Pada awalnya Kampar termasuk sebuah kawasan yang luas, merupakan sebuah kawasan yang dilalui oleh sebuah sungai besar, yang disebut dengan Sungai Kampar. Berkaitan dengan Prasasti Kedukan Bukit, beberapa sejarahwan menafsirkan Minanga Tanvar dapat bermaksud dengan pertemuan dua sungai yang diasumsikan pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Penafsiran ini didukung dengan penemuan Candi Muara Takus di tepian Sungai Kampar Kanan, yang diperkirakan telah ada pada masa Sriwijaya.
Berdasarkan Sulalatus Salatin, disebutkan adanya keterkaitan Malaka dengan Kampar. Kemudian juga disebutkan Sultan Malaka terakhir, Sultan Mahmud Syah setelah jatuhnya Bintan tahun 1526 ke tangan Portugal, melarikan diri ke Kampar, dua tahun berikutnya wafat dan dimakamkan di Kampar. Dalam catatan Portugal, disebutkan bahwa di Kampar waktu itu telah dipimpim oleh seorang raja, yang juga memiliki hubungan dengan penguasa Minangkabau.
Tomas Dias dalam ekspedisinya ke pedalaman Minangkabau tahun 1684, menyebutkan bahwa ia menelusuri Sungai Siak kemudian sampai pada suatu kawasan, pindah dan melanjutkan perjalanan darat menuju Sungai Kampar. Dalam perjalanan tersebut ia berjumpa dengan penguasa setempat dan meminta izin menuju Pagaruyung (wikipedia.org/wiki/ Kabupaten_Kampar) Kampar sangat identik dengan sebutan Kampar Limo Koto dan dahulunya merupakan bagian dari kerajaan minangkabau. Limo Koto terdiri dari XXXIII Koto Kampar, Kuok, Bangkinang, Air Tiris dan Rumbio.
Terdapat banyak persukuan yang masih dilestarikan hingga kini. Konsep adat dan tradisi persukuannya sama dengan konsep adat dan persukuan miangkabau di sumatera barat. Tidak heran bila adat istiadat hingga bahasa sehari-hari warga Limo Koto amat mirip dengan Minang Kabau. Bahasa yang dipakai di Limo Koto, yang juga kemudian menjadi bahasa Kampar adalah bahasa Ocu. Di samping itu, Limo Koto juga memiliki semacam alat musik tradisional Calempong dan Oguong.
Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah hidangan. Hidangan menjadi suatu hal yang penting danmengandung nilai tersendiri dalam adat. Hidangan kepadaorang-orang penting dalam adat ikut mempengaruhhubungan peradatan yang dibina dalam suatu persukuan Misalnya hidangan kepada ninik mamak, hidangan kepadaorang tua, hidangan kepada suami, hidangan kepada tamubiasa dan hidangan kepada tamu luar biasa menjadi penentuawal perbincangannya.
Orang pertama kali dan kesan pertama dalamberkomunikasi atau menyampaikan suatu maksud dapat ilihat dari bagaimana seseorang tersebut menjamutamunya. Tamu ibarat raja dan dalam Islam, umat islamwajib memuliakan tamunya. Hal ini juga tercermin dalamadat istiadat suku nagari limo koto kampar yang merupakanpersukuan di daerah Kampar, khususnya terletak di desaBatu Belah, Air Tiris.
Persukuan ini semanjak lama memegang teguh adaistiadat leluhur yang diwariskan secara turun temurun.