MENJADIKAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI MAGNET PENARIK MINAT/KEGEMARAN SISWA DAN MASYARAKAT

A. Hubungan Perpustakaan dan Bacaan

Perpustakaan dan bahan bacaan adalah dua kata yang saling bertautan. Karena di perpustakaanlah bahan pustaka dikumpulkan, diproses, dan disebarluaskan (didistribusikan) kepada pars pembaca/pemakai perpustakaan . Adapun koleksi perpustakaan di negara kita sebagian besar berupa buku atau book material dan masih jarang perpustakaan yang memiliki koleksi berupa non-book material seperti film, kaset film strip, slides, piringan hitam, peta, globe, dan sebagainya.

Selain itu, suasana perpustakaan kita masih sangat kaku dan formal. Hal itu menimbulkan kesan bahwa yang memakai perpustakaan adalah mereka-mereka yang memiliki ‘titel’ dosen, guru, mahasiswa, dan pelajar. Itupun hanya bagi mereka yang ‘kutu buku', istilah bagi mereka yang menyukai buku dan ilmu pengetahuan.

Bagi masyarakat sendiri, perpustakaan merupakan fasilitas yang ‘wajib’ di gunakan oleh para pelajar. Padahal tidaklah demikian, perpustakaan adalah sarana untuk mendapatkan kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia. Oleh karena itu semua kalangan dapat memakai perpustakaan sebagai fasilitas yang mendukung untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pengetahuan.

B. Memanfaatkan Perpustakaan Untuk Menarik Minat Baca.

Jika perpustakaan dapat menjadi magnet untuk menarik masyarakat agar gemar membaca, maka ini akan menjadi hal pembangun yang dapat meningkatkan prestasi bangsa kita dalam kancah dunia internasional. Untuk dapat menjadikan perpustakaan sebagai magnet yang dapat menarik minat baca terutama kepada para pelajar, pada awalnya kita harus merubah image perpustakaan yang telah lama mengakar dalam pergaulan para pelajar.

Kesan perpustakaan yang merupakan tempat yang formal, kaku, dan penuh peraturan membuat pelajar yang mayoritasya adalah remaja dan anak-anak yang cenderung menyukai suasana yang ramai, santai dan menyenangkan, menjadi agak menjauhi dan tidak menyukai perpustakaan.

Karena itulah kita harus menjadikan perpustakaan tempat yang senyaman mungkin bagi penggunanya, baik dewasa, remaja dan anak-anak. Jika perpustakaan sudah dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, sehingga pengguna perpustakaan akan rajin mengunjungi perpustakaan, dan minat membaca akan meningkat dengan sendirinya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Minat Baca dan Pemanfaatan Perpustakaan Untuk Meningkatkan Minat Membaca.

Saat ini minat membaca adalah salah satu masalah yang cukup serius yang belum terselesaikan oleh Negara ini. Minat membaca yang kurang mengakibatkan kurangnya informasi dan ilmu pengetahuan terhadap masyarakat, terutama para pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa. Saat ini pemerintah, LSM, praktisi pendidikan, dan masyarakat yang peduli terhadap minat baca telah melakukan berbagai kegiatan yang di harapkan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat untuk membaca. tetapi berbagai kegiatan tersebut belum memperoleh hasil maksimal.

Ada banyak faktor yang mengurangi minat baca seseorang. Salah satunya adalah menganggap membaca buku itu adalah sebuah beban. Dalam bukunya yang berjudul “andaikan buku sepotong pizza” Hernowo mengungkapkan bahawa kita cenderung menggunakan paradigma yang agak memberatkan kita untuk membaca. Banyak orang, khususnya remaja ketika di tanya tentang pendapatnya terhadap satu bacaan tebal, maka orang tersebut akan langsung mengatakan “Wah, boring deh membaca buku yang tebal-tebal itu.” atau “ Saya menyerah, di jamin pada halaman pertama saya akan langsung tidur”. Itulah paradigma yang kebanyakan di gunakan oleh orang-­orang dalam memandang sebuah bahan bacaan, walaupun tidak semua orang memandang demikian.

Agar minat baca dapat di tingkatkan dibutuhkan sebuah sarana yang dapat mendukung kegiatan membaca. Salah satu sarana tersebut adalah perpustakaan. Secara tradisional perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.

 

Oleh karena itu seesra tidak langsung perpustakaan mempunyai ‘misi’ penting untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Ada hal yang perlu kita bahas agar perpustakaan dapat menjadi magnet yang dapat menarik minat baca masyarakat terutama pelajar, yang merupakan generasi pembangun bangsa.

