Soal-Soal
I. Apa mekanisme yang menyebabkan perilaku itu ada ?
II. Bagaimana mengembangkan perilaku tertentu (dalam seumur hidup individu) ?
III. Apa nilai kelulusanhidupan makhluk hidup itu ?
Jawaban
I. Mekanisme yang menyebabkan perilaku itu ada.
Sebelum penulis menjawab inti persoalan, penulis ingin menjelaskan terlebih dahulu tentang defenisi perilaku makhluk hidup (Etologi). Menurut kamus wikipedia etologi adalah Ilmu perilaku hewan, ilmu perilaku satwa atau juga disebut etologi (dari bahasa Yunani: ????, ethos, "karakter"; dan –?????, -logia) adalah suatu cabang ilmu zoologi yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme serta faktor-faktor penyebabnya.
Meski sepanjang sejarah telah banyak naturalis yang mempelajari aneka aspek dari tingkah laku hewan, disiplin ilmu etologi modern umumnya dianggap lahir di sekitar tahun 1930an tatkala biolog berkebangsaan Belanda Nikolaas Tinbergen dan Konrad Lorenz, biolog dari Austria, mulai merintisnya. Atas jerih payahnya, kedua peneliti ini kemudian dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang kedokteran pada tahun 1973.
Ilmu perilaku hewan, pada keseluruhannya merupakan kombinasi kerja-kerja laboratorium dan pengamatan di lapangan, yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan disiplin ilmu-ilmu tertentu semisal neuroanatomi, ekologi, dan evolusi. Seorang ahli perilaku hewan umumnya menaruh perhatian pada proses-proses bagaimana suatu jenis perilaku (misalnya agresi) berlangsung pada jenis-jenis hewan yang berbeda. Meski ada pula yang berspesialisasi pada tingkah laku suatu jenis atau kelompok kekerabatan hewan yang tertentu. Ahli perilaku hewan juga disebut etolog.
Persoalan inti dalam pertanyaan adalah Apa mekanisme yang menyebabkan perilaku itu ada ?.
Bentuk Perilaku Hewan
Bentuk dari perilaku hewan dapat dibagi menjadi 2 yaitu perilaku hewan yang berasal dari bawaan, yang diwariskan dan perilaku yang terajar (terlatih).
a. Perilaku Bawaan (Yang Diwariskan)
Warisan memegang peranan yang penting dalam perilaku hewan. Dalam hal meminang, perilaku hewan memastikan dahulu, jika termasuk anggota spesies sama, bukan dari anggota yang lain, sehingga dapat dijadikan pasangan. Misalnya, tingkah laku kunag-kunang saat berpasangan walauu enunjukkan spesiea yang sama, juga mempunyai perilaku berbeda dalam menemukan bahwa kunang-kunang betina mempunyai pasangannya tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari pola cahaya dar kunang-kunang yang menyala berbeda pada waktu senja. Kunang-kunang betina dari satu spesies akan menanggapi hanya pada pejantan tertentu dengan memerlihatkan pola nyala lampu spesies tertentu.
Beberapa kebiasaan meminang membantu mencegah betina membunuh pejantan sebelum mereka memiliki kesempatan untuk berpasangan. Contohnya,pada beberapa laba-laba pejantannya lebih kecil daripada betina dan beresiko untuk dimakan jika pejantan mendekati betina.sebelum berpasangan pejantan dan beberapa spesies menunjukkan beberapa tanda-tanda. Seperti serangga membungkus diri dalam jarring-jaring yang sempurna.sementara betina yang tidak terbungkus dan memakan serangga. Pejantan mampu berpasangan dengannya memerlukan penyerangan. Setelah berpasangan, pejantan akan dimakan oleh betina.
Perilaku hewan bawaan meliputi taksis dan refleks. Taksis: Bereaksi terhadap stimulus dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau pada sudut tertentu terhadapnya. Macam-macam taksis: kemotaksis, fototaksis, magnetotaksis.
Refleks: Respon bawaan paling sederhana yang dijumpai pada hewan yang mempunyai system saraf. Refleks adalah respon otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus. Respon terbawa sejak lahir, artinya sifatnya ditentukan oleh pola reseptor, saraf, dan efektor yang diwariskan. Contoh: refleks rentangan
Mesin refleks rentang memberikan mekanisme pengendalian yang teratur dengan baik, yang:
1. Mengarahkan kontraksi refleks otot
2. Menghambat kontraksi otot-otot antagonis
3. Terus-menerus memonitor keberhasilan yang dengannya perintah-perintah dari otak diteruskan, dan dengan cepat dan secara otomatis membuat setiap penyesuaian sebagai pengganti yang perlu.
