Makanan bervitamin

Grapefruit adalah salah satu jenis makanan yang harus dihindari sesaat setelah meminum obat karena efek sampingnya yang berbahaya. Tak hanya grapefruit, ada beberapa jenis makanan lain yang harus dihindari saat mengonsumsi obat.

Beberapa obat bisa menjadi berbahaya jika dimakan dengan makanan tertentu. Karena itu bacalah baik-baik label di kemasan obat untuk mencari tahu peringatan apa yang harus Anda perhatikan. Atau bertanyalah kepada dokter atau apoteker tentang jenis makanan apa saja yang harus dihindari selama mengonsumsi obat tersebut.

Berikut ini jenis makanan yang bisa memimbulkan bahaya jika dikonsumsi dengan obat tertentu, seperti dikutip dari
 CBCNews, Sabtu (1/12/2012):

1. Makanan yang mengandung Vitamin K

Makanan yang kaya Vitamin K dapat membuat warfarin (obat anticoagulant atau pengencer darah) menjadi kurang efektif. Demikian menurut Institut Kesehatan Nasional Inggris. Warfarin merupakan obat yang biasa diresepkan.

Makanan yang mengandung Vitamin K antara lain peterseli dan ketumbar, sayuran hijau seperti bayam dan swiss chard, kedelai, buncis, keju cheddar, dan teh hijau.

2. Likoris hitam

Makan banyak likoris hitam dapat meningkatkan kemungkinan toksitasi bagi orang-orang yang sedang mengonsumsi obat Lanoxin yang diberikan pada pasien gagal jantung atau yang mengalami gangguan irama jantung. Likoris juga membuat obat tekanan darah tinggi dan diuretik menjadi kurang efektif. Demikian pandangan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS.
 

3. Makanan yang Mengandung kalsium

Kalsium dari makanan yang terbuat dari susu atau suplemen bisa mengakibatkan masalah terkait penyerapan obat tiroid atau antibiotik seperti ciprofloxacin atau levofloksasin. Demikian disampaikan Dr David Juurlink, ahli keamanan obat di Universitas Toronto.

4. Alkohol

Alkohol juga menyebabkan masalah bagi mereka yang mengonsumsi berbagai obat, termasuk obat pengencer darah seperti warfarin, antibiotik, anti-depressant, obat diabetes, anti-psikotik seperti Thorazine dan obat anti-kejang. Dampak yang dihasilkan tergantung pada obat yang dikonsumsi, misalnya pada beberapa obat diabetes, mengonsumsi alkohol dapat menyebabkan mual atau sakit kepala. Demikian disampaikan Jasa Layanan Kesehatan Alberta.
(detikhealth)

*

Latah Angkat Telepon Menandakan Seseorang Merasa Terabaikan

 Bayangkan ada 2 orang sedang ngobrol asyik, lalu mendadak salah satu harus mengangkat telepon. Biasanya karena merasa terabaikan, partner ngobrolnya akan latah ikut-ikutan mengangkat telepon meski tidak ada panggilan maupun SMS masuk.

Menurut para peneliti dari University of Michigan, perilaku latah mengangkat telepon adalah hal yang wajar dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Meski belum bisa dipastikan, kemungkinan penyebabnya adalah perasaan agak terabaikan atau tercampakkan.

Untuk membuktikannya, para peneliti mengamati sejumlah mahasiswa di kampus-kampus dan coffee shop antara Januari hingga April 2011. Para peneliti mengamati pasangan mahasiswa yang duduk semeja selama 20 menit, lalu mencatat aktivitas penggunaan ponsel tiap jeda 10 detik.

Secara keseluruhan, tercatat penggunaan ponsel pada tiap pasangan terjadi pada 24 persen interval yang diamati. Menariknya, pemakaian ponsel meningkat jadi 39,5 persen ketika partner makannya menerima panggilan telepon pada interval 10 detik sebelumnya.

"Beberapa kali memang ini berlaku pada orang yang mengecek email atau pesan pendek. Tapi perilaku ikut-ikutan mengangkat ponsel ini terjadi beberapa kali dalam sebuah interaksi selama 15 menit," kata Daniel Kruger yang memimpin penelitian ini seperti dikutip dari LiveScience, Sabtu (1/12/2012).

