Oleh: Muhammad Bahrudin dan Dwi Antoningtyas
A. Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, menuntut pustakawan dan perpustakaan untuk berjuang dan bekerja lebih keras lagi dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta keahlian dalam bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi, serta teknologi informasi. Maka mau tidak mau pustakawan harus berani dan bersedia melakukan terobosan dan perubahan agar dapat mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi pada perpustakaan yang dikelolanya. Penguasaan semua materi yang saya sebut ini akan menjadikan pustakawan semakin profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Status keprofesionalan pustakawan memang bertolak dari diri pribadi masing-masing. Pertanyaan kita sekarang adalah : “Apakah benar pustakawan kita mau menjadi profesional serta adakah kemauan dan upaya apa saja yang sudah dilakukan?” Pemerintah kita telah mengakui pustakawan adalah pejabat fungsional khusus. Dengan pengakuan ini berarti telah dibuka lebar pintu keprofesionalan pustakawan. Oleh sebab itu upaya membangun citra diri pustakawan (image branding) saat ini menjadi keharusan. Namun pengakuan status keprofesionalan pustakawan pada akhirnya sangat tergantung pada penilaian masyarakat luas.
B. Isu tentang Profesionalitas Pustakawan
Salah satu peran pustawawan yang berkaitan dengan status keprofesionalitasannya adalah tentang penguasaan pada strategi penelusuran informasi, khususnya yang dibahas di sini adalah adalah informasi di internet. Masyarakat awam pengguna jasa layanan informasi (user) saat ini dimanjakan dengan melimpah-ruahnya informasi yang tersedia pada pangkalan data terpasang (online database). Kemudian masalah yang sering dialami oleh user ini adalah keefektifan dan efisiensi informasi yang didapatkan yang kadang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Hal itu menimbulkan kebingungan dan ketidakpuasan pengguna jasa layanan informasi, khususnya internet.Fenomena tersebut menjadi tantangan bagi pustakawan, yang telah disinggung di atas, berkaitan dengan keprofesionalitasannya. Bagaimana pustakawan harus menyikapi fenomena tersebut? Purwono (2008), dalam makalahnya yang berjudul “Strategi Penelusuran Informasi Melalui Internet” berusaha menjawab tantangan tersebut. Dalam makalah tersebut diungkapkan bahwa fasilitas online tidak akan maksimal penggunaannya kalau tidak menggunakan strategi atau kemampuan menelusur yang baik, yaitu dengan memanfaatkan fasilitas penelusuran yang tersedia.
Saya kemudian mencoba menganalisis mengenai apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh penulis makalah tersebut terkait dengan isu profesionalitas seorang pustakawan saat ini. Makalah tersebut disampaikan dalam seminar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, tanggal 30 April 2008. Beliau mencoba menjawab tantangan yang dihadapi oleh para pustakawan dewasa ini yang dianggap kurang aktif dalam memberikan awareness mengenai strategi penelusuran informasi. Pustakawan dianggap hanya “makan gaji buta” dan kurang peduli pada kebutuhan pengguna. Hal inilah yang kemudian justru menimbulkan berkurangnya penghargaan kepada profesi pustakawan di Indonesia.
Akantetapi Purwono menjawab semua tantangan itu dengan sebuah gagasan yang walaupun sudah sering digembar-gemborkan sejak lama tapi minim dalam pelaksanaanya di Indonesia, yaitu sebuah artikel mengenai strategi penelusuran informasi di internet. Dalam makalah tersebut, setidaknya masyarakat (user) akan sadar juga bahwa dalam menelusur informasi di internet secara efektif dan efisien tidak hanya sembarang saja, melainkan harus dengan langkah atau strategi yang efektif dan efisien pula.
C. Analisis Makalah “Strategi Penelusuran Informasi Melalui Internet”
Di awal makalahnya, Purwono memaparkan mengenai pangkalan data (online database) berbayar dan tidak berbayar. Beliau ingin menjelaskan bahwa dalam dunia online, ada pangkalan data yang ketika kita mengaksesnya ada yang harus dengan melanggan (dalam artian membayar) dulu dan ada juga yang tanpa biaya berlangganan. Di sini juga diberikan mengenai contoh-contoh pangkalan data, baik yang berbayar maupun yang free, berikut dengan alamat website-nya. Hal ini tentu akan menjadi panduan bagi pengguna dalam mencari informasi yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kemudian, Purwono juga memaparkan permasalahan yang dihadapi mengenai pemanfaatan fasilitas online, khususnya yang dilanggan oleh institusi atau perguruan tinggi. Pada bagian ini, dijelaskan bahwa pemnafaatan fasilitas online (online journal) di lingkungan akademis masih sangat minim, tidak sebanding dengan jurnal-jurnal yang sudah dilanggan. Masalah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu sosialisasi. Sosialisasi ini harus dilakukan karena fasilitas ini tersembunyi (hidden) dan lebih baik lagi dalam sosialisasi ini mengadakan pertemuan dengan calon pengguna untuk mencoba langsung jurnal online yang dilanggan agar lebih mengetahui keberadaan fasilitas tersebut.