Naluri: Pola perilaku kompleks yang, sebagaimana refleks, merupakan bawaan, agak tidak fleksibel, dan mempunyai nilai bagi hewan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Naluri lebih rumit dibandingkan dengan refleks dan dapat melibatkan serangkai aksi.
Pelepas Perilaku Naluriah: sekali tubuh siap di bagian dalam untuk tipe perilaku naluriah tertentu, maka diperlukan stimulus luar untuk mengawali respon. Isyarat yang memicu aksi naluriah disebut pelepas (release). Begitu respon tertentu dilepaskan, biasanya langsung selesai walaupun stimulus efektif segera ditiadakan. Isyarat kimia, yaitu feromon, berfungsi sebagai pelepas penting pada serangga sosial.
Perilaku Ritme dan Jam Biologis: perilaku berulang-ulang pada interval tertentu yang dinyatakan sebagai ritme atau periode. Daur perilaku ritme dapat selama dua jam atau setahun.
b. Perilaku Terajar
Perilaku terajar adalah perilaku yang lebih kurang diperoleh atau dimodifikasi secara permanen sebagai akibat pengalaman individu.
Kebiasaan: hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak bereaksi terhadap stimulus berulang yang telah dibuktikan tidak merugikan. Fenomena ini dikenal sebagai kebiasaan (habituasi) dan merupakan suatu contoh belajar sejati.
Keterpatrian/Tanggap Tiru Imprinting: Merupakan salah satu contoh belajar yang khusus dan nyata. Contoh: jika seekor anak angsa yang baru menetas dihadapkan pada sebuah benda yang dapat bergerak dan mengeluarkan bunyi yang dapat terdengar, hewan itu akan mengikutinya sebagaimana mereka mengikuti induknya, Waktu penghadapan cukup kritis, karena jika dilakukan beberapa hari setelah menetas, keterpatrian tidak terjadi. Keterpatrian ini dikenal berkat penelitian Konrad Lorenz.
Respon yang Diperlazimkan: merupakan perilaku terajar yang paling sederhana, pada dasarnya adalah respon sebagai hasil pengalaman, disebabkan oleh suatu stimulus yang berbeda dengan yang semula memicunya. Ivan Pavlov, fisiologiawan Rusia, dalam penelitiannya dengan anjing menemukan bahwa jika anjing diberi makanan pada mulutnya, ia akan mengeluarkan air liur yang mungkin merupakan refleks bawaan yang melibatkan kuncup rasa, neuron sensori, jaring-jaring neuron di otak, dan neuron motor yang menuju kelenjar ludah. Pavlov kemudian menemukan jika pada saat meletakkan makanan di mulut anjing ia membunyikan bel, anjing selanjutnya akan berliur setiap kali anjing tersebut mendengar bel. Hal ini merupakan respon yang diperlazimkan. Anjing telah belajar bereaksi terhadap stimulus pengganti, yaitu stimulus yang diperlazimkan.
Pelaziman Instrumental: Prinsip pelaziman dapat dipakai untuk melatih hewan melakukan tugas yang bukan pembawaan lahir. Dalam hal ini, hewan ditempatkan pada suatu keadaan sehingga dapat bergerak bebas dan melakukan sejumlah kegiatan perilaku yang berlain-lainan. Peneliti dapat memilih untuk memberi imbalan hanya pada perilaku tertentu. Latihan ini dikenal sebagai pelaziman instrumental atau pelaziman operan (istilah kedua diberikan oleh psikolog B.F. Skinner yang terkenal karena dapat melatih merpati untuk bermain pingpong dan bermain piano mainan).
Motivasi: Diantara kebanyakan hewan, motivasi (terkadang disebut juga dorongan) dihubungkan dengan kebutuhan fisiknya. Seekor hewan yang haus akan mencari air dan yang merasa lapar akan mencari makanan. Kepuasan terhadap dorongan merupakan kekuatan motivasi dibalik perilaku hewan tersebut. Sebagian besar perilaku spontan hewan-hewan ini merupakan akibat usaha memelihara homeostasis. Banyak diantara dorongan ini bersumber dalam hipotalamus. Dalam semua kasus, hipotalamus mengawali respon yang berakibat penurunan dorongan tersebut, dan dapat pula menghambat beberapa di antara respon tadi bila titik kepuasan tercapai.