 

1. Memperbanyak perpustakaan, agar peningkatan minat membaca dapat merata ke semua golongan masyarakat.

Tidak semua daerah mendapatkan informasi, ilmu pengetahuan dan hiburan secara merata dan sama. Ada daerah-daerah tertentu yang jauh tertinggal berbagai informasi dan ilmu pengetahuan, padahal kedua hal tersebut merupakan aspek terpenting dalam pembangunan negeri. Daerah pedesaan sering kurang mendapat fasilitas penunjang ilmu pengetahuan, padahal minat membaca anak-anak desa lebih besar dibandingkan anak-anak daerah perkotaan. Anak perkotaan cenderung menghabiskan waktu dengan menonoton TV, dan bermain. Sedangkan anak-anak desa cenderung menyukai bacaan karena hanya itu sarana untuk mendapatkan informasi dan pendidikan, akan tetapi karena keterbatasan buku dan tidak adanya fasilitas penunjang yang lengkap, lama kelamaan mereka kehilangan minat membaca buku.

Jikalaupun ada perpustakaan sekolah atau perpustakaan desa, dapat dikatakan kondisinya sangat memprihatinkan. Banyak yang terkesan ‘yang penting jalan’. Buku yang tersedia kebanyakan tidak pernah di tambah atau di ganti. Padahal peminatnya tidak sedikit. Ditambah dengan ruangan yang jauh dari kesan menyenangkan, hal ini cukup untuk membuat minat baca masyarakat dan anak-anak desa berkurang, bahkan tidak ada sama sekali.

Perpustakaan sekolah pun kebanyakan tidak ada peningkatan, buku-bukunya hanya terbatas buku paket, padahal pelajar-pelajar dari desa banyak yang bertekad untuk menuntut ilmu dengan serius, tapi keterbatasan buku yang mereka punya menjadi penghalang besar untuk melanjutkan ke tahap berikutnya. Lama kelamaan para pelajar menjadi bosan, karena buku yang ada hanya itu-itu saja, akhirnya minat membaca pada mereka hilang sama sekali.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan perpustakaan kota yang sangat lengkap, baik buku maupun ruangan yang mendukung. Ini menunjukan bahwa minat baca sangat di pengaruhi oleh sarana dan fasilitas yang mendukung. Oleh karena itu, sebaiknya pembangunan perpustakaan dan pengelolaanya di sesuaikan dan di samaratakan dengan tempat dan kebutuhan para penggunanya agar minat membaca dapat merata ke seluruh pihak adan golongan.

2. Menentukan golongan (usia) agar dapat disesuaikan dengan ruangan yang disediakan.

Menentukan golongan dalam usia sangat berpengaruh untuk menarik minat baca seseorang. Karena kebutuhan informasi, hiburan dan ilmu pengetahuan antara dewasa, remaja dan anak-anak sangatlah berbeda. Ada tiga golongan dalam pembagian ini yaitu dewasa, remaja dan anak-anak. Masing-masing golongan mempunyai ruang, suasana, dan kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu pemisahan ruang baca untuk dewasa, remaja dan anak-anak sangatlah perlu, agar masing-masing golongan mendapat ilmu, informasi, dan hiburan yang dibutuhkan.

Hal tersebut dapat membantu proses pembinaan minat membaca pada dewasa, reamaja dan anak-anak.. Pembinaan minat baca anak merupakan langkah awal sekahgus cara yang efektif menuju bangsa berbudaya baca. Masa anak-anak merupakan masa yang tepat untuk menanamkan sebuah kebiasaan, dan kebiasaan ini akan terbawa hingga anak tumbuh dewasa atau menjadi orang tua. Dengan kata lain, apabila sejak kecil seseorang terbiasa membaca maka kebiasaan tersebut akan terbawa hingga dewasa.

Sedangkan pembinaan minat baca pada remaja di maksudkan sebagai langkah untuk memajukan generasi penerus yang cerdas dan mampu dalam segala bidang. Karena remaja dan anak-anak adalah para pelajar yang siap menuntut ilmu untuk membangun bangsa. Selanjutnya pembinaaan minat membaca pada dewasa, di maksudkan agar para orang tua, guru, dosen, dan orang-orang dewasa lainnya dapat membimbing pelajar yang terdiri dari anak-anak dan remaja dalam mencari ilmu pengetahuan. Menjaga dari pergaulan dan membina bakat-bakat yang ada, oleh karena

itu orang-orang dewasa di harapkan dapat menjadi pembimbing yang dapat membimbing generasi bangsa ke arah yang lebih baik. Hal tersebut hanya dapat dilakukan jika mereka sering membca dan mencari informasi.

