“ SEMANGAT DALAM MENUNAIKAN AMANAH”
PENGORBANAN SEORANG NABIYULLAH
Nabi Ibrahim a.s adalah seorang utusan Allah SWT yang taat dan hanif. Berkali – kali ia dipuji oleh Allah SWT dengan cobaan yang tiada seorang pun sanggup melaluinya. Namun, ia membuktikan bahwa kecintaannya kepada Allah SWT diatas segalanya hingga dia berhasil menjalani ujian demi ujian yang gemilang.
Ujian berat pertama yang harus dilalui Ibrahim a.s adalah ketika anak yang sudah laama dia dambakan harus berpisah dengannya. Belum lama Ibrahim a.s menikmati status barunya sebagai ayah, ia menerima perintah dari Allah SWT untuk membawa putranya yang masih merah bersama Siti Hajar kesebuah tempat yang sama sekali belum diketaahuinya. Akan tetapi, tidak ada pilihan lain bagi Ibrahim a.s selain menaati perintahnya.
Sebuah awan besar mengiringi perjalanan mereka. Awan besar itu berhenti disebuah tempat yang gersang dan tandus. Hanya sebatang pohon besar yang menaungi mereka. Disanalah Nabi Ibrahim harus meninggalkan ostri dan anak tercintanya. Ketika Ibrahim a.s beranjak hendak meninggalkan mereka berdua, Ibrahim a.s diam membisu dan melepas pegangan sang istri sambil berlalu. Ia terus melangkah meninggalkan sang istri dan putra yang sangat dicintainya.
Siti Hajar r.a betul – betul mengharapkan suatu jawaban mengapa suami yang sangat pengasih terhadap keluarganya kini tega meninggalkan ia dan putranya yang tak berdaya disebuah daerah tak berpenghuni. Tapi, Siti Hajar r.a langsung memahami bahwa suaminya tidak akan mungkin berbuat demikian kecuali atas perintah Allah SWT. Siti Hajar r.a kembali melunakkan suaranya dan memanggil, “Nabiyullah, apakah ini perintah Allah?”. Pertanyaan tersebut membuat Ibrahim a.s berhenti sejenak, kemudian mengangguk tanda pengiyakan dugaan istrinya.
Ibrahim a.s pun kembali melanjutkan perjalanannya dengan perasaan berkecamuk didalam dadanya. Jika bukan karena keimanan yang kuat kepada Allah SWT dalam melaksanakan amanah yang diturunkan kepadanya, ia tidak akan sanggup melakukannya. Lalu, Ibrahim a.s mengangkat kedua tangannya seraya berdo’a kepada Allah SWT dalam untuk keselamatan istri dan anaknya tercinta, sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Qur’an, “Ya Tuhan, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam – tanaman didekat rumah engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka rezeki dari buah – buahan, mudah – mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim [14] : 37 )
Dua hari berlalu dan perbekalan habis, begitu juga air susu sang bunda telah mengering untuk sang bayi. Bayi Ismail berteriak menangis keras agar sang bunda mau melepas dahaganya. Siti Hajar melihat Bukit Shafa tinggi menjulang. Akhirnya, Hajar r.a membaringkan Ismail yang terus menangis untuk mencari setetes air. Ia kuatkan hatinya dan berlari kecilmenaiki Bukit Shafa. Namun, sejauh mata memandang, ia tidakmelihat sumber air, kalifah, atau apapun yang dapat membantunya. Kemudian ia segera naik ke atas Bukit Marwah yang bersebelahan dengan Bukit Shafa.
Khawatir dengan sang jabang bayi, Hajar r.a turun dari Bukit Marwah untuk menengok keadaan buah hatinya. Ismail masih menangis. Namun, ia tetap yakin akan pertolongan Allah, lalu ia melakukan hal yang serupa, yaitu menaiki dan menuruni Bukit Shafa dan Marwah. Setelah tujuh kali Hajar r.a berlari menaii dan menuruni kedua bukit tersebut, ia kembali menengok Ismail yang makin melemah. Kemudian ia terduduk lelah di sisi sang buah hati. Saat itulah rahmat Allah SWT teercurah kepada mereka. Sebuah mata air menyembur deras tepat di tempat bIsmail menghentakkan kakinya.
Rasa syukur dan bahagia yang luar biasa membuncah ketika percikan air di bawah kaki putra tercintanya. Subhanallah, sungguh kenikmatan yang luar biasa.
Ujian dari Allah SWT berakhir indah. Sumber air tersebut menjadi tempat persinggahan kafilah – kafilah yang sedang melakukan perjalanan. Lama – kelamaan terbentuklah perkampungan disekitar mata air tersebut. Sumber air itu terkenal dengan nama “ZAMZAM” hingga kini.
“PETIKAN HIKMAH”
Rasul Allah senantisa diuji untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaatan kepada Rabb-Nya. Untuk melaluinya dibutuhkan pengorbanan yang luar biasa besarnya. Hanya hamba – hamba-Nya yang beriaman dan sabar yang sanggup melaluinya.
