Oleh: Febri Dwi Hariyanto
Email: febri_dwihariyanto@ymail.com
1.1 Latar Belakang
Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Selain itu, membaca juga merupakan masalah yang penting dalam dunia ilmu pengetahuan, sebab membaca merupakan salah satu cara bagi individu dalam menyumbangkan pengetahuannya.
Bertambahnya pengetahuan dan perkembangan ilmu bagi seseorang didapat dari membaca. Berkenaan dengan hal tersebut, apabila kegiatan membaca kita kaitkan dengan kondisi masyarakat Indonesia yang pada umumnya ialah masyarakat yang bisa dibilang masyarakat dengan kondisi tingkat membaca yang masih rendah.
Hal tersebut dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama pelajar belum menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan yang mendasar. Padahal membaca sangat perlu.
Dengan membaca seseorang dapat memperluas wawasan dan pandangannya, dapat menambah dan membentuk sikap hidup yang baik, sebagai hiburan serta menambah ilmu pengetahuan. Adapun pepatah yang mengatakan bahwa “membaca membuka cakrawala dunia, perpustakaan adalah kuncinya”.
Artinya dengan membaca segala pengetahuan akan kita ketahui dann pahami dan melalui perpustakaanlah sumber ilmu pengetahuan sepanjang masa disimpan dan tak akan pernah punah karena disanalah tempat sumber ilmu (buku) berada.
Menyambung peryataan di atas yang menyatakan bahwa membaca belum dijadikan sebagai kebutuhan yang mendasar, maka terlihat jelas bahwa sikap yang dimiliki oleh pelajar masih belum mempunyai keinginan atau minat membaca yang tinggi.
Padahal membaca merupakan salah satu faktor penting yang akan membantu anak untuk segera siap membaca. Minat membaca berpengaruh besar terhadap kesuksesan anak sehingga perlu ditanamkan sejak dini.
Seperti apa kata Burke Hedges “Jika ingin sukses, Anda harus melakukan apa yang orang-orang sukses lakukan. Dan hal yang dilakukan orang sukses ialah membaca dan menjadi kaya”.
Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa, maka guru perlu memacu siswanya untuk membaca dengan benar dan selektif. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya bimbingan khususnya bimbingan minat baca yang dilaksanakan oleh guru. Sehingga perpustakaan sekolah dapat melanjankan fungsinya sebagaimana mestinya.
Selain itu, para siswa pun akan merasa senang datang perpustakaan untuk membaca buku-buku pelajaran atau buku-buku yang sifatnya sebagai penghibur, seperti komik, cerpen, novel, dan majalah atau koran.
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah pengertian membaca dan minat baca?
- Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca?
- Apakah pentingnya minat baca?
- Apakah prinsip-prinsip dasar membaca?
- Apakah tujuan dari membaca?
- Apakah motivasi internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap minat baca siswa?
- Apakah peran perpustakaan dalam usaha menumbuhkan minat baca pada siswa?
1.3 Tujuan Penulisan
- Memahami pengertian membaca dan minat baca.
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca.
- Mengetahui alasan pentingnya menumbuhkan minat baca pada siswa.
- Mengetahui prinsip-prinsip dasar membaca.
- Mengetahui tujuan dari membaca.
- Mengetahui hal-hal yang berpengaruh dalam menumbuhkan minat baca siswa melalui motivasi internal dan eksternal.
- Mengetahui peran perpustakaan dalam usaha menumbuhkan minat baca siswa.
2.1 Pengertian Membaca dan Minat Baca
“Membaca menyibak cakrawala. Dengan membaca, seseorang tidak saja tercelik dan jadi semakin bijak. Akan tetapi, juga dapat memetik hikmah dan manfaat berbagai referensi”
Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Media yang digunakan dalam membaca berupa media bahasa tulis. Membaca memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi kalangan pelajar.
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, baik mengeja atau melafalkan apa yang tertulis (KBBI, 2002:83). Membaca merupakan suatu proses menangkap atau memperoleh konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya, menginterpretasi, mengevaluasi konsep-konsep pengarang dan merefleksikan atau bertindak seperti yang dimaksud dalam konsep itu (Susanto, 2013).
Sementara itu menurut Bram dan Dickey (dalam Darmono, 2007:215) menyatakan bahwa membaca adalah kegiatan yang dilakukan berupa penerjemahan simbol atau huruf ke dalam kata dan kalimat yang memiliki makna bagi seseorang.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil simpulan bahwa membaca merupakan kegiatan yang bersifat aktif reseptif dengan cara memahami setiap isi dari apa yang tertulis dengan saksama.
Minat sering diartikan sebagai “interest”. Minat bisa dikelompokkan sebagai sikap (attitude) yang memiliki kecenderungan tertentu. Minat tidak bisa dikelompokkan sebagai pembawaan, tetapi sifatnya bisa diusahakan, dipelajari, dan dikembangkan.
