TRADISI BATOBO DI KABUPATEN KAMPAR

 

A.        Defenisi Batobo

Batobo Berasal dari Bahasa Daerah Bangkinang – Riau. Nama  "Batobo"diambil dari tradisi gotong royong dalam mengerjakan sawah yang berkembang luas di wilayah Bangkinang Riau. “Batobo" memiliki filosopi bahwa kegiatan  yang berat akan mudah untuk diselesaikan bila di kerjakan secara bersama-sama. Selain ada unsur kebersamaan, dalam kegiatan ini juga mengandung unsur kedisiplinan karena tiap anggota Batobo harus menunggu jadwal pengerjaan sawahnya secara bergiliran, dengan demikian akan lebih cepat selesai , lebih mudah dan hasilnya dapat dinikmati secara bersama. Batobo di dirikan dalam sebuah kelompok, yang mempunyai seorang pimpinan untuk mengatur setiap pekerjaan anggota.

Di Daerah Bangkinang – Riau, Batobo banyak dilakukan didalam sebuah pekerjaan pertanian (bercocok tanam padi). Setiap warga mempunyai lahan untuk diolah dan ditanam padi secara bergiliran. Warga yang tidak mempunyai lahan untuk bercocok tanam padi di perbolehkan ikut didalam kelompok Batobo, warga tersebut berkerja dan akan diberi upah yang sesuai dengan kesepakatan bersama.

Usaha Batobo bersama memerlukan tim yang solit, Istilah Batobo hampir sama dengan istilah Managemen, Menagemen suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerkan dan pengawasan yang dialkukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.

Batobo merupakan Salah satu kesenian anak negri melayu. Merupakan perkumpulan muda-mudi untuk turun ke sawah atau ladang. Batobo Salah satu tradisi budaya masalampau yang ada didaerah kampar dan kuantan Singingi biasanya kegiatan dilakukan pada musim turun kesawah atau ladang yang diiringi dengan bunyi-bunyian oleh kesenian tradisi, dan pada masa panen hasil sawah dan ladang dinamakan acara penutupan tobo diadakan tradisi makan besama doa.

Diramaikan degan malam kesenian, seperti randai atau saluang. Dalam hal ini bisa kita pahami walaupun kegiatan batobo yg ada didaerah riau namun erat juga kaitanya dengan adat orang minang. hal ini kita lihat dalam acara hiburan memakai tradisi randai oran minang.

 

 

B.        Sekilas Tentang Sejarah Batobo

Seperti diketahui system gotong royong yang ada di daerah- daerah Provinsi Riau seperti kabupaten Siak, Kabupaten Kampar, Kabupaten Kuantan Singingi, kebudayaannya yang terkenal dengan kebudayaan melayu Riau. Aktivitas kerja bakti ini sudah berlangsung sejak nenek moyang sampai sekarang dengan mengalami sedikit perubahan pelaksanaan akibat kemajuan, cara berfikir, kemajuan teknologi, dan sebagainya.

Pada zaman dahulu, sebelum datangnya penjajahan Belanda, Raja atau kepala desa dapat mengarahkan tenaga rakyat desa untuk kepentingan rakyat itu sendiri seperti membersihkan jalan, parit, dll. Rakyat dengan ikhlas dan rela melaksanakan perintah kepala desa atau raja, karena hasil pekerjaan kerja bakti itu dapat dinikmati oleh rakyat desa.

Setelah penjajahan berakhir, kerja bakti masih berlanjut, tenaga rakyat dikerahkan untuk mengerjakan proyek pemerintah colonial. Setelah Indonesia merdeka kerja bakti itu berlangsung terus untuk menerus untuk pembangunan nasional. Dengan adanya bantuan desa, rakyat semakin bersemangat karena mereka menyadari pekerjaan yang dilaksanakan secara bersama-sama itu besar manfaatnya bagi rakyat pedesaan,disamping untuk mempererat rasa persaudaraan diatara sesama warga desa.

Dengan latar belakang sejarah yang diuraikan diatas maka tidakalah mengherankan bahwa penduduk yang berada di daerah kabupaten Kuantan Singingi gesit dibidang pertanian dan mata pencaharian hidup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka terkenal suka berdagang dan bercocok tanam kerena daerahnya yang subur. Batobo merupakan suatu sistem gotong royong yang dilaksanakan untuk meringankan pengerjaan ladang. Batobo masuk dan berkembang di Rantau Kuantan sekitar tahun 70-an.