Pada manusia, sebagian besar perilaku terhadap keinginan memuaskan kebutuhan fisik, tidak selalu dapat diterangkan seperti keterangan di atas. Banyak kegiatan yang dilakukan kendatipun tidak ada imbalan atau hukuman luar yang didapatkan. Melakukan proses (kegiatan) itu sendiri sudah merupakan imbalan. Simpanse dan manusia juga kadang mau bekerja untuk tujuan yang belum tampak.
Konsep: Kebanyakan hewan memecahkan masalah dengan mencoba-coba. Selama ada motivasi yang memadai hewan akan mencoba setiap alternatif dan secara bertahap, melalui kegagalan dan keberhasilan yang berulang, belajar memecahkan masalahnya. Manusia umumnya tidak sekedar belajar dengan cara mencoba-coba. Bila dihadapkan pada suatu masalah, manusia mungkin melakukan satu atau dua usaha sembarang sebelum “berhasil” memecahkannya. Respon ini disebut wawasan.
Wawasan mencakup menanamkan hal-hal yang telah dikenal dengan cara-cara baru. Jadi merupakan tindakan kreatif sejati. Wawasan juga bergantung pada perkembangan konsep atau prinsip.
Pemecahan masalah dengan menggunakan konsep melibatkan suatu bentuk penalaran. Ada dua proses pemikiran berlainan namun berkaitan yang terlibat, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif berarti mempelajari prinsip umum dari pengalaman dengan situasi khusus dan jelas. Penalaran deduktif, menerapkan prinsip umum pada situasi khusus yang baru.
Bahasa: Semua manusia, bahkan dalam masyarakat yang paling primitif pun, memiliki bahasa yang sangat maju. Hal ini merupakan abstraksi yang kedua (konsep merupakan abstraksi juga).
Memori: Belajar bergantung kepada memori (ingatan). Jika organisme bermaksud memodifikasi perilakunya dari pengalaman, maka ia harus mampu mengingat-ingat apa pengalamannya itu. Sekali sesuatu dipelajari, maka memori diperlukan agar yang dipelajarinya itu tetap ada. Ada dua teori dasar tentang memori. Yang pertama menyatakan bahwa memori merupakan proses dinamik. Menurut teori ini, sensasi menimbulkan impuls saraf, yang kemudian beredar untuk jangka waktu tak terbatas melalui jaring-jaring neuron dalam sistem saraf pusat. Hal ini memungkinkan karena jaring-jaring interneuron yang amat luas dalam serebrum manusia. Teori dinamik ini ditunjang oleh fakta yang menakjubkan bahwa belum pernah ditemukan daerah khusus dalam otak manusia untuk penyimpanan memori yang lama. Teori yang kedua mengatakan bahwa setiap sensasi yang diingat kembali mengakibatkan sedikit perubahan fisik yang permanen di dalam otak. Beberapa biologiwan mengemukakan bahwa memori mungkin disimpan dalam kode kimiawi di dalam otak. Beberapa memperhatikan RNA, beberapa memperhatikan protein, sebagai substansi yang menyandikan memori. Masih terlalu dini untuk menyatakan apa sifat memori itu. Bisa jadi proses dinamik maupun perubahan fisika-kimia terlibat didalamnya.
Perolehan memori terjadi paling sedikit dalam dua langkah yang berbeda. Pada manusia, kerusakan pada lobus temporal dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan mengingat pengetahuan baru selama kira-kira satu jam lebih. Kerusakan seperti itu tidak berpengaruh pada memori yang diperoleh dalam tahun-tahun sebelum kerusakan terjadi. Penderita sakit jiwa yang menjalani pengobatan kejutan listrik tidak mengingat-ingat kejadian yang berlangsung sejenak sebelum perlakuan tersebut, tetapi memori tentang peristiwa sebelumnya tidak terhalang.
Arti Penting Perilaku Adaptif: Berbagai macam perilaku bergantung pada mesin perilaku: reseptor indera, sirkit dalam sistem saraf, dan organisasi otot.
