MENGENAL MANFAAT TANAMAN GAMBIR

Gambir untuk Sembuhkan Penyakit, Kosmetik dan Pewarna Batik POTENSI alam di Kabupaten Kampar masih banyak yang belum tergal maksimal, selama ini yang paling popular diperkenalkan pada masyarakat hanya dengan usaha perkebunan sawit dan karet.

Kabupaten Kampar yang terdiri dari 21 Kecamatan dan sekitar 250 desa yang ada, tanaman lain selain sawit dan karet, hanya 3 kecamatan yang bertanam gambir, yakni di Kecamatan Kampar Kiri, Kampar Kiri Hulu dan 13 Koto Kampar

Kecamatan 13 Koto Kampar adalah produksi gambir terbanyak disbanding dua kecamatan tersebut, di kecamatan ini terdapat 1.618 petani, dengan luas areal mencapai 3.860 hektar dibagi luas tanaman masing-masing, 21 TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), 3420 TM (Tanaman Menghasilkan) dan 419 TTR (Tanaman Tua Rusak), total produksi tahun 2010 mencapai 3.698 ton.

Di Kecamatan Kampar Kiri Hulu luas areal perkebunan gambir seluas 945 hektare, jumlah petani 438 orang dan jumlah produksi mencapai 781 ton. Sedangkan di Kecamatan Kampar Kiri jumlah petani hanya 64 orang, dengan luas areal produksi 56 hektar dan hanya 56 ton tanaman menghasilkan, produksi hanya 59 ton, demikian disampaikan Kadis Pertanian, Azwan.

Pembangunan perkebunan mempunyai peran penting dalam penyerapan tenaga kerja, pengembangan wilayah, penggerak perekonomian daerah yang akan mendorong pengembangan Industri Hulu maupun Hilir dan penyedia devisa bagi Negara.

Kasmansyah salah seorang Kelompok Tani "Lembah Hijau" yang ada di 13 Koto Kampar menyebutkan bahwa Gambir banyak diusahakan rakyat di Sumatera Barat, Provinsi Riau, Jawa,Maluku dan Bali. Sentra tanaman gambir di Provinsi Riau berada di Kabupaten Kampar seluas 4.549 ha, Rokan Hulu 560 Ha dengan jumlah produksi 1600 ton dan 158 ton per tahun.

Posisi tawar gambir di Indonesia masih rendah jika dibandingkan harga di Internasional, karena masih mengandalkan pasar perantara yaitu India. Rendahnya posisi tawar disebabkan antara lain rendahnya mutu hasil, kwantitas permintaan ekpor belum terpenuhi, perencanaan bisnis belum aktif, keterbatasan pengetahuan petani akan pasar dan permintaan Ekpor. produk primer maupun produk akhir gambir dari Indonesia diexport kenegara Bangladesh, India, Pakistan, Singapura dan Malaysia.

Untuk meningkatkan daya saing pasar perlu dilaksanakan peningkatan penanganan mutu produk primer sedangkan untuk peningkatan mutu produk akhir perlu meningkatkan kwalitas bahan baku industri pengolahan, pengembangan proses pengolahan, proses pengolahan secara higiehis dan meningkatkan mutu produk akhir..

Spesifikasi persyaratan mutu tanaman gambir yakni, bentuk utuh, warna I kuning-kuning kecoklatan, warna II kuning kecoklatan-kuning kehitaman, bau khas, kadar Air I maksimum 14%, kadar Air II maksimum 16%, kadar abu maksimum 5, kadar Catechin I minimum 60 % b/b dan Kadar Caatechin II minimum 5 % b/b

Peralatan yang digunakan dalam pengolahan gambir adalah, pisau pemotong, keranjang terbuat dari rotan/bamboo, keranjang bambu/rotan yang bagian bawah dan atas tidak memiliki alas, rajut (jala), kancah (kuali besar), ember plastik/baskom, tali, martil dari kayu, paraku (bak terbuat dari kayu berbentuk seperti perahu), kain penapis/karung plastic, rak yang terbuat dari anyaman bambu, cetakan yang terbuat dari bambu dan alat Kempa.

Masa panen tanaman gambir dapat dipanen pada umur 1-1,5 tahun, pemanenan dengan memotong daun-daun dan ranting dengan pisau, panjang potongan 40-60 cm dari ujung daun atau 5 cm dari pangkal batang. Waktu pemanenan dilaksanakan pagi hari pukul 8.00-12.00 wib untuk mendapatkan kelembaban udara yang cukup. Pemanenan diatas jam 12.00 menyebabkan mutu gambir rendah.

Setelah dipanen, kata Kasmansyah, daun dan ranting yang telah dipanen dimasukan dalam keranjang rotan atau keranjang bambu. Daun gambir segera dibawa kebagian pengempaan sebelum 24 jam setelah dipanen. Interval panen berikutnya 5-6 bulan, pemanenan terlalu lama/daun sudah tua kandungan getah menurun.

Setelah memahami cara memanen, perlu pula diperhatikan cara pengolahan gambir, “pengolahan gambir dapat dilaksanakan secara tradisional,” ujarnya.

Caranya, daun dan ranting yang akan direbus dimasukan dalam rajut (jala) agar daun tidak berserakan kemudian dimasukan kedalam keranjang bambu atau rotan yang bagian bawah dan atas tidak memiliki alas. Kancah perebus diisi air dan dididihkan, kemudian dimasukan keranjang bambu/keranjang rotan yang berisi daun dan ranting gambir dan direbus selama 1 jam. Selama Perebusan dilaksanakan pembalikan rajut Gala) dan ditusuk —tusuk dengan dengan kayu runcing agar perebusan merata keseluruh bahan.

Hasil rebusan yang berada dalam rajut Gala) dililit dan diikat dengan tali ditumbuk dengan menggunakan palu yang bertujuan agar getah-getah yang terdapat pada daun keluar kepermukaan daun.

Kemudian dimasukkan kedalam alat kempa, lama pengempaan berkisar antara 10 — 15 menit Getah daun dan air perasan dari getah daun hasil kempa ditampung dalam paraku (bak penampung dari kayu) atau baskom plastik dan dilakukan pengendapan selama 1 malam.

Getah disaring dengan kain tapis agar kotoran daun yang terikut dapat dipisahkan, getah diendapkan selama 1 malam. endapan getah dimasukan kedalam karung goni untuk ditiriskan dengan dihimpit benda berat selama satu malam. Air penirisan ditampung dalam paraku dan digunakan untuk perebusan. Ekstrak gambir yang berbentuk seperti pasta dicetak dengan menggunakan cetakan yang terbuat dari bambu dan hasil cetakan disusun di.atas rak pengering yang terbuat dari bambu dan dijemur pada cahaya matahari atau diatas tungku perebusan.

“Gambir ini sebenarnya banyak manfaatnya, setidaknya kalau orang tua-tua, atau secara tradisional digunakan sebagai pelengkap makan sirih, obat luka bakar, obat sakit kepala, obat diare dan disentri, obat sakit kerongkongan, obat sariawan, sakit kulit dan mencret,”terangnya.

Dengan pengolahan gambir diserta pengembangan pengetahuan teknologi yang ada, maka secara modern manfaat gambir adalah untuk sebagai bahan baku obat penyakit hati (lever), permen pelega tenggorokan, obat sakit gigi dan obat sakit perut. Selain itu, getah gambir dapat digunakan sebagai penyamak kulit dan sebagai zat pewarna alami untuk kain batik dan di industri kosmetika sebagai astringent yang berfungsi melembutkan kulit dan kelenturan kulit, jelasnya. (nehan)