

sesuatu di atas-Mu. Engkau-lah yang batin dan tiada sesuatu di bawah-

Mu. Lunaskanlah utangku dan cukupkan aku dari kekurangan." (HR. Tirmidzi)

 

        Inilah Fatimah binti Muhammad SAW yang melayani diri sendiri

dan menanggung berbagai beban rumahnya. Thabrani menceritakan, bahwa

ketika kaum Musyrikin telah meninggalkan medan perang Uhud, wanita-

wanita sahabah keluar untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin.

Di antara mereka yang keluar terdapat Fatimah. Ketika bertemu Nabi SAW,

Fatimah memeluk dan mencuci luka-lukanydengan air, sehingga darah

semakin banyak yangk keluar. Tatkala Fatimah melihat hal itu, dia

mengambil sepotong tikar, lalu membakar dan membubuhkannya pada luka

itu sehingga melekat dan darahnya berhenti keluar." (HR. Syaikha dan

Tirmidzi) Dalam kancah pertarungan yang dialami ut kita, tampaklah

peranan puteri Muslim supaya menjadi teladan yang baik bagi pemudi

Muslim masa kini.

 

        Pemimpin wanita penghuni Syurga Fatimah Az-Zahra', puteri Nabi

SAW, di tengah-tengah pertempuran tidak berada dalam sebuah panggung

yang besar, tetapi bekerja di antara tikaman-tikaman tombak dan pukulan-

pukulan pedang serta hujan anak panah yang menimpa kaum Muslimin untuk

menyampaikan makanan, obat dan air bagi para prajurit. Inilah gambaran

lain dari pute sebaik-baik makhluk yang kami persembahkan kepadada para

pengantin masa kini yang membebani para suami dengan tugas yang tidak

dapat dipenuhi.

 

        Ali r.a. berkata :"Aku menikahi Fatimah, sementara kami tidak

mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu

malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari.

Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu." Ketika Rasulullah SAW

menikahkannya (Fatimah), belmengirimkannya (unta itu) bersama satu

lembar kain dan bantal kulit berisi ijuk dan dua alat penggiling gandum,

sebuah timba dan dua kendi. Fatimah menggunakan alat penggiling gandum

itu hingga melecetkan tangannya dan memikul qirbah (tempat air dari kulit)

berisi air hingga berbekas pada dadanya. Dia menyapu rumah hingga berdebu

bajunya dan menyalakan api di bawah panci hingga mengotorinya juga. Inilah

dia, Az-Zahra', ibu kedua cucu Rasulullah SAW :Al-Hasan dan Al-Husein.

 

        Fatimah selalu berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan

bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam hatinya yang

penyayang. Dunia selalu mengingat Fatimah, "ibu ayahnya, Muhammad", Al-

Batuul (yang mencurahkan perhatiannya pada ibadah), Az-Zahra' (yang ce-

merlang), Ath-Thahirah (yang suci), yang taat beribadah dan menjauhi

keduniaan. Setiap merasa lapar, dia selalu sujud, dan setiap merasa payah,

dia selalu berdzikir. Imam Muslim menceritakan kepada kita tentang keuta-

maan-keutamaannya dan meriwayatkan dari Aisyah' r.a. dia berkata :

 

        "Pernah isteri-isteri Nabi SAW berkumpul di tempat Nabi SAW. Lalu

datang Fatimah r.a. sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan jalan

Rasulullah SAW. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menyambutnya seraya

berkata :"Selamat datang, puteriku." Kemudian beliau mendudukkannya di

sebelah kanan atau kirinya. Lalu dia berbisik kepadanya. Maka Fatimah

menangis dengan suara keras. Ketika melihat kesedihannya, Nabi SAW ber-

bisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fatimah tersenyum. Setelah itu

aku berkata kepada Fatimah :Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara

khusus di antara isteri-isterinya, kemudian engkau menangis!" Ketika Nabi

SAW pergi, aku bertanya kepadanya :"Apa yang dikatakan Rasulullah SAW

kepadamu ?" Fatimah menjawab :"Aku tidak akan menyiarkan rahasia Rasul

Allah SAW." Aisyah berkata :"Ketika Rasulullah SAW wafat, aku berkata

kepadanya :"Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah

kepadaku apa  yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu itu ?" Fatimah pun