Hewan dihadapkan pada empat bentuk perintah yang menopang hidupnya, yaitu: (a) makan, (b) mencegah jangan sampai dimakan, (c) mampu bertahan hidup dalam kondisi fisik lingkungannya, dan (d) meneruskan gen-gennya kepada generasi berikutnya.
1) Perilaku Makan: Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari yang sangat khusus hingga ke pemakan umum yang dapat memilih di antara sekumpulan spesies yang dapat dimakan. Tujuan makanan ialah energi, tetapi energi diperlukan untuk mencari makanan. Jadi hewan berperilaku sedemikian rupa untuk memaksimumkan perbandingan kerugian/keuntungan dari pencarian makanan itu. Kerugian energi dari mencari makanan diusahakan seminimum mungkin melalui perkembangan “citra mencari” untuk macam makanan yang, untuk sementara, menghasilkan keuntungan yang besar. Untuk beberapa species, citra mencari itu mungkin bukan perwujudan makannya saja, melainkan tempatnya yang khusus. Banyak pula hewan yang menggunakan energinya untuk membangun perangkap, daya tarik dan sejenisnya untuk menarik mangsanya agar berada dalam jangkauannya. Sebagian besar kehidupan hewan sosial berkisar pada makan bersama.
2) Perilaku Mempertahankan diri: Perilaku berkisar dari melarikan diri dari pemangsa potensial sampai dengan menggunakan senjata bertahan dan penggunaan kamuflase dan mimikri (meniru).
3) Bertahan Hidup dalam Lingkungan Fisik: Kebanyakan hewan hanya dapat bertahan hidup dalam kisaran suhu, salinitas, kelembaban tertentu, dan sebagainya. Kisaran ini relatif luas bagi hewan, seperti mamalia dan burung, yang banyak mempunyai mekanisme yang efisien untuk mempertahankan kendali homeostatis terhadap lingkungannya.
Penulis dapat menyimpulkan sesuatu yang membuat perilaku makhluk hidup itu ada sebagai berikut :
a. Komunikasi
Bagi sebagian besar spesies hewan, menjaga hubungan dekat dengan sesama spesies penting untuk kelangsungan hidup mereka. Hewan berkomunikasi antara satu sama lain karena berbagai alasan diantaranya dalam rangka berburu untuk makanan, memperingatkan anggota lain dari bahaya yang mendekat dan untuk menarik pasangan. Masing-masing spesies menggunakan metode yang berbeda untuk berkomunikasi, misalnya kadal berkomunikasi menggunakan gerakan mata, bahasa tubuh, suara, dan gerakan tangan. Cacing cahaya betina bahkan menggunakan cahaya ekor mereka untuk membiarkan pejantan tahu di mana mereka berada. Komunikasi hewan dapat dengan mudah diidentifikasi di seluruh dunia. Suara-suara seperti siulan, celetuk, jeritan, lolongan, dan deritan sangat umum di seluruh habitat di bumi.
b. Insting/Naluri
Naluri pada hewan adalah sesuatu yang berurat berakar pada hewan semenjak masa perkembangan bahkan sebelum hewan tersebut lahir. Naluri dianggap turun-temurun, diwariskan dari sang induk yang memungkinkan bayi hewan secara naluriah tahu bagaimana untuk mendapatkan makanan dari induk mereka. Meski perilaku naluriah adalah perilaku pada tingkat yang sangat dasar, tanpa naluri alami banyak hewan yang tidak akan bertahan. Bayi burung tidak akan tahu bagaimana untuk mendapatkan makanan dari ibu mereka dan berang-berang tidak akan tahu bagaimana membangun sebuah bendungan. Kebanyakan hewan mengandalkan naluri untuk merasakan bahaya yang mendekat atau ketika mencari pasangan.
c. Kecerdasan
Kecerdasan dalam bentuk sederhana adalah kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan tiga hal yaitu setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, sebanyak hewan sanggup mengingat dan tingkat komunikasi mereka. Meskipun manusia paling dominan di Bumi, tingkat kecerdasan manusia tidak jauh melampaui tingkat kecerdasan dari sejumlah hewan misalnya lumba-lumba dan kera. Banyak hewan yang bermigrasi jarak jauh setiap tahun, bagaimanapun harus tahu jalan mana yang akan mereka ambil, atau harus berenang ke arah mana, beberapa hewan benar-benar mengingat “landmark” atau tanda di darat untuk memastikan mereka berada di jalur yang benar. Kemampuan penyu untuk selalu menepi di tempat yang sama, di pantai yang sama, hingga saat ini masih misteri.