Kruger meyakini perilaku ikut-ikutan ini berhubungan dengan efek inklusi dan eksklusi sosial. Jika seseorang sedang berinteraksi dengan pihak eksternal melalui telepon, maka orang lain yang sedang bersamanya akan merasakan eksklusi atau semacam tercampakkan.

Salah satu cara yang diyakni bisa mengurangi perasaan tersebut adalah dengan meniru apa yang dilakukan orang tersebut, meski dilakukan tanpa sadar. Tiba-tiba saja mengangkat telepon, sekedar cek SMS atau iseng menghubungi seseorang yang lain.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Human Ethology Bulletin.
(detikhealth)

 

 

*

Jangan Kebiasaan Tidur di Sofa!

 

Sofa menjadi tempat favorit sebagian orang untuk tidur. Namun, sangat tidak dianjurkan untuk berlama-lama di sofa yang empuk dan nyaman itu.

Selain bentuknya tidak didesain untuk mendukung tulang belakang Anda, tanpa disadari sofa juga bisa menjadi agen kank er yang membahayakan nyawa.

Menurut peneliti dari University of California, Berkeley dan Duke University, bahan kimia flame retardant yang beracun di dalam sofa menempatkan Anda pada risiko tinggi perkembangan kanker.

Dari hasil penelitian diketahui sekitar 85 persen dari 104 sofa di Amerika yang diuji mengandung flame retardant yang dapat menjadi racun. Selain itu, peneliti juga menemukan 41 persen sofa mengandung chlorinated TDCPP dan 17 persen lainnya memiliki pentaBDE, bahan kimia yang dilarang penggunaannya di seluruh dunia.

Bahan beracun ini banyak terdapat di dalam busa sofa. Tanpa disadari, remah-remah busa sofa bisa dilepaskan di udara bergabung dengan debu di rumah.

Paparan flame retardant dapat menyebabkan gangguan hormon hingga risiko kanker yang sudah terbukti melalui ratusan penelitian sebelumnya baik pada manusia maupun kanker. Parahnya, ibu hamil terkena paparan pentaBDE dalam darahnya berisiko memiliki anak dengan berat badan rendah, IQ rendah hingga gangguan neurologis dan pertumbuhan anak.(okezone)

 

 

 

 

 

*

Manusia Kini Hidup Terlalu Bersih, Tubuh Jadi Kurang Kebal

 Seorang profesor biologi mengatakan hidup manusia kini terlalu bersih yang membuat sistem kekebalan tubuh mengalami disorientaasi. Akibatnya tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat-zat sehari-hari yang sebenarnya tidak berbahaya, seperti debu rumah.

Rob Dunn, seorang profesor biologi terkemuka percaya masa depan yang sehat terletak pada apa yang dia sebut 'kembali ke alam liar tubuh kita'. Dalam buku barunya, Prof Dunn mendorong pembacanya untuk mengadopsi pendekatan radikal ke 'hipotesis kebersihan'.

Gagasan ini menunjukkan bahwa hidup kita telah menjadi terlalu bersih dan ini membuat sistem kekebalan tubuh menjadi rentan.

"Ini menyebabkan kenaikan dalam respons alergi yang serius seperti asma serta penyakit autoimun termasuk penyakit Crohn (radang usus kronis) dan rheumatoid arthritis," jelas Prof Rob Dunn dari North Carolina State University, seperti dilansir Dailymail, Selasa (26/7/2011).

Prof Dunn menunjukkan beberapa bukti penelitian yang mendukung hipotesis kebersihannya. Dalam sebuah studi terhadap 1.400 anak-anak awal tahun ini, para peneliti di Yale University AS, menemukan bayi yang menerima antibiotik memiliki risiko 70 persen lebih tinggi menderita asma pada masa kanak-kanak.

Risiko asma ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa antibiotik menghilangkan bakteri secara sangat luas, baik bakteri baik maupun bakteri jahat dalam tubuh bayi. Hal ini akhirnya dapat menghalangi sistem kekebalan tubuh bayi yang belum matang dari patokan sehat.

Menurut Prof Dunn, sebelum penggunaan antibiotik dan hidup dalam lingkungan yang sangat bersih, kekebalan tubuh manusia bisa digunakan untuk bakteri dan belajar mengabaikan ancaman yang tidak berbahaya.
Namun, ketika tubuh tumbuh dan berkembang di lingkungan yang sangat higienis, sistem kekebalan tubuh dapat bereaksi secara berlebihan terhadap provokator kecil, seperti bakteri tingkat rendah yang tidak berbahaya.