Melaksanakan perintah Allah SWT adalah amanah yang harus ditunaikan. Seberat apapun amanah tersebut, Allah SWT tidak akan menzalimi hamba-Nya. Terbukti bagi hamba-Nya yang taat dan sabar, Allah SWT telah menyediakan baginya akhir yang baik.
KETAATAN ANAK SALEH
Ismail tumbuh menjadi remaja yang tampan. Diusianya yang masih belia, tampak kelembutan hati dan kebijakkan terpancar dari wajahnya. Saat - saat bahagia ia rasakan ketika AllaH SWT mempertemukan kembali dengan ayahnya yang telah terpisah selama bertahun – tahun. Justru pada sat itu hati Ibrahim a.s sedang terpaut cinta yang dalam kepada putra semata wayangnya tersebut.
Kini ayah dan anak dipersatukan kembali oleh Allah. Ismail a.s merasakan kembali curahan cinta dan kasih sayang seorang ayah. Akan tetapi, belum lama mereka melepas rindu dan kasih sayang, Allah SWT menurunkan perintah selanjutnya. Ibrahim a.s bermimpi menyembelih putra semata wayangnya yang begitu ia cintai. Tentu saja mimpi itu membuatnya bimbang karena ayah mana yang tega membunuh putra tercintanya. Benarkah mimpi itu datang dari Allah SWT atau hanyalah tipu daya setan terkutuk?
Ketika Allah SWT meyakinkan bahwa mimpi itu benar dan itu adalah perintah yang harus dijalankan, tanpa bertanya lagi Ibrahim a.s langsung mematuhinya. Ibrahim a.s menyampaikan perintah Allah SWT ini kepada putranya, Ismail.
Subhanallah, kecintaan mereka kepada Allah SWT melahirkan ketaatan yang tulus dan murni. Ismil s.a tanpa ragu siap mempertaruhkan nyawanya jika memang itu yang dikehendaki Allah SWT.
Keduanya beranjak ke sebuah tempat untuk melaksanakan perintah Allah SWT itu. Ibrahim a.s menatap putranya untuk terakhir kali. Ismail merebahkan tubuhna dengan wajah menghadap tanah. Dalam posisi tersebut, sang ayah tidak akan melihat wajah anaknya yang kesakitan, sedangkan bagi ismail, ia tidak akan melihat prosesi penyembelihan dirinya.
Tatkala pisau akan ditebaskan dileher Ismail, Allah SWT memiliki rencana lain. Atas kehendak-Nya, Ismail diganti dengan seekor domba yang besar. Kesabaran mereka sungguh sangat terpuji. Mereka benar – benar bisa melaksanakan perintah Allah dengan penuh kesabaran.
“PETIKAN HIKMAH”
Diperlukan kesabaran dalam melaksanakan perintah Allah SWT karena dalam menunaikannya dibutuhkan pengorbanan.
Amanah adalah ujian yang harus dijalankan untuk mengetahui kualitas keimanan dan ketaatan sebenarnya kepada Allah SWTdan Allah SWT senantiasa membalas dengan kebaikan bagi hamba-Nya yang menepati amanah.
KEHORMATAN MENUNAIKAN AMANAH
Pada maswa jahiliah hiduplah seorang penyair bernama Umru’ul Qais keturunan kerajaan Kindah yang memiliki julukan Penyair Emas. Syair – syairnya sangat tajam mengkritik pemerintahan baru kerajaan Kindah yang zalim. Qais berpesan agar jika terjadi sesuatu padanya, barang – barang tersebut hanya boleh diserahkan kepada ahli warisnya.
Konon dalam perjalanannya, Qais dibunuh oleh utusan Raja Kindah dengan cara diracun hingga nyawanya pun berakhir. Kemudian Raja Kindah menyuruh pengawalnya untuk mengambil barang – barang milik Qais dari tangan samuel. Segala upaya di gencarkan parah pengawal Raja Kindah agar barang – barang milik Qais diserahkan, mulai dari membujuk , menjanjikan imbalan, sampai mengancam. Namun, upaya tersebut tidak membuat Samuel melanggar janji dan mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya.
Raja zalim itu tidak kehabisan akal. Di tangkaplah putra samuel yang melawan puluhan tentara seorang diri untuk di jadikan tawanan. Raja mmengancam samuel jika masih bersikukuh tidak mau memberi barang – barang yang ia minta , anaknya akan di bunuh di hadapannya. Ayah mana yang rela melihat anaknya menderita , apalagi jika harus mati dengan cara mengenaskan seperti itu. Setelah berkata demikian , putranya di bunuh di depan matanya sendiri. Semua ia lakukan demi mempertahankan amanah hingga ia harus mengorbankan putranya sendiri.
Misi penyerangan akhirnya gagal dan kali ini raja zalim itu benar – benar kehabisan akal. Mereka pun pulang meninggalkan benteng tanpa membawa hasil yang mereka inginkan.