Hal yang sangat di sayangkan adalah pandangan masyarakat, terutama para pelajar terhadap perpustakaan itu sendiri. Di negeri kita, perpustakaan adalah suatu fasilitas yang terkesan kaku dan formal, oleh karena itu banyak anak-anak dan remaja kurang menyukai perpustakaan. Untuk meningkatkan minat baca, dan menjadikan perpustakaan sebagai magnet yang menarik para penggunanya ada beberapa hal yang harus kita perhatikan untuk mengubah image perpustakaan dari tempat yang kaku dan formal, menjadi tempat yang menyenangkan untuk semua usia. Hal-hal tersebut ialah:

A. Ruang baca yang nyaman.

Di dalam gedung perpustakaan pasti terdapat beberapa ruang yang telah di bagi sesuai umur. Buku bacaannya juga sesuai umur, di karenakan setiap umur memiliki kebutuhan yang berbeda. Ruangannya dapat di lengkapi dengan fasilitas yang mendukung seperti pendingin udara, televisi dan komputer multimedia.

Suasana di dalam ruangan juga mempengaruhi kenyamanaan seseorang. Orang dewasa lebih menyukai suasana yang tenang dan menyenangkan. Ruang perpustakaan orang dewasa dapat di tata seperti ruangan di taman yang menyenangkan, atau kafe dan ruang tamu. Tempat duduknya bisa di sediakan sofa panjang 5 dudukan, atau kuursi-kursi yang berlengan. Tidak harus kaku, formal dan dingin. Psikolgi orang dewasa cenderung menyukai sesuatu yang mellow, sehingga dapat pula di selingi musik klasik.

Sedangkan ruang remaja dapat di tata seperti tempat berkumpul, suasana kamar, atau kafe yang cenderung lebih ceria. Tempat duduknya dapat di sediakan secara lesehan, atau kursi yang cenderung ceria. Dindingnya bisa di cat warna-wama remaja, seperti hijau, biru, atau kuning. Untuk ruang anak-anak, dapat di tata dengan suasana yang menggembirangan, di dindingnya bisa di tempeli tokoh-tokoh kartun, atau di cat warna-wama pelangi. Sedangkan tempat duduknya dapat berupa lesehan, atau banyak kursi yang mengelilingi satu menja bundar. Ruang baca yang nyaman akan membuat penggunanya merasa nyaman dan betah berada di dalam perpustakaan.

B. Jenis, dan koleksi buku di perpustakaan.

Jenis dan koleksi buku merupakan hal yang paling penting untuk menarik minat baca seseorang. Untuk perpustakaan sekolah jenis bukunya tidak harus buku paket, tapi juga dapat di selingi dengan buku-buku, majalah remaja, majalah luar negeri, koran berita dan olah raga, novel, komik dan kumpulan puisi untuk remaja dan dongeng, majaJah anak-anak serta ensiklopedi anak untuk anak-anak. Ini dapat mendorong siswa untuk lebih sering mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca.

Sedangkan untuk perpustakaan umum, bisa menambah koleksi yang lebih banyak di setiap ruang, untuk ruang dewasa dapat di tambah buku-buku tentang agama, kehidupan, dan psikologi, sedangkan remaja buku-buku tentang potensi diri, psikologi remaja, buku tentang pergaulan, dan ensilklopedia. Buku-buku tersebut dapat di tambah sebulan atau dua bulan sekali sehingga siswa dan masyarakat luas dapat memperoleh informasi yang banyak, hal ini sangat membantu agar siswa dan masyarakat memiliki minat membaca yang lebih, dan bosan mengunjungi perpustakaan.

C. Rak, dan urutan penyusunan buku.

Perpustakaan sekolah, dan perpustakaan umum, seringkali menempatkan buku berdasarkan subjeknya. Misalkan subjeknya Manajemen, maka buku-buku di rak ‘manajemen’ adalah buku-buku tentang manajemen. Hal ini bukanlah hal yang salah. Akan tetapi kadang-kadang siswa, dan seringkali anak-anak yang ingin membaca buku hanya mengetahui judulnya saja, maka sebaiknya petugas perpustakaan menyusun buku di rak subjeknya secara alfabetis, sehingga memudahkan siswa atau orang lain dalam mencari buku.

Dan bagi petugas yang bekerja di ruang baca, khusunya yang bekerja di ruang anak-anak, sebaiknya memberikan peraturan agar tidak mengembalikan buku ke rak, akan tetapi di letakkan di ujung meja yang telah di sediakan. Hal ini dimaksudkan agar petugas yang mengatur letak buku sesuai dengan letak buku ketika sebelum di ambil, agar nanti jika di perlukan kembali, mudah untuk menemukannya. Dan sebaiknya petugas memilik indeks judul-judul buku dan tempat buku tersebut di letakkan. Jika nanti ada siswa yang tidak menemukan buku yang di cari dapat dibantu dengan indeks tersebut.