d. Strategi
Dalam rangka untuk bertahan hidup secara sukses dalam lingkungan mereka, hewan sering memiliki sejumlah cara dimana mereka melakukan hal-hal yang dikenal sebagai strategi. Hewan memiliki berbagai strategi yang digunakan untuk membela diri, berburu mangsa, beristirahat dan mencari pasangan. Strategi tersebut berbeda antara masing-masing spesies, tetapi juga bisa sangat berbeda dalam spesies yang sama. Banyak spesies hewan yang hidup bersama dalam kelompok, sering memiliki anggota (alpha) jantan dominan yang membela dan melindungi betina dan anak-anak mereka. Singa jantan misalnya, melindungi betina dan anaknya dari bahaya dengan mengintimidasi atau menyerang penyusup yang tidak diinginkan. Singa betina berperan berburu makanan, dan sering mengembangkan teknik yang cukup rumit untuk menangkap mangsa.
e. Kamuflase
Kemampuan untuk tidak terlihat di lingkungan sekitar sangat penting untuk kelangsungan hidup kebanyakan spesies hewan di seluruh dunia. Beberapa hewan memiliki warna yang mirip dengan lingkungan sehingga mereka dapat berbaur sepenuhnya contohnya gerbil di pasir. Hewan lainnya memiliki corak dan warna yang membuatnya beraktifitas tanpa terlihat. Seperti zebra yang berada di semak-semak, sulit untuk dilacak berkat garis-garis hitam di tubuhnya. Hewan lainnya seperti bunglon menunjukkan kemampuan adaptasi dengan lingkungan dengan cara berkamuflase mengubah warna dari warna coklat pada permukaan tanah, menjadi hijau dan biru ketika bersembunyi di dedaunan.
f. Migrasi
Hewan harus selalu berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat, agar bisa mendapatkan cukup makanan dan berkembang biak dengan sukses. Banyak hewan melakukan migrasi yang mengagumkan yang dapat berlangsung selama ribuan mil. Migrasi yang paling umum misalnya burung yang meninggalkan belahan bumi utara karena musim dingin, dan terbang ke iklim yang lebih hangat di selatan. Ketika musim dingin berakhir dan cuaca menjadi lebih hangat, burung- burung kembali ke utara. Beberapa spesies hewan misalnya wildebeest (kijang Afrika) bermigrasi mengikuti hujan Afrika, ikan Sarden bermigrasi mengikuti air arus dingin, dan karibu di Lingkaran Kutub Utara memulai migrasi darat terpanjang setiap musim panas dalam kelompok besar
II. Bagaimana mengembangkan perilaku tertentu (dalam seumur hidup individu) ?
Usaha dan tingkah laku manusia serta hewan itu dimunculkan oleh dua aspek pokok yaitu:
1) Dorongan dari dalam.
Dorongan dari dalam yang dimaksud adalah ketika dalam satu kelompok orang utan, ada seekor betina dewasa yang selalu melakukan pencucian umbi di air laut sebelum dimakan. Berselang lima tahun kemudian, perilaku mencuci umbi sebelum di makan dilakukan oleh semua anggota kelompok tersebut. Artinya dorongan untuk melakukan suatu tindakan oleh suatu individu tidak berdasarkan perintah atau paksaan dari luar. Mereka cukup melihat dan adanya rasa untuk menirukan tindakan tersebut.
2) Dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup.
Dalam hal ini adanya unsur paksaan atau karena adanya perintah sebahgai contoh: “Ketika hewan mencari makanan, mereka mengambil risiko,” kata Kim, seorang profesor psikologi UW. “Mereka meninggalkan sarang mereka yang aman, bertualang ke tempat yang mungkin terdapat predator yang bisa memangsa mereka.” Tapi untuk tetap tinggal di sarang juga bukanlah pilihan aman yang baik, tikus harus keluar dan mencari makanan. Bagaimana mereka memutuskan apakah aman untuk meninggalkan sarang? Kim beserta rekan penulis, Juni-Seek Choi, seorang profesor tamu di jurusan psikologi UW dari Universitas Korea, mempelajari bagaimana amigdala – yaitu, wilayah otak yang dikenal penting untuk mengamati dan bereaksi terhadap rasa takut – terlibat dalam keputusan tikus untuk mengambil risiko demi makanan. Kim dan Choi melatih tikus-tikus jantan untuk mengambil makanan pelet yang ditempatkan di berbagai jarak dari zona aman, atau sarang. Tikus-tikus ini dibiarkan kelaparan dengan membatasi suplai makanan selama beberapa hari, dan kondisi ini membuat mereka cepat belajar untuk mengambil makanan pelet.
