Ide serta pemikiran beliau terkait bidang perpustakaan dan isu-isu global selalu aktif di tulis melalui Blog dan Buku. Termasuk dalam kesempatan ini saya hadirkan sebuah pemikiran beliau yang saya kutip langsung dari blog beliau berjudul “Einstein, Pustakawan dan Ekonomi Kreatif”. Sebuah tulisan yang bisa kita jadikan inspirasi, renungan dan koreksi untuk dunia pendidikan di Indonesia terlebih untuk para pustakawan.
“Imajinasi lebih penting ketimbang pengetahuan,” kata Einstein.
Tetapi imajinasi yang kaya milik setiap anak itu akan dirampok oleh lembaga yang bernama sekolah.
Sejak duduk di bangku klas 4, anak-anak mulai kompromistis, dan imajinasinya tergerus terus sampai tua.
Semakin tingi pendidikan, semakin mereka cenderung mengambil keputusan yang aman.
Bara kreativitas pun terus meredup.
Maka di Kompas hari ini, seniman/wartawan Yudhistira ANM Massardi menulis,”Berhentilah sekolah sebelum terlambat.”
Menurutnya, bersekolah cukup sampai umur 12 tahun. SD saja.
Lanjutnya, “Jadi, cukup berikan kemampuan menggunakan komputer, mencari sumber informasi yang dibutuhkan di internet (“hallo pustakawan, ingat kata mutiara dari Samuel Johnson* ini ? Kini saatnya Anda semakin menunjukkan taring kesaktian ilmu dan bakti Anda”-BH), dan bahasa Inggris secukupnya karena di dunia maya tersedia mesin penerjemah aneka bahasa yang instan.”
Ia tegaskan : “Mereka tidak usah jadi pegawai. Dunia kreatif yang bernilai tinggi tersedia untuk mereka, sepanjang manusia masih ada.”
Merujuk ide tersebut, John Howkins dalam bukunya The Creative Economy : How People Make Money From Ideas (2001, buku ini saya beli setelah memenangkan hadiah The Power of Dreams Contest-nya Honda,2002), memberi tips tentang 10 Rumus Sukses.
Salah satunya : “Keluarlah dari sekolah sejak awal, bila Anda menginginkan, tetapi Anda jangan pernah berhenti belajar !”
*Ucapan Samuel Johnson ini dikenalkan pertama kali kepada saya oleh Ibu Lily K. Somadikarta (almarhumah), ketika saya menjadi mahasiswa beliau di tahun 1980.
Sumber : http://duniaperpustakaan.com/einstein-pustakawan-dan-ekonomi-kreatif/