Sejarah bagaimana masuknya batobo di Rantau Kuantan tidak diketahui secara pasti karena orang yang sudah tua telah banyak meninggal dunia. Sejarah batobo hanya diketahui oleh golongan tua, sedangkan golongan muda hanya mengetahui tentang Batobo secara umumnya saja. Masyarakat kuansing saat sekarang hanya mengikuti pelaksanaan sistem sosial batobo dari cara terdahulu. Awalnya Batobo hanya dilakukan oleh kaum perempuan, karena laki-laki tidak menetap di kampung sehingga urusan pertanian diserahkan sepenuhnya kepada perempuan.

Batobo yang anggotanya perempuan ini disebut tobo induok-induok (tobo ibu-ibu). Kemudian berkembang dengan adanya tobo bujang yang beranggotakan laki-laki,kemudian berkembang lagi dengan adanya Batobo Bujang Gadih (Tobo campuran) yang anggotanya terdiri dari laki-laki dan peremuan.

 

C.        Memeriahkan Tradisi Batobo

Dalam melaksanakan tradisi atau upacara adat batobo ada beberapa acara untuk memeriahkannya. diantaranya adalah tari batobo, pantun dan sebagai nya untuk lebih jelasnya akan penulis jelaskan sebagai berikut :

1.         Tari Batobo

Tari Batobo merupakan tarian berkelompok . Dalam tarian ini menceritakan tentang Proses untuk penanaman padi di ladang. Cerita tersebut tersampaikan oleh penari dengan gerakan-gerakan gotong royong, menebas semak, manugal , menyiang ladang hingga sampai pada ujungnya ialah disampaikan dengan gerakan menuai padi.

2.         Nyanyian Pantun

Beberapa dari nyanyian pantun batobo dapat kita lihat di bawah ini :

tuai… nak padi… dituai…
oi sipuluik nak… dibuek pokan
tuai.. nak sayang amak sayang padi dituai
amak mangai nak sayang, manca’i makan
layang-layang tobang malayalang
kain sasugi nak, pamagau bonio
layang-layang tobang malayang nak sayang
kain sasugi nak oi sayang
pamagau bonio
mo basamo poi ka ladang
mananam padi sayang
mananam bonio...

Tidak hanya itu, Batobo juga sering di iringi dengan rarak godang. Rarak godang ini adalah semacam permainan alat musik tradisional, seperti Talempong, Gong, Gendang, dll. yang melantunkan instrumen-instrumen lagu-lagu daerah yang sudah sejak lama di kenal di masyarakat. Dan diwaktu pesta Pernikahan, atau acara-acara besar , dan acara-acara adat.

 Selalu di meriah kan dengan rarak godang ini. (masakan sejenis bubur yang terbuat dari tepung, dan santan kelapa. Dimasak dalam kuali yang besar, kemudian diadakan doa bersama) .Pada malam hari setelah pekerjaan dilakukan pada siang hari. Biasanya Kelompok batobo mengadakan ini pada saat musim menuai tiba.

 

D.        Nilai Filosofi

Nilai dan filosofi yang Terkandung dalam batobo

1.         Nilai Tolong Menolong

2.         Nilai Kerja Sama

3.         Nilai Senasib Sepenanggungan

Bentuk Pelaksanaan Sistem Sosial Batobo pada Zaman Sekarang Sistem sosial Batobo sekarang sudak tidak sama lagi dengan Batobo dahulu, walaupun tidak semuanya berubah, namun tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan itu tetap ada. Sistem sosial Batobo sekarang lebih cenderung disebut jual beli tenaga atau jasa. Disamping itu pelaksanaan Batobo tidak hanya dilakukan pada ladang atau sawah saja, tetapi Batobo juga berlaku pada kebun.

Dahulu tujuan utama dalam Batobo adalah untuk saling membantu dalam penggarapan lahan ladang. Pada saat sekarang tenaga batobo sudah diperjual belikan. Setiap kelompok Tobo menyediakan jasa tenaga mereka untuk menggarap lahan orang lain diluar kelompok Tobo tersebut, kalau dari pihak kelompok dikenal dengan istilah Manjual Parari sedangkan dari pihak pengguna jasa kelompok Tobo dikenal dengan istilah Mamboli Parari, dengan konsekuensi sipemilik lahan harus membayar jasa tenaga para kelompok tobo yang ikut mengerjakan ladang dan kebunnya. Biaya yang ditetapkan untuk membayar perhari adalah sebesar Rp 30.000/hari kepada masing-masing anggota Tobo yang dibayar melalui ketua Tobo.