"Kita harus meyakinkan tubuh kita bahwa mereka masih dalam keadaan alami seperti nenek moyang kita yang menjelajahi hutan yang banyak kuman dan tinggal di gubuk-gubuk tidak sehat. Kita dapat melakukan ini dengan memiliki cacing hidup di usus kita," jelas Prof Dunn.

Usulan memiliki cacing di usus, meski kedengarannya aneh dan menjijikkan, tapi ilmuwan di seluruh dunia mengambil ide ini sangat serius.

Argumen Profesor Dunn terinspirasi oleh Joel Weinstock, seorang peneliti medis di Tufts University, AS, yang melihat negara di mana Crohn menjadi umum di tempat-tempat yang diketahui cacingan telah menjadi langka.

Weinstock melakukan tes yang hasilnya menunjukkan bahwa ketika ia menempatkan cacing parasit di dalam sistem percernaan tikus, hal tersebut bisa menghentikan tikus mengalami penyakit iritasi usus besar.

Weinstock juga mencobanya pada 29 manusia yang menderita Crohn pada tahun 1999. Setiap orang diberi segelas telur cacing cambuk, yang biasanya hidup dalam usus babi.

Meskipun strain cacing ini tidak akan mampu berkembang biak dalam tubuh manusia, tetapi Weinstock berharap hal ini bisa mendorong tubuh manusia untuk merespons kehadiran parasit ini.
Hasilnya setelah 4 minggu kemudian, semua pasien kecuali 1 orang mendapatkan hasil yang lebih baik dan 21 diantaranya berada pada tahap pemulihan. Sejak itu, penelitian lain telah menemukan bahwa ketika diobati dengan cacing, orang dengan penyakit radang usus dapat membaik dan tikus diabetes dapat kembali normal tingkat glukosa darahnya.

Satu teori bahwa selama ribuan tahun evolusi, sistem kekebalan tubuh manusia terbiasa dengan cacing. Jadi jika seseorang membuatnya keluar dari tubuh, sistem kekebalan tubuh berjalan liar karena tidak ada yang bekerja melawannya.

Teori lain adalah bahwa cacing parasit dalam usus dapat menghasilkan senyawa yang menekan sistem kekebalan tubuh. Ini mungkin membuat tubuh berevolusi untuk bergantung setidaknya pada tingkat rendah senyawa cacing yang dihasilkan untuk menjaga mereka berjalan dalam batas normal.
(detikhealth)

 

*

waspada keringat yang berlebih

 Apakah Anda merasakan produksi keringat yang berlebihan di tubuh? Keringat yang begitu mudah mengucur di tengah cuaca sejuk dan tanpa aktivitas berat? 

Waspada kondisi tersebut. Tak sekedar memicu aroma tubuh yang tak sedap, produksi keringat berlebih juga bisa menjadi tanda Anda mengidap hiperhidrosis. Keringat muncul dari hampir semua bagian tubuh seperti ketiak, tangan, kaki, dahi, dan wajah.

Ada dua tipe hiperhidrosis. Primary hyperhidrosis yang merupakan keadaan berkeringat berlebih secara alami. Sementara, secondary hyperhidrosis adalah keringat berlebih karena problem kesehatan ataupun mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti dilansir Fox News.

Sembari mencari penyebab utama produksi keringat yang berlebih di tubuh, coba atasi permasalahan yang muncul dengan sejumlah solusi sederhana berikut: 

1. Perbanyak minum air putih. Ini bertujuan untuk meredam aroma tak sedap yang menyengat. Meski produksi keringat tetap banyak, asupan air putih yang cukup akan membuat aromanya tidak tajam, sehingga tidak mengganggu orang di sekitar.

2. Kenakan pakaian berbahan katun, sehingga keringat yang keluar cepat terserap. Hindari busana yang berbahan sutera atau sintesis.

3. Jaga kebersihan tubuh, dengan mandi lebih dari sekali sehari dengan air dingin dan mengenakan pakaian dalam yang bersih agar organ intim tidak lembab.

4. Kurangi makanan pedas, bawang putih, ikan laut, bahkan daging merah. Makanan ini bisa memicu aroma tak sedap dari keringat Anda.

5. Jika keringat tak juga berkurang, cobalah mengganti merek deodoran Anda. Sebab, bisa saja ada kandungan deodoran lama yang tidak cocok dengan kulit Anda.