Kemudahan dalam mencari dan naendapatkan buku akan membuat siswa dan masyarakat senang dan nyaman membaca dan meminjam buku di perpustakaan. Hal ini juga dapat meningkatkan minat mernbaca karena kemudahan untuk memperoleh buku yang di inginkan.

D. Keramahan dan sikap petugas-petugas perpustakaan.

Image perpustakaan yang lain adalah petugas-petugasnya kejam dan dingin. Hal ini telah di sebarluaskan sehingga siswa yang terdiri dari remaja dan anak-anak ini enggan pergi ke perpustakaan, karena tidak ingin berurusan dengan petuganya. Remaja memiliki sikap ingin berteman dengan orang sekitarnya, mereka ingin di mengerti, bebas, tidak terikat peraturan dan tidak ingin dilarang, apalagi dimarahi. Karena merasa semua petugas perpustakaan kejam dan ketat dalam peraturan pustaka, para remaja otomatis menghindari perpustakaan.

Sedangkan anak-anak yang cenderung langsung menyimpan sosok yang mereka takuti dalam imajinasi mereka, otomatis perpustakaan adalah tempat yang seram bagi sebagian anak-anak karena petugasnya yang kejam. Oleh karena itu, petugas perpustakaan sebaiknya bersikap bersahabat dan ramah. Untuk petugas yang di ruang dewasa, bisa menyesuaikan diri dengan sikap yang lebih dewasa dan bijak. Sedangkan yang bertugas di ruang remaja, sebaiknya bersikap ceria, terbuka, inovatif, dan kreatif. Serta tidak menampakkan sikap memerintah, tapi mengingatkan.

Untuk yang bertugas di ruang anak-anak, sebaiknya bersikap ramah, sabar dan ceria. Agar anak-anak betah dan mempunyai kesan tersendiri terhadap perpustakaan. Petugas juga di harapkan agar tidak terlalu diam, tapi sering tersenyum dan sering bertegur sapa dengan pengunjung perpustakaan. Sedangkan petugas yang bertugas di pustaka sekolah di harapkan lebih ramah, cerdas, kreatif dan inovatif, sehingga dapat menjadi panutan, sekaligus teman bagi siswa yang berkunjung ke perpustakaan.

Semakin nyaman sebuah perpustakaan, maka akan semakin rajin siswa dan masyarakat yang datang. Dan semakin meningkat pula minat membaca di dalam negeri. Semakin banyak kita membaca, maka semakin banyak ilmu yang dapat kita peroleh, dan semakin cerdas pula kita. Pada akhirnya kita sebagai siswa penerus generasi bangsa akan dapat membentuk masa depan Indonesia yang lebih cerah.


 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Untuk meningkatkan minat baca yang perfu di fakukan adalah meperbaiki sarana dan fasilitas pendukung yang sesuai dengan dunia siswa itu sendiri. Kita hams bisa membimbing siswa untuk melihat kegiatan membaca bukanlah hal yang membosankan. Akan tetapi hal yang menyenangkan dengan di tambah fasilitas yang membuat mereka betah dan nyaman.

Pembinaan minat Baca harus di tekankan kepada anak-anak agar merka menjadikan membaca adalah suatu kebiasaan yang tidak dapat di tinggalkan, sedangkan pada remaja harus mulai di biasakan agar mereka dapat mengembangkan potensi yang ada dengan ilmu yang mereka dapatkan. Selanjutnya pada orang dewasa yang di harapkan dapat membina dan membimbing pelajar yang terdiri dari remaja dan anak-anak agar tidak menyelahgunakan ilmu yang mereka peroleh. Semua itu harus melalui proses pembelajaran dari buku yang mereka baca.

Untuk itu, agar mereka semua harus memiliki minat membaca, dan untuk membangkitkan minat membaca harus ada fasilitas dan sarana yang mendukung, yaitu PERPUSTAKAAN. Sumber berbagai ilmu dan informasi yang ada.

 

SARAN

Cintailah buku, seperti kita mencintai sahabat, dan orang tua. Karena buku akan sama setianya seperti mereka yang selalau setia mendampingi kita. Dan buku yang baik juga akan membimbing kita seperti mereka membimbing kita ke arah yang lebih baik. Nikmatilah buku seperti kita menikmati makanan, kita akan segar dan ‘kenyang’ setelah menghabiskan membaca sebuah buku. Membaca dan membacalah, agar kita cerdas dan berwawasan luas.


 

DAFTAR PUSTAKA

· Hernowo, “Andaikan Buku Sepotong Pizza”, Penerbit Kaifa, Bandung, 2003.

· Krasen, Stephen, The Power Of Reading: Libraries Unlimited, Inc, Colorado, 1993.

· Marx,J.L.(1982). “New disease baffles medical community”. Science 217 (4560):

618-621.PubMed.