Dilihat dari kedua contoh diatas dapat ditarik garis merahnya bahwa baik hewan maupun manusia adanya pola perilaku yang berkembang atas dasar aspek “proses belajar”. Belajar berlangsung dalam situasi yang alami akan tetapi juga dapat berlangsung dalam suatu kondisi yang diciptakan (Kartini Kartono 1997).
1. Perilaku Bawaan (innate Behavior). Merupakan perilaku uang dibawa sejak lahir. Ciri-cirinya;
Tidak dapat dimodifikasi (Fixed-action) # Memiliki derajar kekonstanan yang tinggi (Stereo typed) # Khas pada setiap individu satu spesies (Species spesific).
Contoh :
v Perilaku taksis [gerak secara random melawan atau mendekati sumber rangsang]. seperti: kemo taksis, geo taksis.
v Perilaku kinesis [Perilaku gerak hewan yang cenderung mendekati atau menjauhi gradien stimuli]. Seperti pergerakan paramaceum merespon kadar CO2.
v Refleks [Perilaku gerak spontan sebagian atau keseluruha satu individu]. Dibedakan menjadi a). Tonic refleks [lambat; ex: gerak peristaltik cacing tanah]. b). Hasic refleks [cepat, singkat; ex: serangga menghindari mangsa].
v Perilaku Insting (Instinctive behavior) [perilaku steriotype yang tidak dipelajari melalui lingkungan dan digunakan utnuk merespon stimulus eksternal dan internal tubuh, bersifat sangat kompleks dan diturunkan, sebagai penanda spesies; ex: perilaku kawin, sarang, tarian lebah].
2. Perilaku Belajar (Learning Behavior). Merupakan perilaku hasil belajar berdasarkan pengalaman yang didapat selam hidupnya. Ciri-cirinya:
Adaptif terhadap lingkungan Diperoleh dari penglaman Diturunkan dalam skala waktu evolusi.
Contoh :
v Imprinting (mencamkan). Merupakan pola perilaku belajar sederhana, terutama pada aves & mammalia berupa pembelajaran yang didapatkan hewan setelah dilahirkan atau menetas dalam masa kritis. contoh: perilaku anak itik yang abru menetas yang mengikuti objek yang dijumpainya selama masa kritis, + 36 jam.
v Habituation (Pembiasan) [respon mebiasakan perilaku yang dihasilkan dari pengalaman awal, ex: anak burung meniasakan otot-ototnya agar bisa terbang]
v Cassical conditioning [menngkondisikan respon otomatis dan menciptakan asosiasi antara pengalaman yang telah dimiiki dengan pengalaman baru, ex: beruang menunggu ikan salmon]
v Instrumental conditioning [penggunaan alat dalam merespon stimulus, melibatkan motivasi intrinsik. ex: kera pemakan serangga menggunakan ranting untuk menangkap semut].
v Trial and Error [memilih stimulus yang sesui kebutuhan, hewan mampu mengenali karakteristik stimulus dan lingkungan. ex: pemilihan labirin yang berisi makanan oleh tikus]
v Reasoning [Perilaku dengan penalaran terlebih dahulu, ex: pada manusia]
III. Apa nilai kelulusanhidupan makhluk hidup itu ?
Yang sangat menonjol berdasarkan studi referensi yang penulis lakukan dapat ditarik kesimpulan tentang kelulusanhidupan (survive) makhluk hidup adalah tergantung dari kemampuan suatu makhluk hidup beradaptasi. Dibawah ini penulis coba paparkan perihal tentang adaptasi makhluk hidup yang melahirkan perilaku makhluk hidup sebagai berikut :
ADAPTASI
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Macam-macam Adaptasi :
Ada banyak bentuk adaptif tubuh makhluk hidup supaya dapat bertahan hidup, bentuk adaptif ini dapat berupa struktur tubuh, warna tubuh, fungsi alat tubuh dan lain-lain, yang semuanya bertujuan untuk membantu bertahan hidup. Walaupun ada banyak cara makhluk hidup untuk beradaptasi tetapi secara garis besar adaptasi dibedakan menjadi 3 yaitu: adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi dan adaptasi tingkah laku.