6. Olahraga secara teratur. Olahraga bisa mengurangi stres. Stres berkurang berarti keringat juga berkurang.

7. Kurangi kopi. Minuman ini bisa menstimulasi sistem pembuluh darah yang bisa memicu produksi keringat. Ganti kopi dengan protein nabati seperti, tahu, tempe, dan produk makanan dari kedelai.
(vivalife).

*

Awas, Kelamaan di Spa Tak Baik untuk Jantung

 Ketika sedang bad mood, sejumlah orang akan menghabiskan waktunya untuk pergi ke spa, memperoleh pijat refleksi dan aromaterapi. Aromaterapi atau terapi menghirup uap aroma tertentu dari minyak esensial sendiri telah lama diketahui manfaatnya untuk menenangkan pikiran.

Tapi sebuah studi baru dari Taiwan mengungkapkan aromaterapi juga bisa berbahaya bagi jantung jika terpapar terlalu lama. Hal ini terungkap setelah peneliti mengamati kondisi 100 pekerja spa di Taipei yang diminta duduk di dalam sebuah ruangan dan menghirup uap minyak bergamot atau ekstrak jeruk selama dua jam.

Bersamaan dengan itu peneliti mengukur tekanan darah dan denyut jantung partisipan, termasuk kadar volatile organic compounds (VOC) yang ada di udara. VOC sendiri adalah senyawa seperti minyak esensial yang mudah menguap dalam suhu ruangan.

45 menit pertama rata-rata tekanan darah sistolik partisipan menurun hingga 2,10 mmHg dan detak jantungnya mencapai 2,21 denyutan permenit. Kondisi ini semakin membuktikan khasiat minyak esensial yang mampu meredakan stres.

Namun 120 menit kemudian tim peneliti melihat efek yang berlawanan. Tekanan darah sistolik partisipan tak hanya kembali ke titik awal tapi juga naik menjadi 2,19 mmHg dan denyut jantungnya menjadi 1,70 mmHg permenit lebih tinggi dari denyut jantung partisipan di awal studi.
"Temuan ini menunjukkan bahwa paparan minyak esensial yang berlebihan bisa saja membahayakan kesehatan kardiovaskular," ungkap peneliti seperti dikutip dari Livescience, Senin (3/12/2012).

Studi sebelumnya juga mengaitkan antara VOC dengan peningkatan risiko asma hingga kematian akibat penyakit kardiovaskular. "Ternyata menghirup senyawa ini dapat meningkatkan peradangan di dalam tubuh, termasuk mengubah fungsi sistem saraf yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan jantung," tambah peneliti.

Tapi peneliti mengaku studi lanjutan masih diperlukan untuk memastikan temuan ini. Pasalnya meski perubahan tekanan darah dan denyut jantung adalah penanda adanya penyakit kardiovaskular, belum jelas apakah fluktuasi yang kecil dan jangka pendek seperti halnya yang terjadi dalam studi ini dapat berujung pada gangguan jantung.

Lagipula karena peneliti mengukur kadar VOC total, senyawa lain yang ada di udara disamping uap minyak aromaterapi sendiri bisa saja mempengaruhi temuan tersebut.

Studi ini baru saja dipublikasikan dalam European Journal of Preventive Cardiology.
(detikhealth)

*

 

5 Kebiasaan Tidur yang Berbahaya Tapi Sering Diremehkan

 

 

Setelah lelah beraktivitas dan mencari nafkah seharian, malam hari adalah saat yang paling tepat untuk beristirahat. Tubuh manusia juga sebenarnya sudah memiliki mekanisme alami untuk merilekskan saraf-saraf yang tegang lewat tidur.

Tak hanya itu, tidur sebenarnya merupakan elemen penting yang memungkinkan seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam hidup, menurunkan berat badan dan memperpanjang umur. Banyak penelitian yang menemukan bahwa kekurangan tidur dapat memicu berbagai gangguan kesehatan.

Tapi ada banyak orang yang meremehkan kebiasaan tidurnya, seperti yang dilansir Fox News, Sein (3/12/2012) berikut ini:

1. Meremehkan jam tidur
Setiap orang memiliki lama jam tidur yang berbeda. Walau demikian, beberapa ahli menyarankan untuk tidur sebanyak 9 jam per hari. Sayangnya, banyak orang yang mengalami kurang tidur kronis atau mengidap gangguan tidur.