Suatu hari anak – anak umru’ul Qais selaku ahli waris mendatangi samuel. Ia pun menyerahkan semua barang titipan Qais kepada mereka. Tidak ada dendam atau tuntutan dari samuel atas pengorbanan yang telah ia lakukan demi menjaga warisan ayahnya. Semua ia lakukan dengan tulus. Ia pun menggubah syair tentang dirinya:
Kupenuhi janji
Meski geti kuhadapi
Kezaliman raja nan dengki
Meskipun orang mengkhianati
Aku tetap menepati
Sebab, kehormatan lebih aku hormati
“PETIKAN HIKMAH”
Banyak alasan bagi seseorang untuk menepati amanhnya yang dipercayakan kepadanya. Salah satunyauntuk menjaga kehormatan diri himgga ia rela mengorbankan jiwa dan anaknya. Dalam islam dinyatakan bahwa pengorbanan seorang muslim dalam memperjuangkan amanah akan mendapat balasan surga tertingi dan kekal didalamnya.
MENDAHULUKAN ALLAH SWT
Ibnu Abbas r.a menceritakan keadaan para sahabat yang disibukkan dengan pekerjaan dan perdagangannya. Tatkala azan berkumandang, mereka langsung meninggalkan pekerjaan dan perdagangannya, kemudian berdunyu – dunyu menuju masjid untuk shalat berjemaah. Ketika tiba waktu shalat berjemaah, para pedagang serentak menutup toko – toko mereka dan bersama – sama berjalan menuju masjid.
Abdullah bin Umar r.a berkata, “Mereka inilah yang diberitakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, “Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut pada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari kiamat).” (QS An-nur [24] : 37)
“PETIKAN HIKMAH”
Orang – orang yang mendahulukan amanh kepada Ilahi tanpa memedulian kerugian perniagaannya akan memperoleh surga di akhirat kelak.Bagi mereka, urusan akhirat lebih di utamakankan daripada urusan duniawi karena diakhirat kelak orang yang tidak terhalang atas perdagangannya dari mengingat Allah akan masuk kelompok ketiga yang lebih dahulu dimasukan ke surga.
MENJAGA KEPERCAYAAN ORANG LAIN
Sepuluh terakhir bulan ramadhan, Rasulullah saw. Ia dikunjungi oleh salah seorang istrinya yang bernama Shafiyyah. Ketika Rasulullah saw. Mengantarkan istrinya pulang kerumah, mereka bertemu dengan dua orang sahabat di tengah perjalanan.
Kedua Sahabat berkata, “Allah melarang kami berburuk sangka tentang engkau, wahai Rasulullah.”
Rasulullah membenarkan perkataan mereka sahabatnya dan menambahkan, “Berburuk sangka tentang diriku akan menyebabkan hilangnya iman dan masuk ke dalam neraka. Setan akan terus – menerus berputar dalam aliran darah seseorang.”
Setan selalu mencari celah untuk menaburkan prasangka dan membesar – besarkannya hingga berakibat hilangnya kepercayaan seseorang terhadap yang lainnya. Oleh karena itu, Rasulullah saw. Mencegah terjadinya hal itu dengan mengungkap hal sebenarnya untuk menghentikan langkah setan menghancurkan hubungan sesama muslim.
“PETIKAN HIKMAH”
Rasulullah saw. memelihara gelar Al-amin-nya (yang dapat dipercaya) dengan cara menjaga kepercayaan orang lain terhadap dirinya. Dengan demikian, setiap orang yang ingin menjadi orang yang amanah, ia harus memiliki kejujuran serta menjaga sikap dan tingkah laku agar tidak menimbulkan prasangka buruk orang lain terhadap dirinya.
ALLAH SWT SEBAGAI SAKSI
Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Pernah bercerita tentang dua orang Bani Israel yang meminjamkan uang sebesar 1.000n dinar kepada temannya. Uang sebesar itu bukanlah jumlah yang sedikit. Kemudian si pemberi utang meminta temannya yang akan ia pinjami uang untuk mendatangkan seorang saksi. Ia berkata, ”Datangkanlah beberapa saksi agar mereka menyaksikan utang piutang ini.”
Temannya menjawab,”Cukuplah Allah sebagai saksi bagiku! “
Kemudian si pemberi utang meminta lagi, “datangkanlah seseorang yang bisa menjamin utangmu! “
Temanya kembali menjawab, “cukuplah Allah yang menjaminku! “
Semua didasarkan atas saling percaya karena mereka menjadikan Allah SWT sebagai saksi dan penjamin.
Beberapa hari kemudian, teman yang dulu berutang datang ke rumah temannya yang meminjami utang. Ia belum tahu kalau kayu itu telah sampai dengan selamat ketujuannya. Kemudian ia membawa uang 1.000 dinar untuk dibayarkan seraya berkata, “Demi Allah, aku terus berusaha untuk mendapatkan kapal. Baru sekarang aku bisa memperbolehkan kapal yang mengantarku kemari.”
