DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH
1.1. Latar Belakang Masalah
Perhatian kepada perpustakaan masih dianggap "belum terlalu penting" bagi bangsa ini, karena bangsa kita masih bergelut menaikkan taraf hidup dengan mengejar target-target kehidupan materi bukan immateri, seperti halnya perpustakaan. Maka tak heran basil survey badan dunia semacam Unicef, WHO, dan UNDP masih mencatat Indonesia masih ketinggalan dalam hal pendidikan, terutama budaya baca masyarakat yang rendah. Perkembangan perpustakaan di Indonesia tak sebanding dengan jumlah penduduk, dus permasalahan buku pun tak pernah ada penyelesaian yang signifikan, buku masih belum jadi kebutuhan pokok masyarakat kita. Maka tak heran daya baca masyarakat kita rendah. Inilah problema yang masih terus berlanjut sampai kapanpun di negeri kita.
Buku adalah sumber ilmu. Buku adalah jendela dunia. Slogan tersebut tak perlu diragukan. Melalui bukulah segala macam informasi bisa diperoleh. Semakin seseorang mencintai buku dalam arti menikmatinya dengan kegiatan membaca pastilah is memiliki ilmu yang luas, cakrawala yang jauh, dan wawasan yang panjang. Membaca adalah suatu kebutuhan manusia yang sama pentingnya seperti kebutuhan sandang, pangan, papan., dan seperti kebutuhan lain yang harus dipenuhi setiap hari. Setiap anak yang pandai pasti menyenangi kegiatan membaca. Bagi mereka aktivitas membaca merupakan aktivitas yang mempesona. Tak mungkin anak yang pandai, malas melakukan aktivitas baca karena dengan membaca buku, anak bisa mentransfer nilai-nilai yang belum diketahui dari orang yang lebih tua.
The International Association for Evaluation of Education (IEA) : 1992 dalam sebuah studi kemampuan membaca yang dilakukan pada 30 negara di dunia, menyimpulkan bahwa kemampuan baca anak-anak Indonesia menduduki urutan yang ke 29. Menurut DR. Jiyono, MA bahwa: " Dari seluruh butir soal yang diberikan kepada anak-anak kita ternyata harga 36,1% yang dapat dikerjakan dengan benar ". Berarti 69,9 % yang dikerjakan secara salah, menunjukkan bahwa prosentase baca anak-anak Indonesia benar-benar amat rendah.
Sehubungan dengan fakta diatas, minat anak pada buku harus dibangun sejak dini. Kegemaran akan buku berikut aktivitas bacanya tak bisa hadir begitu saja tanpa adanya pembentukan situasi dan kondisi bagi anak.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata "Pustaka". Menurut kamus umum Bahasa Indonesia karangan WJ Purwadarminta, kata pustaka artinya buku, sedangkan perpustakaan artinya kumpulan buku bacaan.
Perpustakaan dalam bahasa Inggris disebut library, berasal dari bahasa Romawi yaitulibrarium yang terdiri dari kata liber yang artinya buku dan amarium artinya lemari. Di Yunani disebut bibiliotheke, asal dari kata bibilion artinya buku dan theke artinya lemari. Jadi dilihat dari asal katanya, berarti lemari dimana di dalamnya terdapat buku-buku.
Definisi perpustakaan secara sederhana adalah suatu wadah atau tempat dimana di dalamnya terdapat bahan pustaka yang disusun menurut sistem tertentu untuk masyarakat pembacanya guna meningkatkan mutu kehidupannya.
Jika dilihat dari pengertiannya terdapat 5 unsur perpustakaan, yaitu :
1. Wadah atau tempat
Dapat berupa gedung, ruang, lemari buku, rak buku, dan sebagainya.
2. Bahan pustaka;
Dapat berupa barang cetakan dan rekaman. Demikian juga audio, visual, audio-visual. Audio yaitu alat yang bisa didengar. Visual yaitu alat yang bisa dipandang atau dilihat. Audio visual yaitu alat pandang dengar, artinya alat yang bisa dilihat dan didengar.
3. Disusun menurut sistem tertentu
Bahan pustaka itu disusun menurut cara tertentu agar mudah ditemukan ketika diperlukan kembali. Disinilah banyak menyangkut teknis yang dilakukan oleh pustakawan.
4. Masyarakat pembaca
Masyarakat pembaca adalah subjek yang memerlukan jasa perpustakaan tersebut.