Sebuah survei menemukan bahwa kebanyakan pengidap insomnia melakukan aktivitas yang mengganggu 1 jam sebelum masuk ke tempat tidur, yaitu menonton TV, mengoperasikan komputer dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Artinya, aktivitas-aktivitas itu besar kemungkinannya mengganggu jam tidur.

2. Kekurangan atau kebanyakan tidur
National Health Interview Survey di AS menemukan bahwa orang dewasa yang terbiasa tidur kurang dari 6 jam lebih mungkin merokok, kecanduan alkohol, kurang olahraga, dan obesitas. Menariknya, orang dewasa yang tidur lebih dari 9 jam juga sama-sama melakukan perilaku tidak sehat.


Peneliti dari University College London menemukan bahwa kurang atau kebanyakan tidur meningkatkan risiko kematian sebesar 2 kali lipat. Para ilmuwan memang sudah yakin mengapa kurang tidur berakibat buruk bagi jantung, namun penyebab mengapa kebanyakan tidur juga memiliki efek yang sama masih menjadi misteri.


3. Tidur tak sesuai dengan pergerakan matahari
Cryptochromes adalah protein yang ditemukan pada setiap makhluk hidup di bumi. Protein ini sensitif terhadap cahaya fajar dan senja serta mempengaruhi jam biologis dan banyak ditemukan di mata serta kulit. Dengan protein ini, tubuh manusia dapat mendeteksi sinar matahari bahkan dengan mata tertutup.

Cryptochromes mendeteksi sinar matahari dan mengurangi sinyal kelenjar pineal pengubah serotonin sehingga membuat suasana hati meningkat sepanjang hari, juga meningkatkan hormon melatonin agar tubuh dapat beristirahat dengan baik. Inilah yang memungkinkan orang bangun segar di pagi hari.

4. Tidur dengan lampu menyala
Hormon tidur atau melatonin dihambat oleh cahaya dan akan meningkat seiring dengan gelap. Semakin lama terjaga, produksi melatonin akan menurun dan berakibat buruk bagi kesehatan mental dan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa penuaan dini berkaitan dengan rendahnya kadar melatonin saat tidur.

Melatonin terlibat dalam proses pembelajaran dan memori, serta diduga efektif untuk mengobati penyakit Alzheimer. Hormon ini dianggap sebagai antioksidan kuat yang mampu melindungi DNA dari kerusakan radikal bebas dan dapat mencegah perkembangan beberapa jenis kanker.

5. Tidur kurang nyenyak
Kekurangan tidur kronis dapat mengubah metabolisme glukosa. Kemampuan tubuh untuk menghasilkan dan merespon insulin akan menurun sekitar 30 persen, mirip dengan tanda awal diabetes. Penelitian telah menunjukkan bahwa kesulitan tidur nyenyak juga berhubungan dengan gangguan hormonal.

Jadi yang paling penting bukanlah kuantitas tidurnya, melainkan kualitasnya. Tidur yang kurang berkualitas akan meningkatkan kadar kortisol, hormon stres yang bermanfaat, namun juga menjadi masalah jika berlebihan. Kadar kortisol yang tinggi akan menurunkan testosteron, merusak sistem imun, meningkatkan massa otot serta tekanan darah.
(detikhealth).

*

 

Hati-hati dengan Kebiasaan Meregangkan Jari

 

 Saat seseorang terlalu banyak beraktivitas menggunakan tangan, seperti mengetik, menulis, menggenggam sesuatu dalam waktu lama, maka berikutnya orang tersebut terbiasa meregangkan buku-buku jarinya. Caranya, orang tersebut akan mengepalkan tangan serupa tinju, menekuk jari, hingga menarik satu demi satu jari sampai menghasilkan bunyi yang terdengar seperti 'krekkk.'

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat membuktikan 25 - 54 persen yang sering melakukannya adalah kaum laki-laki. Peneliti kemudian mencoba mencari tahu apakah kebiasaan tersebut berpotensi menyebabkan seseorang terkena radang sendi atau arthritis.

Selama 60 tahun, seorang dokter di California, Donald Unger, mencoba rutin meretakkan jarinya sebanyak dua kali sehari. "Namun, saya tak merasa tangan saya terkena radang sendi setelah 60 tahun," ujarnya dikutip dari BBC. Atas penelitiannya ini, pada 2009 lalu, Unger mendapatkan Nobel Prize.

