Melibatkan Siswa dalam Pengelolaan Perpustakaan Sekolah

Oleh: Agus Salim

Seperti kita maklumi bersama bahwa kondisi perpustakaan sekolah di negeri ini masih sangat memprihatinkan Pembangunan ruang perpustakaan  sekolah belum mendapat perhatian utama dalam pembangunan gedung sekolah.

Banyaknya  gedung sekolah  yang bocor dan kemudian roboh serta banyak sekolah yang kekurangan kelas untuk menampung siswanya, semakin memperburuk kondisi dan keberadaan perpustakaan sekolah sebagai salah satu pusat sumber belajar.

Pengertian perpustakaan sekolah adalah any place in a school building, designated to both hold instructional materials, other than textbooks, wich are use by  teachaers and students (international association of school librarianship, 1968). Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah  dan dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan  dengan tujuan utama  membantu sekolah mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan umum pendidikan (Suliystio Basuki, 1993)

Fungsi perpustakaan sekolah adalah mendukung usaha-usaha sekolah dalam mengembangkan kemampuan membaca.  Walaupun sekarang perpustakaan sekolah lebih difungsikan sebagai information literacy tetapi perpustakaan sekolah tetap  memegang peranan penting dalam reading promotion.
 
Perpustakaan sekolah mempunyai misi membantu guru dalam mengajar dan murid dalam belajar(proses pembelajaran). Dengan kata lain, perpustakaan sekolah diharapkan mampu mengantarkan siswa dari tahap belajar membaca (learn to read) ke tahapan membaca untuk belajar (read to learn).

Idealnya perpustakan sekolah mengemban misi educational (dalam proses pembelajaran siswa: bacaan siswa dan life long learning), informational (information skill: finding, accessing, an using information, information literacy, active learning, problem solving), kultural (kultur nasional dan lokal), dan recreational (reading for fun, hobby, literate environment)

Perpustakaan memiliki peran yang sangat strategis dalam merangsang dan meningkatkan minat baca. Peningkatan minat baca siswa berbanding lurus dengan kondisi perpustakaan sekolah. Dapat dipastikan, sekolah dengan perpustakaan  yang baik maka minat baca siswanya lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah yang pengelolaan perpustakaannya buruk.

Perpustakaan sekolah berperan dalam menjadikan siswa menjadi pembelajaran mandiri. Kita dapat memastikan hal ini dengan memantau para  siswa yang sering berkunjung ke perpustakaan biasanya adalah mereka  yang memiliki rasa ingin tahu dan mandiri dalam belajar. Tentunya dengan adanya perpustakaan sekolah yang dikelola dengan baik maka, anak-anak yang sudah memiliki kemandirian dalam belajar dapat difasilitasi rasa ingin tahunya dan dapat memotivasi siswa lainnya untuk menjadi pembelajar mandiri.

Kita juga sering mendengar dan menyaksikan para siswa yang berprestasi dalam hal akademik adalah mereka yang mempunyai minat baca yang tinggi dan biasanya adalah anggota perpustakaan sekolah yang aktif. Bisa dilacak pula bahwa para pahlawan, dan tokoh  kita seperti, Haji Agus Salim, Buya Hamka, Presiden Soekarno, Mohmammad Hatta, Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bahkan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono adalah orang-orang yang memiliki minat baca tinggi dan memiliki koleksi buku yang luar biasa banyaknya.

Kita dapat membayangkan betapa hidupnya suasana sekolah jika perpustakaan sekolah dikelola dengan baik. Saat bel istirahat berdering  kita akan menyaksikan anak-anak yang bergegas menuju ruang perpustakaan sekolah, meminjam dan mengembalikan buku, dan berbagi cerita dengan teman-temannya tentang buku yang baru saja ia baca. Sementara itu, guru atau teman mereka yang menjadi pengelola perpustakan sekolah menyambut mereka dengan senyum dan menunjukkan koleksi buku terbaru yang dimiliki sekolah bulan ini.

Tahun 2007, penulis mendapat kesempatan bersama dengan teman-terman dari Save Emergency For Aceh (LSM anak yang dikelola oleh aktivis mahasiswa Aceh) bekerja sama dengan Child Fund dan Excellcomindo, membangun sebuah proyek pengadaan perpustakaan yang melibatkan partisipasi aktif siswa di sembilan sekolah di Kecamatan Sampoiniet, Aceh Jaya.

Kami melibatkan partisipasi siswa dan dewan guru secara aktif dalam membangun perpustakaan sekolah mulai dari perencanaan hingga pengelolaan. Kami bersama dewan guru dan siswa meyelenggarakan workshop.

Beberapa kebijakan yang  diputuskan oleh para siswa adalah: Tema buku yang diinginkan, menentukan corak desain interior, nama pustaka, sistem sirkulasi (peminjanan dan pengembalian), tata tertib perpustakaan, dan pembentukan tim pustakawan junior.

Alhamdulillah, hasilnya Subhanaallah! Berdirilah sembilan perpustakaan yang indah di dalam hutan (Desa Ujung Rimba ) dan para siswa sangat senang berada di perpustakaan sekolahnya. Mereka merasa memiliki perpustaaan tersebut karena memang sejak awal mereka terlibat. Mereka lebih senang berada di ruang perpustakaan daripada ruang kelasnya sendiri. Saat bel tanda istirahat dibunyikan merek segera berhamburan dari luar kelas menuju ruang perpustakaan yang indah itu.

Belajar dari pengalaman Sekolah Dasar Ujung Rimba  Kecamatan Sampoiniet, Aceh Jaya, adalah sangat memungkinkan apa yang dilakukan di sekolah tersebut bisa direplikasi di tempat lain. Kami yakin pihak sekolah di mana pun dapat melakukan hal ini. Dan, dengan bantuan pemerintah daerah, perusahaan-perusahaan, komite sekolah dan masyarakat, pasti program  pembangunan dan pengelolalan perpustakaan sekolah akan lebih cepat terwujud.

 

Sumber : http://www.igi.or.id/2-view.php?subaction=showfull&id=1225454991&archive=&start_from=&ucat=2&do=artikel