5. Guna meningkatkan mutu kehidupan
Ini berarti sesorang yang datang ke perpustakaan diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupannya dari apa yang telah dibaca di perpustakaan.
2.2. Fungsi Perpustakaan
Fungsi perpustakaan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Fungsi Akumulasi dan Preservasi
Dewasa ini mempunyai kegiatan apa yang disebut "DEPOSIT" yaitu mengumpulkan, menyimpan, dan melestarikan semua terbitan suatu daerah dan negara atau tentang daerah dan negara itu, untuk diwariskan kepada generasi mendatang.
2. Fungsi Pendidikan
Dalam USPN (UU No. 2 Tahun 1989) secara eksplisit pada pasal 35 beserta penjelasannnya menyatakan bahwa salah satu sumber belajar yang amat penting adalah perpustakaan yang harus memungkinkan para tenaga kependidikan dan para peserta didik memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan membaca bahan pustaka yang mengandung ilmu pengetahuan yang diperlukan.
3. Fungsi Penelitian
Di perpustakaan tersedia berbagai data dan informasi hasil penemuan dan pemikiran para ahli. Jika seseorang akan mengadakan penelitian tentunya is akan mulai dengan penelitian kepustakaan. Hal ini penting karena jangan sampai kita mengadakan penelitian yang orang lain sudah pernah menelitinya. Disini peranan perpustakaan tidak kecil dalam memberikan jasanya.
4. Fungsi Inspirasi
Dengan membaca bahan pustaka di perpustakaan, dapat memekarkan daya fantasi dan dapat mendatangkan inspirasi yang kemudian dapat pula menghasilkan kreasi seseorang di dalam suatu kegiatan, misalnya menulis dan berkarya lainnya. Demikian besar peranan bahan pustaka dalam menunjang perkembangan kemajuan umat manusia
5. Fungsi Rekreasi
Membaca bahan pustaka di perpustakaan dapat juga merupakan hiburan yang positif. Membaca novel drama rumah tangga, komik, majalah dan sebagainya.
2.3. Konsep Minat Baca
Secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono dkk, 1989:583) minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Sedangkan secara istilah menurut Crow and Crow sebagaimana disebutkan dalam Sulistyono (1992:4), "minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian terhadap seseorang, sesuatu objek atau aktivitas tertentu". Minat baca harus dipupuk sejak dini, dalam hal ini perpustakaan sekolah sangat berperan dalam menumbuh kembangkan minat untuk membaca buku. Minat sering disebut juga sebagai " interest". Minat merupakan gambaran sifat dan sikap ingin memiliki kecenderungan tertentu. Minat juga diartikan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu dan keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu. Minat bukan bawaan dari lahir, melainkan dapat dipengaruhi bakat. Minat harus diciptakan atau dibina agar tumbuh dan terasah sehingga menjadi kebiasaan. Melakukan sesuatu dengan terpaksa atau karena kewajiban walau dikerjakan dengan baik belum tentu menunjukkan minat yang baik, seperti membaca buku teks pelajaran.
2.4. Membaca
2.4.1. Proses terjadinya membaca
Dengan rinci Sudarsono (1988) melukiskan proses terjadinya membaca sebagai berikut. "Unsur utama dalam membaca adalah otak. Mata hanya alat yang mengantarkan gambar ke otak. Cahaya dari bacaan masuk ke mata melalui selaput bening (kornea mata). Cahaya itu disalurkan oleh selaput pelangi dan terjadilah gambaran pada retina. Retina itu terdiri dari berjuta-juta reseptor cahaya yang mengubah energi cahaya menjadi syarat dan disampaikan ke otak. Di korteks pada otak, syarat-syarat itu oleh sel neuron yang berjumlah 10 juta itu dicetak dan direkamnya menjadi gambar. Disinilah terjadi membaca.
2.4.2. Prinsip Membaca
Dasar membaca adalah sebagai berikut :
1. Membaca adalah suatu peristiwa psikologis dan fisiologis yang bersifat individual. Secara psikologis seperti yang telah di jelaskan diatas dalam proses membaca dan peristiwa fisiologis, yaitu bekerjanya alat ucap sewaktu membaca.
2. Pendidikan dibangun diatas ketrampilan membaca (Arthur W. Hilam 1961). Disini tingkat intelektual seseorang menentukan sikap membaca orang itu baik kecepatan, minat, frekuensi maupun tingkat komprehensif membacanya.