Pada 1975, sebuah penelitian yang lebih formal pernah dilakukan. Sebanyak 28 orang lansia yang menghuni panti jompo di Los Angeles diketahui memunyai kebiasaan sering meregangkan buku-buku jarinya dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya, mereka yang terbiasa melakukan itu mengalami radang sendi osteoarthritis di tangan mereka. Tulang rawan di permukaan sendi jari mereka rusak.

Di Detroit, pada 1990, peneliti AS memeriksa kondisi tangan dari 300 orang penduduk yang berusia di atas 45 tahun. Buku-buku jarinya memiliki sendi yang tidak kuat. Sebanyak 84 persen dari mereka mengalami pembengkakan tangan.

Penelitian terbaru yang lebih komprehensif dilakukan tahun lalu. Hasilnya, radang sendi pada tangan akan terjadi pada seseorang yang melakukan kebiasaan meregangkan jari terlalu sering. Mereka yang terbiasa melakukannya setiap 15 menit sekali berisiko besar dibandingkan mereka yang melakukannya hanya satu atau dua kali saja dalam sehari.

(republikaonline).

*

Mengenakan Jilbab Lebih Ampuh Lindungi Kulit Dibanding SPF-15

 

 Mengenakan jilbab atau kerudung bagi muslimah merupakan pelindung kulit yang paling ampuh, bahkan melebihi keampuhan SPF-15. 

"Penelitian itu saya lakukan tahun 2001," kata Pegiat di Yayasan "Kita dan Buah Hati" dr Dewi Inong Irana, Sp.KK melalui pernyataan Humas Institut Pertanian Bogor, Sabtu.

Menurut dokter yang sejak tahun 1983 memakai busana Muslimah secara sempurna itu, seiring dengan bertambahnya usia maka akan terjadi perubahan kulit pada perempuan.

Ia menjelaskan, perubahan kulit tersebut di antaranya kelembaban dan kolagen berkurang, kulit menjadi kering, timbul kerut dalam otot, perubahan warna dan regenerasi sel kulit melambat.

"Jadi, kaum ibu juga perlu memperhatikan faktor perusak kulit yakni sinar ultra violet, rokok, alkohol, kosmetik mengandung bahan kimia berbahaya, garam, gizi tidak seimbang dan stres," katanya.

Dikemukakannya bahwa salah satu cara menjaga kulit adalah menghindari sinar matahari, mengoleskan pelembab, makan makanan gizi seimbang, cukup istirahat, olah raga teratur, hindari stres dan rawat kulit secara teratur.
(republikaonline).

 

*

8 Penyakit yang Bisa Datang Akibat Stres

saat rileks. Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi sebuah teori menyebutkan bahwa jaringan syaraf di otak dan usus saling terhubung. Ketika syaraf Tak hanya berpengaruh pada mental, stres juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Bahkan ada beberapa penyakit tertentu yang datang ketika seseorang mengalami stres. Apa saja?

Banyak yang menganggap bahwa stres tidak perlu diobati, terutama jika hanya disertai dengan keluhan ringan seperti migrain atau perut mulas. Kebanyakan orang berharap penyakit tersebut akan sembuh setelah stresnya hilang. Sayangnya hal itu tidak selamanya benar. Berikut ini beberapa keluhan kesehatan yang sering dialami saat stres melanda, dikutip dari detikhealth.

1. Sakit kepala serta migrain
Daya tahan tubuh bisa menurun karena stres lalu memicu migrain menurut Todd Schwedt, MD, direktur pusat sakit kepala di Washington University. Untuk menghindarinya, pastikan pola makan dan tidur dalam sepekan selalu terjaga.

2. Kram yang sangat sakit
Ketidakseimbangan hormon saat stres bisa mengakibatkan kram yang sangat menyakitkan, terutama pada wanita. Saat stres, risiko mengalami kram 2 kali lebih besar karena aktivitas syaraf simpatis lebih tinggi. Olahraga secara teratur dapat mencegahnya.

3. Sakit di sekitar mulut
Rahang terasa nyeri merupakan tanda bahwa stres tengah melanda. Tanpa disadari, gigi atas dan bawah saling menggeretak saat stres dan memicu tekanan berlebih di pelipis. Gejala ini bisa dicegah dengan memasang pelindung di antara kedua gigi saat tidur malam.