Teman yang memberi pinjaman berkata, “Bukanlah engkau telah melunasi utangmu?”
Temannya menjawab, “ Bukankah aku telah bertahukan kepadamu bahwa aku tidak mendapatkan kapal sebelumini dan baru sekarang aku tiba disini?”
“Sesungguhnya Allah telah menunaikan apa yang telah engkau kirimkan kepadaku melalui kayu. Oleh karena itu, bawalah uang 1.000 dinarm kembali. Semoga keberkahan senantiasa menyertaimu!”
Akhirnya, mereka berdua bener – bener menyaksiakn bahwa utang piutang antara mereka melibatkan pertolongan Allah SWT yang nyata sebagai saksi dan penjamin.
Kisah ini merupakan penjelasan ayat Al-Qur’aan Surat Ali Imran [3] ; 75-76.
“PETIKAN HIKMAH”
Allah tidak pernah tidur dan selalu menolong hamba-Nya dalam menunaikan amanah. Kesungguhan seseorang yang berusaha untuk menyelesaikan utangnya tepat waktu adalah perwujudan dari sifat amanah.
“MEMBELA HAK DAN MEMBERI PERLINDUNGAN”
MEMBELA HAK MAKHLUK ALLAH
Diantara sifat amanah adalah memelihara hak – hak makhluk Allah, termasuk Hewan. Rasulullah sangat membenci perlakuan yang semena – mena terhadap hewan.
Diriwayatkan pula oleh Bukhari, Rasulullah saw. Pernah bersabda kepada para sahabat bahwa pernah ada seorang nabi yang mendapat teguran dari Allah SWT karena membakar sarang semut.
Di waktu yanag lain ketika diMina, para sahabat menyerang seekor ular dengan maksud ingin membunuhnya. Namun, ular tersebut berhasil meloloskan diri. Rasulullah yang menyaksikan kejadian tersebut dan berkata, “Ia diselamatkan dari kejahatan kalian, seperti kalian diselamatkan dari kejahatannya.”
Ada sebuah kisah yang mungkin masih segar dalam ingatan kta tentang seorang pelacur yang masuk murga karena menyelamatkan seekor anjing dari kehausan. Sementara itu, seorang perempuan disiksa karena ia telah mengurung seekor kucing hingga mati karena tidak diberi makan dan minum.
Itu merupakan bukti bahwa Allah SWT sangat menyayangi seluruh makhluk-Nya dan sudah sepantasnyaa manusia yang diberi kelebihan akal melindungi makhluk Allah yang lemah.
“PETIKAN HIKMAH”
Memenuhi hak – hak hewan adalah amanah kita, tetapi hal ini kadang luput dari perhatian kita bahwa hewan juga memiliki hak yang harus dipenuhi. Apalagi jika sudah mengambil hewan sebagai peliharaan, kewajiban majikanlah untuk memenuhi kebutuhan makan, minum, dan tempat tinggal yang layak, sebagaimana makhluk Allah SWT yang harus dipenuhi kebutuhan dan hak – haknya.
KETEGUHAN MENJAGA RAHASIA
Seorang wanita mendatangi Ahmad bin Al-Mahdi ketika ia bermalam di Bagdad. Ahmad bin Al-Mahdi bukanlah penduduk asli Bagdad. Sedangkan, wanita yang mendatanginya adalah seorang putri dari warga kota tersebut yang dirundung masalah. Wanita itu bercerita bahwa ia telah mengandung. Selama itu ia mengaku sebagai istri Ahmad dan bayi dalam kandungannya adalah darah daging Ahmad. Dia memohon dengan sangat agar Ahmad bin Al-mahdi mau menjaga rahasianya dengan berkata,”Simpanlah rahasiaku, semoga Allah menutupi rahasiamu seperti halnya engkau menutupi rahasiaku.” Wanita itu pun segera pergi meninggalkannya.
Waktu pun berlalu. Sesepu dari daerah tempat tinggal wanita itu datang mengunnjungi Ahmad bin Al-Mahdi bersama warga lainnya guna memberi tahu tentang kelahiran anaknya. Ia pun bergembira atas berita tersebut, kemudian menitipkan uang dua dinnar untuk diberian kepada wanita yang mengaku istrinya untukmenafkahi anaknya.
Akan tetapi, tidak lama kemudian anak tersebut meninggal. Ia pun menunjukkan bela sungkawanya ketika orang – orang menyampaikan berita tersebut.
Satu bulan kemudian, wanita itu mendatanginya sambil membawa uang yang dititipkan Ahmad untuknya. Seluruh uang Ahmad ia kembalikan seraya berkata, “Semoga Allah menutupi rahasiamu seperti halnya engkau menutupi rahasiaku.”
Namun, Ahmad menolaknya, “Uang ini milikmu, gunakanlah untuk uang keperluanmu.”
“PETIKAN HIKMAH”
Menjaga rahasia seseorang termasuk amanah yang harus ditepati meskipun orang itu tidak dikenal. Apalagi orang itu mendapatkan kesusahan karena rahasianya itu.