3. Diagnosa kemampuan dan daya baca seseorang sejak dini sangat perlu diperhatikan oleh para orang tua dan guru.
A Manfaat Membaca
Nilai dan tata guna kompetensi membaca dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah sebagai berikut :
1. Membaca untuk memahami bahasa
Tata guna ini pada umumnya berlaku dalam dunia pembelajaran bahasa secara klasik. Hal itu masih subur di Indonesia sampai sekarang. Para siswa membaca sebuah wacana (teks) dan sang guru mulai membahas fonem, kata, kalimat dan paragrap, serta berbagai seluk beluk bahasa secar struktural. Hubungan bahasa dan berpikir terabaikan.
2. Membaca untuk mendapatkan informasi
Milennium ketiga adalah abad informatika. Informasi memandu kehidupan manusia (life by information). Disini nilai dan tata guna membaca menjadi amat mendasar dan strategic. Menangkap dan memahami informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi global tidak cukup hanya melalui media elektronik, baik auditif atau visual maupun audiovisual, tetapi juga melalui media cetak. Membaca informatif harus dikembangkan secara intensif, komprehensif, terpantau, terprogram, dan berlanjut
3. Membaca telaah atau membaca kaji
Membaca telaah atau membaca kaji yaitu membaca dengan motivasi studi
akademik atau kepentingan kritik. Kecepatan minimal 150-100 kpm dengan ketepatan komprehensif 96%. Kecepatan standar yang normal untuk orang dewasa adalah antara 200 dan 300 kpm dengan daya serap (nilai komprehensif) 80%. Teknik skimming, skenning dan skipping dengan kecepatan diatas 800 kpm sangat perlu untuk menangkap informasi dalam koran, majalah, tabloid, leaflet, dan lain-lain.
4. Membaca untuk kesenangan
Membaca majalah, novel, komik yang dilakukan oleh ibu-ibu, remaja, sampai anak-anak dapat digolongkan ke dalam membaca untuk kesenangan karena seseorang membaca apa yang menjadi kegemaran dan untuk hiburan.
2.4.3. Kendala membaca
Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan membaca di Indonesia antara lain :
1. Wawasan masyarakat Indonesia terhadap membaca masih rendah Masyarakat kita masih tersendat pada tradisi mendengarkan dan menutur. Belum beralih ke masyarakat maju yang suka membaca dan menulis. Bukan hanya kaum tani, nelayan, buruh dan masyarakat bawah di desa-desa. Tapi para akademis guru, pegawai negeri, ABRI dan masyarakat awam di tingkat menengah dan atas tergolong "malas baca" dan "malas tulis". Banyak faktor penyebabnya, salah satunya adalah belum adanya suatu kriteria kualitatif yang digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kompetensi SDM masyarakat Indonesia.
2. Kompetensi membaca pada guru SD, SMP, SMA tergolong rendah
Hal ini antara lain disebabkan oleh :
· Sikap "masa bodoh" terhadap membaca.
· Kurangnya bahan bacaan bermutu tentang membaca, baik substansi maupun metodologi membaca
· Kemampuan ekonomi guru rendah
· Penataran-penataran yang diberikan kurang mendukung
· Motivasi siswa untuk membaca rendah
3. Kurikulum SD, SMP, SMA tentang membaca kurang memadai
4. Pola kegiatan pembelajaran tingkat SD, SMP, SMA untuk semua mata ajaran masih bersifat verbalistis. Tradisi penugasan siswa untuk membaca dan menulis laporan hasil baca tidak terlaksana. Akibatnya, minat dan wajib baca para siswa mandek dan pengetahuan hanya sebatas catatan dari guru saja.
5. Bahan bacaan masih kurang.
6. Kondisi orang tua dan keluarga masih berbudaya tradisional, yaitu lihat, dengar dan bicara.
7. Segala usaha meningkatkan minat baca seperti menjaring angin.
PEMBAHASAN
3.1. Konsep 5P (Panca P)
Konsep 5P (Panca P) yang dapat digunakan dalam meningkatkan minat baca siswa di perpustakaan sekolah antara lain :
1. Preparation (Persiapan)
Penyiapan yang dapat dilakukan oleh perpustakaan dalam meningkatkan minat baca siswa antara lain menyiapkan :
ü Adanya koleksi buku / bahan bacaan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
ü Tenaga pustakawan/pustakawati yang berpengalaman dalam bidangnya
ü Suasana perpustakaan yang terang (cukup cahaya), sejuk, nyaman untuk para siswa membaca
ü Adanya manajemen pengelolaan perpustakaan yang baik.