4. Jarang bermimpi saat tidur
Mimpi terbentuk secara bertahap, sehingga butuh kondisi tidur nyenyak. Ini sulit terjadi saat sedang stres, sebab tidur menjadi tidak nyenyak. Jika sering terjaga tengah malam, maka proses terbentuknya mimpi akan terganggu.

5. Gusi berdarah
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa stres meningkatkan risiko penyakit periodontal (gigi dan mulut) pada seseorang. Meningkatnya hormon kortisol saat stres akan melemahkan sistem imun, dan memudahkan infeksi bakteri ke dalam gusi.

6. Kulit gatal-gatal
Sebuah penelitian di Jepang mengungkap, orang yang mengalami pruritis (penyakit kulit yang dicirikan oleh gatal-gatal kronis) 2 kali tebih rentan mengalami stres. Namun penelitian tersebut juga mengungkap hal yang sebaliknya, bahwa stres itu sendiri juga bisa mengaktifkan sejumlah serabut syaraf yang memicu sensasi gatal.

7. Alergi yang lebih parah dari biasanya
Menurut sebuah penelitian di Ohio State University tahun 2008, pikiran gelisah dan tidak tenang dapat memperparah kondisi pada penderita alergi. Hormon stres diyakini memicu produksi imunoglobulin E (IgE), yakni protein dalam darah yang menyebabkan reaksi alergi.

8. Mendadak sakit perut
Pada orang stres, risiko mengalami sakit perut meningkat 3 kali lipat dibandingkan otak bereaksi terhadap stres, syaraf di usus menangkap sinyal yang sama dan memberikan respon tertentu misalnya rasa mulas.
(wolipop.com)

 

*

Perokok Pasif Lebih Cenderung Mati Karena Jantung dan Kanker Paru

 

Perokok memang sudah diwanti-wanti karena lebih banyak meninggal akibat kerusakan paru-paru dan sistem pernafasannya. Namun ternyata ada pihak yang lebih dirugikan kesehatannya yaitu perokok pasif atau orang yang tidak merokok namun banyak terpapar asap rokok.

Sebuah studi yang dilakukan selama 17 tahun oleh tim peneliti dari China menemukan bahwa dibandingkan dengan orang dewasa yang tinggal dan bekerja di lingkungan yang bebas asap rokok, orang dewasa yang terpapar asap rokok lebih cenderung meninggal akibat penyakit jantung atau kanker paru-paru.

Perokok pasif ini juga lebih mungkin meninggal akibat stroke atau penyakit emfisema paru, padahal kedua penyakit ini sebenarnya memiliki relevansi yang relatif lemah terhadap perokok pasif.

Namun temuan ini tidak dapat membuktikan secara definitif bahwa asap rokok adalah tersangka utamanya, tetapi para peneliti mampu memperhitungkan beberapa faktor penting lainnya seperti usia, pendidikan, pekerjaan, tekanan darah dan kadar kolesterol si perokok pasif.

Selain itu, hubungan antara perokok pasif dan kematiannya tetap ada, ungkap tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Yao He dari PLA General Hospital di Beijing.

Joanna Cohen, direktur Institute for Global Tobacco Control di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Baltimore yang tidak terlibat dalam studi ini berkomentar bahwa temuan ini memberikan bukti adanya hubungan "respon dan dosis" yang berarti risiko kematian seseorang bisa meningkat karena risiko paparan asap rokoknya juga meningkat.

Meski begitu bukti ini dianggap tidak cukup untuk mengatakan adanya "hubungan sebab-akibat" itu, catat Cohen.

Temuan saat ini didasarkan pada pengamatan terhadap 910 orang dewasa selama hampir dua dekade. Pada awalnya, 44 persen mengaku tinggal bersama dengan perokok, sementara 53 persen merupakan perokok pasif di tempat kerja.

Beberapa tahun berikutnya, 249 partisipan meninggal. Dari situ akhirnya ditemukan bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru dan emfisema 2-3 kali lebih tinggi diantara partisipan yang terkena asap rokok.

Sayangnya dalam studi ini, jumlah orang yang meninggal dari setiap penyebab cukup kecil. "Jumlah kasus kematian yang kecil membuat kami lebih kesulitan untuk mendapatkan perkiraan yang tepat," lanjutnya seperti dilansir dari
 newkerala, Senin (18/6/2012).

