Minat baca rendah

 

Selain itu, minat baca masyarakat masih dianggap rendah. Setiap tiga dari empat responden menilai minat baca, terutama kalangan remaja, masih rendah. Rendahnya minat baca di negeri ini juga tecermin dari kebiasaan membaca buku masyarakatnya.

Meski angka melek huruf Indonesia telah mencapai 93 persen, kebiasaan membaca buku di antara warga masyarakat masih rendah dibandingkan dengan penduduk di beberapa negara Asia lainnya. Rata-rata lama membaca buku warga Indonesia hanya enam jam per minggu. Sementara di India rata-rata lama membaca warganya sepuluh jam per minggu, Thailand sembilan jam, dan Tiongkok delapan jam per minggu.

Tak hanya itu, Survei Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) tahun 2012 menyebutkan, kebiasaan membaca masyarakat Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan warga negara Asia lain.

Hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia memiliki minat baca serius. Rata-rata membaca buku penduduknya pun kurang dari 1 judul buku per tahun, sementara penduduk Jepang setiap tahun membaca 10-15 judul buku. Sementara orang Amerika sebanyak 20-30 judul buku per tahun.

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan minat baca masyarakat adalah dengan mencanangkan bulan gemar membaca yang diselenggarakan pada bulan September. Tanggal 14 September pun ditetapkan sebagai hari kunjungan perpustakaan.

Namun, upaya ini cenderung terkesan sebagai gerakan seremonial semata. Hari Kunjungan Perpustakaan diperingati oleh perpustakaan di seluruh Indonesia dengan menggelar berbagai kegiatan seperti pameran, perlombaan yang bertujuan mempromosikan berbagai koleksi, produk, dan layanan yang dimiliki, serta kegiatan yang menumbuhkan minat baca.

KOMPAS/BAHANA PATRIA

Publik melihat dari kacamata yang lain. Harus ada upaya yang lebih nyata dari pemerintah untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Sebagian terbesar responden dalam jajak pendapat ini, misalnya, mendorong pemerintah untuk mewajibkan masyarakat, khususnya pelajar, untuk mengunjungi perpustakaan. Setidaknya upaya ini dapat menggugah kembali kesadaran masyarakat akan pentingnya perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi, sarana belajar, dan sarana rekreasi ilmiah.

Fungsi perpustakaan

Perpustakaan menjadi sarana dan prasarana penting untuk mendorong minat baca masyarakat. Secara umum, perpustakaan memiliki empat fungsi, yakni pertama sumber informasi yang menyimpan karya cetak, seperti buku, majalah, dan sejenisnya serta karya rekaman, seperti kaset, piringan hitam, dan sejenisnya.

Perpustakaan juga menjadi sarana pendidikan dan pembelajaran nonformal dan informal. Artinya, perpustakaan menjadi tempat belajar ideal di luar sekolah. Selain itu, perpustakaan juga bisa menjadi sarana rekreasi. Perpustakaan sebagai tempat untuk menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca. Fungsi penting lain dari perpustakaan adalah sebagai penunjang kegiatan penelitian.

Pentingnya fungsi perpustakaan itu secara tak langsung disadari oleh publik. Jajak pendapat ini merekam harapan publik akan pentingnya perpustakaan di lingkungan mereka. Sedikitnya empat dari setiap lima responden yang berhasil diwawacarai mengaku perlu dibuatkan perpustakaan bagi warga di sekitar tempat tinggal mereka. Selain bisa menumbuhkan minat baca masyarakat, perpustakaan juga diharapkan dapat memperkaya pengetahuan warga.

Untuk mendorong antusiasme masyarakat berkunjung ke perpustakaan, idealnya perpustakaan perlu dikelola secara partisipatif oleh masyarakat. Jika memungkinkan, adanya fasilitas kehadiran pustakawan bisa menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang menarik dikunjungi karena koleksinya dikelola oleh profesional.

Atau dengan kata lain, ada keselarasan antara kehadiran perpustakaan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Jika hal itu dapat diupayakan, direalisasikan, dan dikelola dengan baik di tingkat komunitas, perpustakaan dapat diberdayakan sebagai salah satu tempat untuk mencerdaskan masyarakat.

(Litbang Kompas)

Perpustakaan yang dimiliki sekolah Bina Nusantara Simprug, Jakarta, Jumat (5/6), untuk mendukung budaya literasi di sekolah.

 

Sumber : http://print.kompas.com/baca/2015/09/15/Popularitas-Perpustakaan-Semakin-Pudar-Dilibas-Dig