Arthur J. Jones (dalam Supriyadi, 1986:73) menerangkan bahwa minat adalah perasaan suka (like) yang berhubungan dengan suatu reaksi terhadap sesuatu yang khusus atau situasi tertentu. Semenatra itu Crow and Crow (Supriyadi, 1986:74) menjelaskan bahwa minat menunjukkan kekuatan motivasi yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada orang, benda, atau kegiatan.
Dari beberapa pendapat di atas, sekiranya dapat diambil simpulan bahwa minat merupakan suatu dorongan atau keinginan apada seseorang untuk /menjadi merasa tertarik pada sesuatu yang ia sukai.
Sementara itu, minat baca merupakan dorongan yang kuat pada seseorang untuk membaca yang ditandai dengan menunjukkan ketertarikan pada berbagai lambang dan simbol.
Darmono (2007:214) menyatakan bahwa minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ditunjukkan dengan keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca.
Hal ini dikarenakan minat membaca merupakan salah satu faktor penting yang akan membantu anak untuk segera siap membaca.
Senada dengan pendapat Darmono, Abd. Rachman (1983:16) mengemukakan bahwa minat baca diartikan sebagai perwujudan perilaku baca murid yang disebabkan oleh faktor-faktor pendorong tertentu, baik oleh faktor internal maupun eksternal.
Sementata itu, Dallman dkk (1982 dalam Hadi Susanto, 2013) mengatakan bahwa minat membaca merupakan faktor terpenting dari kesiapan membaca anak untuk belajar membaca.
Minat membaca pada anak sangat beragam, ada yang ”ogah-ogahan” dan tidak peduli, ada pula yang sangat tertarik untuk membaca yang ditandai dengan tertarik dengan media cetak, menikmati saat menyimak sebuah cerita, mampu bercerita dengan baik, suka melihat-lihat gambar di buku, mampu menceritakan sesuatu dari gambar, dan meminjam buku dari sekolah untuk dibawa pulang.
Adapun jenis-jenis minat baca menurut Gage (dalam Abd. Rachman, 1983:10), yakni
- minat baca spontan, kegiatan membaca yang dilakukan atas kemauan, inisiatif pribadi murid sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain atau pihak luar dan
- minat baca terpola, kegiatan membaca yang dilakukan murid sebagai hasil atau akibat pengaruh langsung dan disengaja melalui serangkaian tindakan dan program yang terpola terutama kegiatan program belajar mengajar di sekolah.
Spodek (1978 dalam Hadi Susanto, 2013) menyatakan bahwa minat baca merupakan salah satu aspek dari kesiapan membaca, dengan berbagai indikator, di antaranya
- (a) menunjukkan ketertarikan pada berbagai lambang dan simbol, tertarik menyimak cerita,
- (b) mampu bercerita dan mengucapkan sajak atau puisi, suka melihat-lihat gambar dalam buku,
- (c) mempunyai rentang perhatian yang cukup untuk mengamati urutan gambar dalam buku,
- (d) menceritakan suatu cerita dari sebuah gambar,
- (e) meminjam buku untuk dibawa pulang atau membawa buku ke sekolah, dan
- (f) mencoba mengenali kata-kata tertentu dalam buku yang dikenalnya.
Lebih lanjut, Harris dan Liba (dalam Abd. Rachman, 1983:11) menyatakan bahwa minat baca dilihat atau dinilai dari:
- wujud pernyataan atau pengakuan siswa terhadap objek-objek tertentu dan
- wujud perilaku murid dalam membaca. Jadi, dapat simpulkan bahwa apabila bila seorang individu (siswa) sudah memiliki minat baca yang tinggi maka seorang individu (siswa) tersebut akan suka membaca bacaan apapun (baik bacaan yang bersifat pengetahuan umum maupun bersifat sebagai hiburan).
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
Minat yang dimiliki oleh setiap orang (pelajar) pastinya berbeda-beda, dengan kata lain tergantung pada masing-masing individu. Dalam hal ini, minat tersebut dengan minat terhadap membaca. Minat membaca tiap individu (siswa) tidaklah sama, ada pelajar yang suka dan hobi membaca dan ada pula yang tidak hobi membaca.
Namun, minat baca setiap orang (siswa) juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yang dikemukakan oleh Crow and Crow (dalam Supriyadi, 1986:75) menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi minat baca seseorang (pelajar), di antaranya
- (a) kondisi fisik,
- (b) kondisi mental,
- (c) status emosi, dan
- (d) lingkungan sosial.
Pertama, kondisi fisik. Kondisi fisik memang mejadi hal utama yang menjadi perhatian karena dengan kondisi fisik yang baik dan sehat, maka keadaan seseorang (siswa) akan stabil. Hal itulah yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap aktivitas yang ia lakukan, misalnya saja kegiatan membaca buku. Apabila kondisi fisiknya sehat, maka ia akan merasa senang dan suka untuk membaca.
Kedua, kondisi mental. Tak ubahnya kondisi fisik, kondisi mental seseorang (siswa) juga sangat berpengaruh terhadap aktivitasnya sehari-hari. Apabila mental seseorang sedang “down” (“jatuh”), maka pelajar tersebut tidak akan merespon dengan baik apa yang akan ia kerjakan, misanya saja membaca buku. Sebaliknya, jika mental pelajar tersebut “bagus”, maka ia akan merasa senang dan suka untuk melakukan kegiatan membaca.