menjawab :"Adapun sekarang, maka baiklah. Ketika berbisik pertama kali

kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril biasanya memeriksa

bacaannya terhadap Al Qur'an sekali dalam setahun, dan sekarang dia

memerika bacaannya dua kali. Maka, kulihat ajalku sudah dekat. Takutlah

kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahului-

mu." Fatimah berkata :"Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau

lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku,

dan berkata :"Wahai, Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin

wanita-wanita kaum Mu'min  atau ummat ini ?" Fatimah berkata :"Maka aku

pun tertawa seperti yang engkau lihat."

 

        Inilah dia, Fatimah Az-Zahra'. Dia hidup dalam kesulitan, tetapi

mulia dan terhormat. Dia telah menggiling gandum dengan alat penggiling

hingg berbekas pada tangannya. Dia mengangkut air dengan qirbah hingga

berbekas pada dadanya. Dan dia menyapu rumahnya hingg berdebu bajunya.

Ali r.a. telah membantunya dengan melakukan pekerjaan di luar. Dia ber-

kata kepada ibunya, Fatimah binti Asad bin Hasyim :"Bantulah pekerjaan

puteri Rasulullah SAW di luar dan mengambil air, sedangkan dia akan men-

cupimu bekerja di dalam rumah :yaitu membuat adonan tepung, membuat roti

dan menggiling gandum."

 

        Tatkala suaminya, Ali, mengetahui banyak hamba sahaya telah

datang kepada Nabi SAW, Ali berkata kepada Fatimah, "Alangkah baiknya

bila engkau pergi kepada ayahmu dan meminta pelayan darinya." Kemudian

Fatimah datang kepada Nabi SAW. Maka beliau bertanya kepadanya :"Apa

sebabnya engkau datang, wahai anakku ?" Fatimah menjawab :"Aku datang

untuk memberi salam kepadamu." Fatimah merasa malu untuk meminta kepadanya,

lalu pulang. Keesokan harinya, Nabi SAW datang kepadanya, lalu bertanya :

"Apakah keperluanmu ?" Fatimah diam.

 

        Ali r.a. lalu berkata :"Aku akan menceritakannya kepada Anda,

wahai Rasululllah. Fatimah menggiling gandum dengan alat penggiling

hingga melecetkan tangannya dan mengangkut qirbah berisi air hingga

berbekas di dadanya. Ketika hamba sahaya datang kepada Anda, aku me-

nyuruhnya agar menemui dan meminta pelayan dari Anda, yang bisa mem-

bantunya guna meringankan bebannya."

 

        Kemudian Nabi SAW bersabda :"Demi Allah, aku tidak akan memberikan

pelayan kepada kamu berdua, sementara aku biarkan perut penghuni Shuffah

merasakan kelaparan. Aku tidak punya uang untuk nafkah mereka, tetapi aku

jual hamba sahaya itu dan uangnya aku gunakan untuk nafkah mereka."

 

        Maka kedua orang itu pulang. Kemudian Nabi SAW datang kepada mereka

ketika keduanya telah memasuki selimutnya. Apabila keduanya menutupi kepala,

tampak kaki-kaki mereka, dan apabila menuti kaki, tampak kepala-kepala

mereka. Kemudian mereka berdiri. Nabi SAW bersabda :"Tetaplah di tempat

tidur kalian. Maukah kuberitahukan kepada kalian yang lebih baik daripada

apa yang kalian minta dariku ?" Keduanya menjawab :"Iya." Nabi SAW bersabda:

"Kata-kata yang diajarkan Jibril kepadaku, yaitu hendaklah kalian mengucap-

kan : Subhanallah setiap selesai shalat 10 kali, Alhamdulillaah 10 kali

dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur, ucapkan Subhanallah

33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan takbir (Allahu akbar) 33 kali."

 

        Dalam mendidik kedua anaknya, Fatimah memberi contoh : Adalah

Fatimah menimang-nimang anaknya, Al-Husein seraya melagukan :"Anakku

ini mirip Nabi, tidak mirip dengan Ali."