“AMANAH DALAM RUMAH TANGGA”
WANITA YANG MENOLAK PINANGAN RASULULLAH
Wanita itu adalah Ummu Hani’ r.a Nama sebenarnya adalah Fakhitah binti Abi Thalib bin Abdul Muthalib. Ia berasal dari kabilah Quraisy dari keturunan Bani Hasyim. Ummu
Hani’ r.a. adalah saudara kandung Alibin Abi Thalib r.a.
Sebelum Rasulullah SAW. Menerima wahyu, beliau pernah meminang Ummu Hani’ melalui pamannya,Abu Thalib, yang juga ayah Ummu Hani’. Sayangnya, sang ayah telah mengikat perjanjian dengan Habirah bin Wahab yang telah meminang putrinya terlebih dahulu dan Ummu Hani’ pun menerima pinangan Habirah.
Kemudian Rasulullah SAW. meminang kembali Hani’ untuk kedua kalinya. Namun, dengan halus Ummu Hani’ berkata, “Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada pendengaran dan penglihatanku sendiri. Namun, hak suami sangatlah besar, hingga aku merasa takut apabila melayani suami, kemudian anak-anakku terlantar. Dan jika aku mengurusi anak-anak, aku khawatir hak –hak suamiku tidak bisa kupenuhi. “
Mendengar jawaban tersebut, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik wanita yang menanggung unta adalah wanita Quraisy, yang sangat penyayang terhadap anak – anaknya yang masih kecil dan sangat hati – hati dalam menjaga hak – hak suami ketika ia menjadi seoarang istri,” (HR Ibnul Atsir)
Siapa yang sanggup menolah pinangan Rasulullah saw. sosok mulia dan bertanggung jawab idaman para wanita salehah. Namun, Ummu Hani’ menekan perasaannya semata – mata karena tidak ingin lalai dalam mengurus suami dan anak – anaknya yang masih kecil. Dan ia memiliki kasih sayang yang luar biasa besar kepada anak – anaknya sehingga menolak untuk bersuami kembali. Subhanallah, Ummu Hani’ adalah contoh seorang ibu yang bertanggung jawab dalam membesarkan anak – anaknya demi kebaikan maasa depan mereka.
“PETIKAN HIKMAH”
Amanah seorang wanita yang sudah berumah tangga adalah memenuhi hal suami dan anak – anaknya serta memelihara rumah dengan baik karena semua itu akan diminta pertanggungjawabannya oleh Alla SWI, sebagaimana sabda Rasulullah saw. “setiap wanita atau istri adalah pemimpin yang bertanggung jawab terhadap rumah suaminya dan anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka.” (HR Bukhari)
MENCINTAI KARENA ALLAH
Umar bin Abdul Aziz r.a hidup dalam kemewahan dan kemegahan hidup bersama istrinya yang memiliki ayah seorang khalifah. Apapun yang ia mau dengan mdahnya ia dapatkan. Hal ini sangat berkebalikan ketika ia terpilih menjadi khalifah meneruskan amanah sang mertua.
Kemewahan yang begitu didambakan setiap orang, ia tinggalkan begitu saja. Sungguh tindakan yang sangat langka karena umumnya setiap orang mencari jabatan agar dapat hidup mewah dan bergemilang harta.
Keputusan ini ia sampaikankepada istri tercintanya, Fatimah binti Abdul Malik r.a. Umar r.a berkata kepadanya, ”Wahai Fatimah, masalah besar telah menimpaku. Aku diberi beban yang paling berat dan aku akan dimintai pertanggungjawaban tentang manusia yang paling jauh serta yang paling dekat dari umat Muhammad saw. Tugas ini akan menyita seluruh keberadaanku, hingga tidak ada waktu bagiku untuk memnuhiseluruh hakmu atas diriku. Tidak ada lagi hasrat bagiku kepada wanita, tetapi aku tidak ingin menceraikanmu. Aku tidak menginginkan seorang pun di dunia ini selain dirimu. Meskpun demikian, aku tidak ingin menzalimidirimu. Aku khawatir kamu tidak sabar atas cara hidup yang kupilih. Oleh karena itu, aku akan mengantarkanmu ke rumah ayahmu.”
Sang istri terpana mendengar penjelasan suaminya yang begitu mendadak. Tak habis pikir dengan keputusan suaminya, Fatimah kembali berrtanya, “Apa yang mendorongmu untuk berbuat seperti itu?”
Umar r.a menjawab, “Wahai Fatimah, sesungguhnya aku memiliki jiwa ambisius dan aku tidak mendapatkan sesuatu, kecuali menginginkan yang lebih baik darinya. Aku menginginkan jabatan, lantas mendapatkanya. Ketika aku mendapatkannya, muncul keinginan untuk menguasai khalifah dan ketika aku telah mendapatkannya, aku menginginkan yang lebih baik darinya, yaitu Surga.”