ü Adanya kerjasama perpustakaan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dalam membangun perpustakaan sekolah.
2. Promotion (Promosi)
Petugas perpustakaan atau sekolah dapat saling bekerja sama untuk mempromosikan perpustakaan sekolah kepada para siswa. Promosi ini dapat dilakukan dengan cara bekerja sama dengan kegiatan ekstrakurikuler siswa contohnya majalah dinding baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris untuk mempromosikan perpustakaan melalui brosur, pamflet, atau cerita-cerita menarik apa saja mengenai perpustakaan yang kemudian ditempel di majalah dinding sekolah atau di papan pengumuman sekolah. Promosi dapat dilakukan kapan saja oleh sekolah sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, minimal satu tahun sekali ketika pergantian tahun pelajaran khususnya untukpengenalan kepada siswa/i sekolah baru.
3. Policy (Kebijakan)
Kebijakan yang dapat diambil untuk meningkatkan minat baca siswa di perpustakaan hendaknya diputuskan bersama antara kepala sekolah dan guru-guru melalui rapat tertentu. Kebijakan yang dapat diambil beraneka ragam sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, antara lain :
ü Membuat jadwal kunjungan ke perpustakaan.
Kebijakan ini diambil unutk menanggulangi fakta yang di lapangan, bahwa banyak siswa yang mengaku dalam satu tahun hanya 10 kali, 5 kali, bahkan hanya 2 kali mengunjungi perpustakaan, ketika meminjam buku paket dan mengembalikannya pada akhir tahun ajaran. Ironis sekali karena begitu banyak waktu luang di sekolah yang dapat dimanfaatkan di perpustakaan.
ü Memperbanyak kegiatan-kegiatan yang mengarahkan siswa untuk pergi ke perpustakaan. Kebijakan ini dapat dilakukan oleh siapa raja pemimpin di sekolah. Kegiatan seperti seminar, penyuluhan, atau apapun bila memungkinkan hendaknya di orientasikan ke perpustakaan. Karena semakin sering siswa pergi ke perpustakaan, maka siswa akan merasa terbiasa oleh suasana di perpustakaan dan tidak menutup kemungkinan untuk para siswa dapat berfikir untuk memanfaatkan dan mulai menyukai perpustakaan.
ü Memperbanyak untuk mencari literatur atau tugas-tugas di buku perpustakaan sekolah. Kebijakan ini dapat dilakukan secara intensif oleh guru semua mata pelajaran kepada para siswanya. Siswa ditugaskan untuk mencari sumber dalam bentuk tugas di perpustakaan. Bila perlu dibuat jadwal agar pelaksanaanya teratur dan tepat sasaran.
ü Melakukan pemilihan duta perpustakaan sekolah dari siswa sehingga dapat membantu sekolah dalam mempromosikan perpustakaan kepada siswa-siswa. Jadi semua warga sekolah dapat melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat bersama.
ü Membuat berbagai macam lomba kepustakaan.
Mengadakan lomba antar kelas seperti lomba sinopsis, lomba menulis cerpen, lomba membuat mading, lomba karya tulis dan lain sebagainya dapat memacu siswa untuk lebih suka membaca dan pergi ke perpustakaan, karena lomba-lomba seperti itu mengharuskan siswa untuk lebih giat untuk membaca dan menulis serta mencari sumber-sumber di perpustakaan.
ü Membuat slogan
Slogan-slogan dibuat untuk mengingatkan akan pentingnya membaca secara tidak langsung kepada siswa akan pentingnya membaca dan menulis, seperti "Tiada Hari Tanpa Membaca", "Gunakan waktu luang untuk membaca", dan "Buku adalah jendela ilmu pengetahuan" dan lain sebagainya. Dengan membuat kegiatan yang bersifat rekreatif dan edukatif diharapkan dapat membangun minat baca di kalangan siswa sekolah.
4. Process (Proses)
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini merupakan proses dalam pelaksanaan dari persiapan, promosi dan kebijakan yang telah dibuat oleh sekolah. Karena banyak kebijakan yang dibuat hanya sebagai wacana saja tanpa ada realisasi dalam pelaksanaanya. Kebijakan yang telah dibuat tanpa pelaksanaan yang serius, hanya akan dan tidak membuahkan hasil sesuai yang telah diharapkan.
5. Production (Produksi)