 

        Dia memberikan contoh kepada kita saat ayahandanya wafat. Ketika

ayahnya menjelang wafat dan sakitnya bertambah berat, Fatimah berkata :

"Aduh, susahnya Ayah !" Nabi SAW menjawab :"Tiada kesusahan atas Ayahanda

sesudah hari ini." Tatkala ayahandanya wafat, Fatimah berkata :"Wahai,

Ayah, dia telah memenuhi panggilang Tuhannya. Wahai, Ayah, di surfa Firdaus

tempat tinggalnya. Wahai, Ayah, kepada Jibril kami sampaikan beritanya."

 

        Fatimah telah meriwayatkan 18 hadits dari Nabi SAW. Di dalam

Shahihain diriwayatkan satu hadits darinya yang disepakati oleh Bukhari

dan Muslim dalam riwayat Aisyah. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Tirmi-

dzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud.  Ibnul Jauzi berkata :"Kami tidak mengetahui

seorang pun di antara puteri-puteri Rasulullah SAW yang lebih banyak me-

riwayatkan darinya selain Fatimah."

 

        Fatimah pernah mengeluh kepada Asma' binti Umais tentang tubuh

yang kurus. Dia berkata :"Dapatkah engkau menutupi aku dengan sesuatu ?"

Asma' menjawab :"Aku melihat orang Habasyah membuat usungan untuk wanita

dan mengikatkan keranda pada kaki-kaki usungan." Maka Fatimah menyuruh

membuatkan keranda untuknya sebelum dia wafat. Fatimah melihat keranda

itu, maka dia berkata :"Kalian telah menutupi aku, semoga Allah menutupi

aurat kalian." [Imam Adz-Dzhabi telah meriwayatkan dalam "Siyar A'laamin

Nubala'. Semacam itu juga dari Qutaibah bin Said ...dari Ummi Ja'far]

 

        Ibnu Abdil Barr berkata :"Fatimah adalah orang pertama yang

dimasukkan ke keranda pada masa Islam." Dia dimandikan oleh Ali dan

Asma', sedang Asma' tidak mengizinkan seorang pun masuk. Ali r.a.

berdiri di kuburnya dan berkata :

 

        Setiap dua teman bertemu tentu

        akan berpisah

        dan semua yang di luar kematian

        adalah sedikit kehilangan satu demi satu

        adalah bukti bahwa teman itu

        tidak kekal

 

        Semoga Allah SWT meridhoinya. Dia telah memenuhi pendengaran,

mata dan hati. Dia adalah 'ibu dari ayahnya', orang yang paling erat

hubungannya dengan Nabi SAW dan paling menyayanginya. Ketika Nabi SAW

terluka dalam Perang Uhud, dia keluar bersama wanita-wanita dari Madinah

menyambutnya agar hatinya tenang. Ketika melihat luka-lukanya, Fatimah

langsung memeluknya. Dia mengusap darah darinya, kemudian mengambil air

dan membasuh mukanya.

 

        Betapa indah situasi di mana hati Muhammad SAW berdenyut

menunjukkan cinta dan sayang kepada puterinya itu. Seakan-akan

kulihat Az-Zahra' a.s. berlinang air mata dan berdenyut hatinya

dengan cinta dan kasih sayang. Selanjutnya, inilah dia, Az-Zahra',

puteri Nabi SAW, puteri sang pemimpin. Dia memberi contoh ketika

keluar bersama 14 orang wanita, di antara mereka terdapat Ummu

Sulaim binti Milhan dan Aisyah Ummul Mu'minin r.a. dan mengangkut

air dalam sebuah qirbah dan bekal di atas punggungnya untuk memberi

makan kaum Mu'minin yang sedang berperang menegakkan agama Allah SWT.

 

Semoga kita semua, kaum Muslimah, bisa meneladani para wanita mulia

tersebut. Amiin yaa Robbal'aalamiin.

 

Wallahu a'lam bishowab.[]

 

Sumber Tulisan:

 

http://www.sunnah.org/history/Sahaba/Indon/fatima2.html