Namun menurut Cohen, hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal
 Chest ini memberikan bukti nyata bahwa perokok pasif bisa berisiko lebih tinggi, tidak hanya terhadap penyakit jantung dan kanker tertentu, tetapi stroke dan emfisema juga.(detikhealth).

 

*

BEBERAPA CARA PERTOLONGAN PERTAMA

*Pertolongan Pertama pada Perdarahan Dalam

 

 Berbeda dengan perdarahan luar, perdarahan dalam seringkali tidak kelihatan. Bila seseorang terkena pukulan, terjatuh atau kecelakaan lain, sebaiknya kemungkinan ini perlu diantisipasi.

Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul '
First Aid, Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat', gejala-gejala perdarahan dalam adalah:
- Korban muntah berwarna gelap seperti kopi atau merah pekat
- Batuk darah berwarna merah segar dan atau berbusa
- Tinja berwarna hitam bercampur darah merah
- Muka terlihat pucat
- Tubuh kedinginan atau kulit terasa lembab
- Mata berkunang-kunang
- Perut membesar
- Gelisah
- Kehausan
- Ketakutan
- Kebingungan

Apabila menemukan kondisi seperti ini, penanganan yang dapat dilakukan adalah:
- Jaga korban agar tetap lancar bernapas
- Usahakan korban tenang untuk menghindari syok
- Jangan pindahkan korban jika mengalami luka di bagian kepala, leher dan tulang belakang
- Jika tidak ada indikasi luka dan tidak mengalami syok, pindahkan dengan posisi tidur
- Jangan memberi minum pada korban
- Periksa kembali dan tangani bila ada luka lain seperti patah tulang
- Panggil paramedis atau bawa segera ke dokter atau unit gawat darurat

*Pertolongan Pertama Untuk Memar

 

 Memar adalah luka yang sering dijumpai dan dialami oleh seseorang. Hal ini terjadi karena beberapa hal seperti terjatuh atau terkena pukulan ke badan yang menyebabkan beberapa pembuluh darah pecah di bawah permukaan kulit. Perubahan warna dan pembengkakan pada kulit timbul karena adanya rembesan darah ke dalam jaringan.

Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul '
First Aid, Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat', gejala memar adalah daerah yang terkena terasa sakit, kulit memerah lalu berubah warna menjadi biru atau hijau, terkadang timbul bengkak atau benjolan.

Memar biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Meskipun demikian, perlu dilakukan beberapa hal agar memar dapat sembuh lebih cepat, yaitu:

1. Sesegera mungkin kompreslah dengan menggunakan air dingin atau es pada daerah yang memar untuk mengurangi perdarahan dan pembengkakan.

2. Bila memar terjadi pada lengan atau kaki, angkat bagian tersebut dengan posisi lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi aliran darah lokal.

3. Setelah 24 jam, gunakan kompres hangat untuk membantu penyembuhan luka. Kompresan hangat akan membuka pembulu darah sehingga memperlancar sirkulasi darah pada area tersebut.

4. Bila memar bertambah parah atau bengkak dengan rasa sakit tak tertahankan, segera bawa ke rumah sakit karena ada kemungkinan patah tulang atau luka lainnya.

 

*Pertolongan Pertama pada Keseleo

 

 Keseleo adalah istilah yang sering digunakan untuk luka pada bagian ligamen atau otot sendi. Otot sendi yang berfungsi menyokong sambungan kedua bagian tulang tubuh mengalami peregangan atau sobek.

Gejala keseleo adalah sakit dan bengkak pada bagian sambungan tulang, apabila diraba terasa empuk dan warna kulit menghitam atau membiru pada sekitar luka.

Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul 'First Aid, Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat', bila belum diketahui pasti apakah korban terluka karena patah tulang atau keseleo, bisa dilakukan pertolongan untuk patah tulang.

Berikut adalah pertolongan pertama untuk keseleo:

- Pakai kantung berisi air dingin atau es dan tempatkan pada daerah yang terluka.

- Gunakan splint untuk menyokong daerah luka dengan memakai selimut, kain tebal atau bantal. Lepaskan jika terjadi pembengkakan.

- Usahakan daerah luka pada posisi lebih tinggi dari organ jantung.

- Jangan biarkan korban berjalan sendiri

- Jangan merendam luka dengan air hangat pada awal terjadi luka. Boleh merendamnya setelah 24 jam kemudian.

- Bawa ke pertolongan medis untk mengetahui ada tidaknya patah tulang.