Selain itu, masalah evaluasi juga menjadi perhatian penulis terkait pemanfaatan fasilitas online ini. Evaluasi ini sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keterpakaian jurnal online yang sudah dilanggan dengan biaya yang cukup besar. Dengan adanya evaluasi ini, juga akan dapat mengidentifikasi kondisi pemanfaatan jurnal online, faktor-faktor yang memmpengaruhi keinginan pengguna untuk memanfaatkan jurnal online serta mengidentifikasi hambatan yang dialami pengguna dalam pemanfaatan jurnal online.
Kemudian terkait dengan strategi penelusran informasi di internet ini, sangat diperlukan karena alasan-alasan sebagai berikut;
- Informasi yang tersedia sangat banyak, luas dan beraneka ragam
- Untuk memperoleh informasi yang relevan
- Untuk menghemat waktu pencarian (efisiensi waktu)
- Untuk mempermudah pencarian (efektivitas pencarian)
Saya sendiri ketika membaca makalah ini seperti merasakan kegelisahan dan ada nada kekecewaan dari penulis yang notabene sebagai pustakawan terhadap dunia kepustakawanan di Indonesia saat ini. Masih banyak pustakawan yang kurang memahami mengenai tugasnya melayani pengguna. Mungkin permasalahan yang diangkat penulis dalam makalah tersebut, masih dianggap sesuatu yang sepele oleh banyak pustakawan di Indonesia. Padahal menurut saya, justru masalah sepele seperti inilah yang kadang membingungkan pengguna ketika tidak tahu-menahu solusi yang harus diterapkannya. Terlebih lagi, sebagian besar masyarakat adalah pengguna jasa layanan internet dalam menelusur informasi yang diinginkannya. Agar informasi yang didapatkan bisa relevan (memiliki relevansi tinggi) dengan apa yang dibutuhkannya tentunya memerlukan strategi yang efektif dan efisien. Pustakawan sebagai pengelola jasa dan profesional informasi harus bisa menjawab tantangan ini dengan hati dan mata terbuka. Semua itu tentunya untuk semakin meningkatkan simbiosis mutualisme antara pustakawan dengan pengguna (user).
D. Kesimpulan
Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan beraneka ragam teknologi canggih membawa perubahan pada masyarakat dan individu dan ini tentu akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memperoleh informasi. Terkait hal ini tentunya dalam penelusuran informasi di internet oleh pengguna.
Kualitas pelayanan harus selalu diperhatikan dan dirasakan oleh pengguna, sehingga dapat menimbulkan suatu sikap tertentu dari pengguna terhadap perpustakaan. Persepsi pengguna ini perlu diketahui oleh perpustakaan untuk melihat apakah fasilitas dan pelayanannya telah memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna. Selain itu kerjasama yang baik antar petugas/pustakawan dapat meningkatkan kinerja perpustakaan. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas jasa pelayanan yaitu sikap pegawai, komunikasi, sumber daya fisik dan kepribadian dalam layanan dengan demikian dapat membantu para pengambil keputusan guna menyusun strategi dalam upaya meningkatkan kualitas jasa pelayanan informasi di perpustakaan.
Terlebih lagi yaitu kepedulian pustakawan dalam melayani pengguna secara profesional dan totalitas dalam menjalankan profesinya akan berdampak positif bagi interaksi yang terjalin dengan pengguna. Pustakawan harus lebih care dengan kebutuhan pengguna dan tidak menyepelekan masalah sekecil apapun yang menyangkut kehausan pengguna pada informasi yang relevan dan berkualitas.
Referensi:
Pendit, Putu Laxman. (2008). Perpustakaan digital dari A sampai Z. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri
Pendit, Putu Laxman. (2005), [et al.]. Perpustakaan Digital: perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Depok: Perpustakaan Universitas Indonesia
Purwono. (2008). Makalah: Strategi Penelusuran Informasi Melalui Internet. Depok: Perpustakaan MBRC, FISIP UI
Sumber : https://artikelpustakawan.wordpress.com/2012/12/14/analisis-wacana-mengenai-peran-pustakawan-dalam-strategi-penelusuran-informasi-melalui-internet/