Sang istri menanggapi keinginan suaminya. Setelah mendapat persetujuan dari sang istri, ia pun memulai tugasnya dengan meninggalkan istana megahnya. Bersama istrinya, ia menempati gubuk kecil di sebelah kiri masjid. Kini hanya sebuah permata yang tertinggal sebagai harta satu – satunya Fatimah.
Mengetahui hal tersebut, Umar r.a berkata dengan lembut kepada istrinya, “Wahai Fatimah, engkau mengetahui bahwa permata itu diperboleh ayahmu dari harta kaum muslimin dan menghadiahkannya kepadamu. Sesunguhnya aku tidak suka permata itu dirumahku. Karena itu, engkau boleh memilih: permatamu atau aku?”
Sang istri pun menjawab. Ia pun berkata, “Demi Allah, tentuakulebih memilihmu, wahai suamiku, daripada permata ini. Kini, kedua suami istri mulia tersebut hidup seadanya. Tidak ada pakaian mewah dan indah, melainkan paakaian usang dan enuh tambalan yang melekat pada tubuh mereka. Tidak ada pula istana, melainkan rumah keil dengan dinding yang rapuh.
Namun, dihadapannya, tidak ada kemewahan, kesombongan, dan jarak antara mereka dan rakyatnya. Mereka menjauhi kemewahan duniawi agar jiwanya makin kuat dan terhindar dari fitnah – fitnah dunia. Itulah rumah tangga penuh dengan keimanan yang dihuni oleh pasangan yang menyinari dunia dan menembus cakrawala.
Siapa yang tujuannya adalah akhirat, Allah akan menjadikan rasa cukup dalam hatinya, menyatuhkan kembali apa yang terpisah darinya, dan dunia akan selalu datang kepadanya dalam tunduk. Dan siapa akan menjadikan dunia sebagai tujuannya, Allah akan menjadikan kefakmemisahkan yang bersatu dengannyairan selalu membayang – bayanginya, , dan dunia tidak akan datang kepadanya, kecuali yang kotor baginya. (Al-Hadis)
“PETIKAN HIKMAH”
Seorang kepala rumah tangga senantiasa membimbing keluarganya kejalan kebenaran. Ia meletakkan fondasi keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dalam membina bangunan rumah tangga. Peranan istri salehah juga sangat penting untuk mendukung tugas suami, apalagi berkenaan dengan urusan rakyat.
JANJI SEORANG ISTRI
Habaib bin Maslamah r.a adalah seorang panglima eraang Islam gagah berani yang dikenal akan sepak terjangnya dalam pembebasan negara Syam. Suatu hari ia menerima panggilan jihad dan berpamitan kepada istrinya dengan berkata, “Sampaiberjumpa!”
Bagi sang istri, ucapan suaminya itu bukanlah sekedar basa – basi, melainkan tawaran pertemuan berikutnya yang harus ditepati. Sang istri pun bertanya tentang kejelasan perjumpan tersebut, “Dimana kita akan berjumpa?”
Dengan lugas Hubaib r.a menjawab, “Di tenda panglima pasukan musuh atau disurga, Insya Allah!”
Mereka berdua berpisah. Hubaib r.a. bertempur sekuat tenaga di peperangan yang dahsyat dan sengit tersebut. Atas pertolongan Allah SWT, Kemenangan di raih oleh pihak kaum muslimin.
Hubaib r.a beserta pasukannya berjalan lenggang di wilayah musuh menuju tenda panglima mereka. Di depan tenda musuh tersebut berdiri sesosok perempuan yang sangat di kenal hubaib r.a. benarlah , ternyata sosok wanita itu adalah istri setianya. Alangkah terkejutnya hubaib r.a melihat istrinya berada di dalam wilayah musuh , apalagi di depan tenda panglima perang musuh islam. Tidakkah sang istri memikirkan bahayanya tersebut? Bukan bertemu suaminya, malah ia menjadi sandera musuh atau terbunuh.
Keherenan suaminya cukup menjadi sebuah pertanyaan yang harus dijawab sang istri. Sambil menyambut suaminya, sang istri berkata, “bukankahketika kita berpisah, engkau mengatakan akan bertemu denganku di tenda ini atau di surga? Karena itulah aku berada di sini menantimu untuk menepati janji kita.”
“PETIKAN HIKMAH”
Kesetiaan seorang istri akan teruji pada saat sang suami mengalami masa-masa sulit. Akankah sang istri setia mendampinginya atau tidak tahan dan meninggalkannya? Seorang istri yang rela masuk ke wilayah musuh demi menepati janjinya kepada suami adalah wujud kesetiaan dan amanah. Ia selalu mendampingi suaminya dalam engatasi situasi pelik dan senantiasa membahagiakannya. Suami mana yang tidak makin cinta jika sang istri melayani sepenuh hati, baik dalam suka maupun duka.
KETURUNAN BERSAHAJA
Imam ahmad bin hanbal r.a adalah seorang ulama yang kaya dan dermawan. Suatu ketika seorang wanita sederhana datang mengadu kepadanya. Namun , sebelumnya ia mendengarkan pengaduan wanita tersebut dengan seksama, “ Tuan, saya adalah ibu rumah tangga yang telah di tinggal mati suami. Setiap hari saya berkerja siang hingga malam.