E.        Perubahan Pada Sistem Batobo

Penyebab Berubahnya Sistem Sosial Batobo di dedikasikan dengan dua faktor. faktor intern dan faktor ekstern :

1.         Faktor Intern

Faktor intern adalah perubahan yang di sebabkan oleh masyarakat itu sendiri. Ada beberapa faktor yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri adalah sebagai berikut:

a.      Keadaan Masyarakat

Keadaan masyarakat berpengaruh terhadap perubahan sistem sosial Batobo, hal ini karena semakin kuatnya persaingan di dalam masyarakat membuat mereka berpacu untuk mencari kemudahan dalam pengerjaan ladang. Oleh karena itu mereka beranggapan bahwa dengan diupahkannya pengerjaan ladang maka ladang mereka akan cepat selesai.

 

b.     Dorongan Dalam Diri Masyarakat Untuk Berubah

Adanya dorongan dan keinginan dalam diri masyarakat untuk berubah merupakn factor yang penting, karena apabila dalam diri masyarakat itu sendiri tidak ada keinginan untuk berubah, maka tidak akan pernah ada kemajuan dan perubahan dalam sistem sosial tersebut. Budaya yang dulu dianggap kuno tetap akan dipakai meskipun tidak sesuai lagi dengan perkembangn zaman hanya saja sebagian dari budaya tersebut yang berubah.

c.      Penduduk Yang Heterogen

Penduduk yang heterogen dapat mempengaruhi sistem sosial Batobo, karena masyarakat yang heterogen dapat menyebabkan adanya percampuran kebudayaan sehingga merubah sistem sosial Batobo terdahulu. Masyarakat lebih menginginkan Sistem Sosial Batobo yang lebih praktis.

Adanya rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem sosial terdahulu yang dianggap merumitkan, telah mendorong masyarakat untuk menemukan sistem sosial Btobo yang lebih praktis sehingga mengahasilakan sebuah perubahan.

d.         Pendidikan Yang Maju

Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap cara pandang seseorang terhadap sesuatu hal, biasanya orang yang berpendidikan tinggi lebih bersikap rasional dan menyikapi suatu hal dengan mempertimbangkan baik buruknya, penting atau tidaknya suatu hal itu untuk dilakukan. Beda halnya dengan orang yang berpendidikan rendah yang berfikir tradisional.

Mereka cenderung melakukan sesuatu sesuai aturan-aturan yang berlaku secara turun temurun yang mengikat mereka, dengan demikian tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sistem sosial Batobo

2.   Faktor Ektern

Faktor ekstern adalah factor yang mendorong perubahan yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, seperti :

a.      Kontak dengan budaya lain

Hubungan interaksi dengan suku lain atau pendatang membuat perubahan pada pola fikir masyarakat Kinali, dengan adanya interaksi dilakukan dalam kehidupan sehari-hari bertukar fikiran dan mau membuka diri terhadap budaya asing maka perubahan akan terjadi dalam kehidupan. Setelah mengenal budaya luar tentu ingin coba menerapkannya. Pada saat ini sudah banyak pendatang yang menetap dilingkungan masyarakat Kinali seperti Minang dan Jawa. Sedikit banyak masyarakat Kinali sudah mengalami perubahan.

b.     Pecampuran Budaya

Masyarakat yang terdiri dari kelompok sosial yang mempunyai latar belakang yang berbeda mempermudah terjadinya percampuran kebudayaan sehingga mendorong perubahan-perubahan sistem sosial Batobo di dalam masyarakat.

c.      Kontak Dengan Masyarakat Lain

Adanya faktor kontak dengan budaya lain dapat melahirkanproses difusi. Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain. Dari suatu masyarakat ke masyarakat lain. Hal ini mendorong terjadinya penemuan-penemuan baru yang dapat mendorong terjadinya perubahan-perubahan budaya lama.

d.           Pertambahan Penduduk Dari Luar

Dengan datangnya penduduk dari luar yang mempunyai kebudaan yang berbeda membuat masyarakat bersaing untuk menjadi yang baik. Terlebih lagi masyarakat yang datang itu lebih rajin sehingga mereka akan bersaing untuk lebih mempercepat dalam pengolahan lahan

MenurutSoejono Soekanto (2010:310) ada beberapa hal yang mendorong perubahan, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1)     Kontak dengan kebudayaan lain

2)     Sistem pendidikan yang maju

3)     Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju

4)     Toleransi terhadap perubahan-perubahan yang menyimpang

5)     Sistem lapisan masyarakat yang terbuka (open stratification)

6)     Penduduk yang heterogen

7)     Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu

8)     Orientasi ke masa depan

9)     Nilai - nilai meningkatkan taraf hidup

 

Sumber : http://kuantannet.blogspot.co.id/2016/12/makalah-tradisi-batobo-masyarakat.html