Dari judul diatas bukan berasal dari pemikiran yang subjektif, namun penulis terkenal, Stephen King pun punya pemikiran yang sama. Dalam bukunya “On Writing” ia mengatakan ;
“ ada kecurigaan umum bahwa sebagian besar penulis pendatang baru yang berhasil menerbitkan novelnya adalah mereka yang punya hubungan dengan seorang penguasa di bisnis penerbit. Asumsi dasarnya adalah bahwa penerbitan adalah bisnis keluarga besar, menyenangkan, tertutup dan tidak mudah dimasuki pihak luar, itu tidak benar. Juga salah kalau dikatakan bahwa para agen suka meremehkan, orang-orang sok jagoan yang lebih baik nanti daripada membiarkan tangannya yang tidak terbungkus sarung tangan menyentuh naskah yang tidak diinginkan ( ya, oke, ya ada sedikit agen yang seperti itu ). Para agen, penerbit dan editor sebenarnya mencari penulis besar berikutnya yang berhasil menjual banyak buku dan menghasilkan banyak uang…”
Jadi salah kaprah pertama yang harus dibuang adalah pemikiran bahwa penerbitan merupakan dunia yang kejam dan sombong. Sebagian besar orang yang bekerja dipenerbitan justru-manusia-manusia yang sangat ramah.
Ketika penawarkan naskah ke penerbit, ketahuilah bahwa posisi anda bukanlah seperti seorang pengangguran yang datang ke sebuah perusahaan yang menyembah-nyembah didepan HRD agar diberi pekerjaan. Jusru, bagi sebuah penerbit, penulis adalah mitra kerja. Tidak peduli apakah anda masih sangat pemuka atau sudah sangat hebat. Tak ubahnya seperti seorang direktur perusahaan B anda datang untuk menawarkan kerjasama yang bernama penerbit buku, seperti kerjasama pada umumnya. Kedua pihak akan melakukan negosiasi, tawar menawar, lalu tercapailah sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan.
Anda dan penerbita adalah mitra kerja, posisi keduanya sejajar, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Jadi tidak ada alasan bagi penulis termasuk yang paling pemula sekalipun untuk minder, malu atau ragu didepan penerbit.
Posisi yang sejajar biasanya disebabkan kedua pihak saling membutuhkan penulis membutuhkan penerbit, namun apakah penerbit butuh penulis? Tetapi pertanyaan seperti ini menunjukkan bahwa pemikiran yang salah kaprah masih ada.
Banyak penulis yang mengira bahwa penerbit identik dengan intuisi yang “jual mahal”. Tidak perduli terhadap para penulis yang mengirimkan naskah kepada mereka. Benarkah demikian? Jawabannya, tidak! Itu keliru besar.
Menerbitkan naskah menjadi buku adalah tugas utama semua penerbit. Jika tidak ada naskah yang diterbitkan, dapat dipastikan dalam waktu singkat mereka akan bangkrut. Bayangkan jika semua penulis diseluruh dunia berhenti berkarya dan tidak mau lagi mengirim naskah ke penerbit, apa yang akan terjadi dengan para penerbit? Tentu saja pertanyaan ini bersifat retorika karena anda pasti tahu jawabannya. Sebenarnya, para penerbit sangat membutuhkan naskah. Naskah bagi mereka adalah bahan baku untuk sebuah proses produksi yang bernama penerbit buku.
Siapakah yang menyediakan naskah untuk penerbit? Tentu saja jawabannya adalah penulis. Jadi jika anda adalah penulis yang telah memiliki naskah yang telah siap untuk diterbitkan, itu adalah “harta karun” yang sangat dirindukan oleh para penerbit. Mereka sangat membutuhkan bahan baku dari anda agar proses produksi diperusahaan mereka dapat terus berlangsung, sehingga kelangsungan hidup perusahaan mereka dapat lebih terjamin.
Mengetahui kondisi ini, masih adakah alasan bagi anda untuk minder didepan para penerbit?
Secara umum, ada dua alternatif yang dapat dipilih dalam menerbitkan buku:
1. Menyerahkan naskah ke penerbit, jika kita menyerahkan naskah ke penerbit, kita sebagai penulis tidak perlu repot alias “tahu beres” setelah naskah diterima oleh penerbit kita tinggal menunggu. Biarkan penerbit bekerja untuk mendistribusikannya. Kita tinggal menunggu kiriman uang berupa royalty dari hasil penjual buku.
2. Menerbitkan sendiri alias self publishing ( sama seperti indie label pada musik ). Jika kita memutuskan untuk menerbitkan sendiri, kita harus mengerjakan segala sesuatunya sendirian. Mulai dari penulisan naskah, editing selting, layout, percetakan, distribusi hingga promosi.
Jadi kesimpulan bagi saya tentang penerbit adalah dengan kita mengetahui penerbit bukanlah monster jahat melainkan mitra kerja yang baik, selain memiliki keuntungan dalam royalty juga berdampak positif bagi diri sendiri berupa wawasan atau ilmu dalam segi pengetahuan yang luas. Mari kita menulis!!