Siang hari saya bekerja menggurus anak-anak dan rumah tangga, sedangkan malam hari saya merajut benang untuk di jual sebagai penghasilan kami. Namun, saya tidak memiliki sesuatu untuk menbeli lampu sehingga saya biasa mengerjakannya di bawah sinar rembulan.”
Mendengar cerita wanita tersebut, imam ahmad r.a. tergerak hatinya untuk menolong. Namun, ternyata cerita itu belum selesai. Imam ahmad r.a. mengurungkan niatnya untuk memberi sedekah demi mendengarkan kelanjutan cerita wanita tersebut. Sambil menarik nafas, wanita itu mengadu dengan wajah penuh kesedihan, “Hingga pada suatu ketika, kafilah milik pemerintah berkemah di depan rumah saya. Lampu-lampunya terang benderang karena banak jumlahnya. Saya pun segera memfaatkan cahaya tersebut untuk merajut. Akan tetapi, setelah perkerjaan saya selesai, saya bimbang, apakah rajutan itu jika di jual, hasilnya halal di makan oleh saya dan anak-anak? Sebab saya menggunakan lampu yang minyaknya dibeli dari uang negara yang sudah barang tertentu adalah uang rakyat juga.”
Imam Ahmad r.a terkesan dengan kegundahan wanita tersebut yang khawatir dirinya telah mencuri uang rakyat. Sudah pasti ia bukan wanita sembarangan hingga memiliki ketajaman nurani seperti itu.
Ternyata sosok wanita yang berada di hadapannya itu adalah wanita terhormat, adik seorang gubernur yang adil dan dimuliakan semasa hidupnya. Mereka dalah keluarga terhormat yang tidak sewenang – wenang menggunakan uang rakyat untuk kesenangan duniawi mereka.
Demi menjaga kemuliaan wanita tersebut, Imam Ahmad r.a menjawab kegelisahannya, “Ketika semua orang berlomba – lomba memanfaatkan peluang untuk menghabiskan dan menggerogoti uangrakyat melalui jabatan yang diamanahkan kepadanya, ternyata masih ada wanita semulia dirimu yang khawatir terciprat hak milik rakyat dan mempertanyakan kehalalannya. Sungguh, sehelai rambutmu lebih mulia daripada berlapis – lapis sorban yang kupakai dan berlembar – lembar jubah yang dipakai para ulama. Demi Allah, untuk wanita semulia engkau, ada baiknya menghindari hasil rajutan yang kau ragukan kehalalannya meskipun apa yang kau lakukan pada dasarnya diperbolehkan karena tidak merugikaan perbendaharaan negara.”
“PETIKAN HIKMAH”
Salah satu molal menjadi orang yang amanah adalah sikap wara’ atau kehati-hatian dalam memfaatkan sesuatu. Seorang pejabat yang amanah mendidik keluarganya untuk mengharamkan harta rakyat baginya.
“AMANAH KEPADA NONMUSLIM”
KESAKSIAN PENDUDUK MEKAH
Sejak kanak-kanak, muhammad terkenal dengan kejujuran penduduk mekah. Penduduk mekah berkata tentang sifat amanah beliau, “jika engkau harus pergi dan perlu seseorang untuk menjaga istrimu, percayakan dia kepada muhammad tanpa ragu-ragu sebab dia tidak akan menetap sekejap pun pada wajahnya. Jika engkau ingin mempercayakan hartamu di jaga,percayakan kepada orang jujur dan dapat di percaya ini sebab dia tidak akan pernah menyentuhnya. Jika engkau mencari seseorang yang tidak pernah berbohong dan tidak pernah melanggar kata-katanya, pergilah ke muhammad sebab apa pun yang di katanya adalah benar!”
Seluruh penduduk mekah menaruh kepercayaan yang tinggi kepada rasulullah saw. bahkan , setelah beliau di angkat menjadi rasul pun, musuh-musuhnya masih ada yang mempercayakan barang-barangnya kepada beliau.
Para pemuda mekah menyapa rasulullah saw. ketika melintas di depan mereka seraya berkata kepada beliau, “ Demi Allah , wahai muhammad, engkau kenal sebagai seseorang yang tidak pernah mengingkari janji, baik di masa kecilmu maupun sesudah engkau dewasa.”
“PETIKAN HIKMAH”
Memperoleh kepercayaan dari orang lain tidak bisa di dapat dengan cara instant. Kepercayaan lahir karena sikap dan tingkah laku kesehariannya senantiasa di jaga dari hal-hal yang mengundang fitnah dan dusta. Perilaku ini tidak bisa di buat-buat, sebagaimana oramg munafik melakukannya, yaitu tingkah lakunya melakukan kebaikan, tetapi hatinya menentang atau berharap pujian. Sifat Al- Amin rasulullah saw. lahir dari jiwa yang bersih dan terselimuti fitrah serta senantiasa di lindungi Allah SWT dari perbuatan dusta yang berakibat hilangnya kepercayaan orang kepada beliau.