1. Adaptasi Morfologi
Adalah penyesuaian diri bentuk tubuh atau alat- alat tubuh sehingga sesuai dengan lingkungannya.
Adaptasi morfologi ini mudah kita amati pada hewan ataupun pada tumbuhan.
Macam-macam adaptasi morfologi pada tumbuhan :
Tumbuhan ada yang hidup di darat, di air, di daerah kering dan daerah lembap, karena tempat hidup yang berbeda-beda inilah maka tumbuhan mempunyai ciri- ciri tertentu dalam rangka menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidupnya. Berikut macam-macam cara adaptasi tumbuhan:
a. Adaptasi tumbuhan yang hidup di daerah kering (xerofit)
1) Daunnya tebal, sempit,kadang-kadang berubah bentuk menjadi bentuk duri, sisik atau bahkan tidak mempunyai daun, dengan demikian maka penguapan melalui daun menjadi sangat sedikit.
2) Seluruh permukaan tubuhnya termasuk bagian daun tertutup oleh lapisan kutikula atau lapisan lilin yang berfungsi untuk mencegah terjadinya penguapan air yang terlalu besar.
3) Batangnya tebal mempunyai jaringan spons untuk menyimpan air.
4) Akar panjang sehingga mempunyai jangkauan yang luas.
b. Adaptasi tumbuhan yang hidup di daerah lembap (higrofit)
1) Mempunyai daun yang tipis dan lebar.
2) Permukaan daun mempunyai banyak mulut daun atau stomata sehingga dapat mempercepat proses penguapan. Contoh tumbuhan higrofit: Tumbuhan Keladi.
c. Adaptasi tumbuhan yang hidup di air (hidrofit)
Tumbuhan air yang terapung di atas air mempunyai rongga antar sel yang berisi udara untuk memudahkan mengapung di air, daun lebar dan tangkai daun menggembung berisi udara.
Contoh : enceng gondok, kiambang
Tumbuhan air yang terendam di dalam air, mempunyai dinding sel yang kuat dan tebal untuk mengurangi osmosis ke dalam sel. Contoh :Hydrilla,Vallisneria
Tumbuhan yang sebagian tubuhnya di atas permukaan air dan akarnya tertanam di dasar air, mempunyai rongga udara dalam batang atau tangkai daun sehingga tidak tenggelam dalam air dan daun muncul ke permukaan air. Contoh: teratai, kangkung.
Tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut, mempunyai perakaran yang lebat dan kuat sehingga tidak roboh bila terkena ombak. Contoh: tumbuhan bakau.
Macam-macam adaptasi morfologi pada hewan:
a. Adaptasi morfologi pada bentuk paruh dan kaki pada burung
Bentuk paruh dan kaki pada burung beraneka- ragam disesuaikan dengan jenis makanan dan cara memperoleh makanan tersebut.
Burung pemakan biji mempunyai bentuk paruh berbeda dengan burung pemakan daging atau burung pemakan serangga demikian pula kaki burung elang berbeda dengan kaki bebek karena cara memperoleh makanannya juga berbeda.
1) Paruh burung elang, bentuknya runcing, agak panjang dengan ujung agak membengkok sesuai dengan jenis makanannya yang berupa daging. Kaki pada burung elang, ukurannya pendek, cakar sangat kuat untuk mencengkeram mangsa atau daging.
2) Paruh bebek, pada pangkalnya terdapat bentuk seperti sisir, berguna untuk menyaring makanan dari air dan lumpur dan kaki pada bebek berselaput di antara ruas jarinya untuk berenang dan berjalan di tanah berlumpur.
3) Paruh burung pipit, bentuknya pendek tebal dan runcing sesuai dengan jenis makanannya yaitu untuk memecah biji-bijian dan tiga kaki ke depan satu ke belakang untuk berjalan dan hinggap.
4) Paruh burung pelatuk, runcing agak panjang untuk memahat kayu pohon untuk menangkap dan memakan serangga di dalamnya. Kaki burung pelatuk mempunyai dua jari ke depan dan dua jari ke belakang untuk memanjat.