LARANGAN IKUT PERANG KARENA PERJANJIAN
Kaum muslimin berbondong-bondong meninggalkan mekah menuju madinah, sebuah kota yang awalnya bernama yastrib.hijrahnya kaum muslimin tersebut mendapatkan rintangan dari penduduk asli mekah yang membenci islam, yaitu kaum musyrikin Quraisy. Segala upaya mereka gencarkan untuk mencegah kaum muslimin keluar dari kota mekah dan bergabung dengan Rasulullah saw. di madinah.
Suatu hari hudzaifah bin yaman r.a. berserta ayahnya, husain r.a., hendak menyusul rasulullah saw. hijrah ke madinah.
Ia mengatakan demikian agar terbebas dari cngkraman kau musyrikin uraisy, bukan karena keinginan sebenarnya.mendengar janji hudzaifah, orang-orang Quraisy tersebut membiarkan mereka melanjutkan perjalanan menuj madinah.
Hari pertemuan antara pasukan muslimin dan pasukan musyrikin Quraisy pun tiba. Mereka bertemu di medan petempuran di daerah badar yang kelak di kenal dengan perang badar. Rasulullah saw. melihat hudzaifah r.a. dan ayahnya berada dalam barisan pasukan muslimin untuk ikut berperang melawan musyrikin Quraisy. Kemudian beliau mendekati mereka seraya berkata “ingatlah perjanjian kalian dengan orang-orang Quraisy untuk tidak ikut berperang bersama kami.kembalilah kalian dan tepatilah janji tersebut. Kami akan meminta pertolongan Allah agar bisa mengalahkan mereka.”
Perintah rasulullah saw. tersebut mengejutkan Hudzaifah r.a. Dengan perasaan kecewa ia berserta ayahnya undur diri dari jihat fi sabilillah yang begitu mereka nantikan. Setiap kali ia ingat akan peristwa tersebut , ia selalu mengatakan,” tidak ada yang mencegahku untuk ikut perang badar, kecuali perjanjianku dengan orang Quraisy!”
“PETIKAN HIKMAH”
Dua orang pasukan nabi muhammad saw. harus mundur karena terikat perjanjian dengan pihak Quraisy karena janji harus di tepati dan itulah yang harus di pegang teguh oleh kaum muslimin. tidak peduli dengan siapa pun kita berjanji. Bahkan, dengan orang kafir sekalipun. rasulullah sendiri mengajarkan untuk menepati janji yang telah di ucapka, seperti kedua pasukannya yang telah berjanji dengan orang Quraisy itu.
BAGIAN UNTUK MUALLAF
Setelah 19 hari sesuai penaklukan kota mekah, kaum hawazin dan tsaqif berkumpul di hunain untuk mengatur rencana memerangi rasulullahsaw.
Ternyata kaum hawazin tidak ingin peperangan yang ala kadarnya. Mereka ingin pasukan muslimin di tumpas habis dalam peperangan sehingga mereka mengumpulkan seluruh harta benda berharga mereka dan mengajak kabilah-kabilah yang belum masuk islam untuk bergabung dengan mereka.
Hari pertemuan dua pasukan itu pun tiba. Pertemuan dua pasukan yang sangat kuat itu menimbulkan peperangan yang sangat dahsyat dan sengit di hunain. Atas pertolongan Allah SWT, kaum muslimin berhasil memenangkan pertempuran meskipun sempat di buat kocar-kacir oleh pihak musuh.
Shafwan bin ummayyah memandangi harta rampasan yang melimpah itu dengan gelisah. Ia khawatir harta rampasan tersebut hanya untuk kaum muhajirin dan anshar yang terlebih dahulu memeluk islam daripada dia yang hanya seorang muallaf.
Melihat keresahan shafwan Rasulullah mempersilakan shafwan untuk mengambil unta hasil rampasan erang sebanyak yania mau. Beliau memang sangat berterima kasih kepada shafwan yang telah meminjamkan peralatan perang untuk kaum muslimin.
Ternyata Rasulullah saw. tidak melupakan jasanya meskipun saat perang ia hanya berada di barisan paling belakang. Merasa berterima kasih pada kebaikan Rasulullah, shafwan segera berlari menuju kaumnya dan berseru, “Wahai kaumku! Terimalah islam tanpa ragu-ragu sebab muhammad memberikan sesuatu sedemikian rupa sehingga hanya orang yang tidak takut miskin dan sepenuhnya bersandar kepada Allah sajalah yang bisa melakukannya!”
Subhanallah, dengan jiwa pemurah dan menghargai pengorbanan para muallaf, beliau berhasil membimbing shafwan dan kaumnya ke jalan yang kebenaran, padahal dulunya mereka adalah kaum yang sangat sengit memerangi islam.
“PETIKAN HIKMAH”