Ketiga, status emosi. Tak ubahnya kondisi fisik dan mental, status emosi juga sangat berpengaruh terhadap kondisi tiap individu (siswa). Apabila kondisi emosinya stabil dan baik, maka ia kana senang dan ringan dalam melakukan kegaitan yang ia sukai, misalnya kegiatan membaca buku. Namun, apabila emosinya sedang labil, maka seorang pelajar tersebut juga enggan bahkan tidak mau untuk melakukan kegiatan apapun, tak terkecuali kegiatan membaca.
Keempat, lingkungan sosial. Lingkungan sosial setiap individu (siswa) pastinya berbeda-beda. Jika lingkungan sosial tempat individu (siswa) tinggal adalah lingkungan yang baik, dalam artian lingkungan masyarakat yang suka membaca, maka si pelajar tersebut secara tidak langsung pun akan mulai suka dengan membaca, padahal ia sebenarnya tidak hobi membaca. Namun, apabila lingkungan tempat tinggal si pelajar tidak “sehat”, dalam artian kondisi masyarakat yang “amburadul”, maka ia pun juga akan terpengaruh menjadi “amburadul” dan cenderung atau tidak mau melakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti kegiatan membaca.
Dari keempat faktor yang sudah disebutkan di atas, sekiranya dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik, mental, emosi, dan lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap setiap individu (siswa). Dengan kondisi fisik, mental, emosi, dan lingkungan sosial yang baik dan sehat, maka setiap individu (siswa) akan merasa senang melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan juga menambah wawasan pengetahuannya, seperti kegiatan membaca dan dari sinilah minta baca seseorang (siswa) akan “tumbuh”.
2.3 Pentingnya Membaca Bagi Siswa
Menumbuhkan minat baca pada anak (siswa) sangatlah penting karena membaca merupakan salah satu hal pokok yang bertujuan agar si anak (siswa) mendapat pengetahuan yang banyak dan bermanfaat.
Leonhardt (1997, dalam Hadi Susanto, 2013) menyatakan ada sepuluh alasan mengapa harus menumbuhkan minat baca pada anak, yaitu:
- anak-anak harus gemar membaca agar dapat membaca dengan baik,
- anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi,
- membaca akan memberikan wawasan yang lebih beragam sehingga belajar apa pun terasa lebih mudah,
- di tingkat SMU, hanya anak-anak yang gemar membaca yang unggul dalam berbagai pelajaran dan ujian,
- kemampuan membaca dapat mengatasi rasa tidak percaya diri anak terhadap kemampuan akademiknya karena akan mampu menyelesaikan tugas hanya dengan sedikit waktu,
- minat membaca akan memberikan beragam perspektif pada anak melalui beragam pandangan dari para penulis sehingga anak terbiasa memandang suatu masalah dari berbagai sisi,
- membaca membantu anak memiliki rasa kasih sayang karena anak akan menemukan beragam pola kehidupan dan cara menyelesaikan masalah tersebut secara wajar,
- anak yang gemar membaca dihadapkan pada dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan;
- anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka, dan
- kecintaan membaca adalah salah satu kebahagiaan utama dalam hidup karena membaca merupakan rekreasi jiwa.
Demikianlah beberapa alasan mengapa pentingnya membaca perlu ditumbuhkan sejak dini. Dengan membiasakan dan mengajarkan anak membaca sejak dini, maka secara tak langsung akan diperoleh manfaat dari membaca, di antaranya
- (a) dengan membaca buku bermutu, seseorang memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca,
- (b) dengan membaca orang lebih terbuka cakrawala pemikirannya, dan
- (c) melalui bacaan, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi (Putra, 2008:7).
2.4. Prinsip-Prinsip Membaca
Membaca merupakan proses berpikir yang kompleks, atau juga disebut sebagai kegiatan aktif reseptif. Hal ini terdiri dari sejumlah kegiatan mulai dari memahami kata-kata atau kalimat yang ditulis oleh penulis, menginterpretasikan konsep-konsep penulis serta menyimpulkannya.
Kemampuan membaca setiap orang berbeda-beda. Setiap orang memiliki kemampuan membaca sendiri-sendiri tergantung pada beberapa faktor, misalnya tingkatan kelas, kecerdasan, keadaan emosi, hubungan sosial seseorang, latar belakang pengalaman yang dimiliki, sikap, aspirasi, dan kebutuhan hidup seseorang.
Membaca harus menjadi pengalaman yang memuaskan dan menyenangkan. Seseorang akan senang jika telah berhasil mempelajari sesuatu dengan baik dan merasa puas atas hasil bacaannya. Kemahiran membaca perlu keahlian yang berkelanjutan.
Demi mewujudkan semua itu, maka seseorang perlu memiliki kemahiran membaca, ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan dalam membaca perlu diperhatikan sedini mungkin sejak seseorang pertama kali masuk sekolah.
Dawson dan Bamman (dalam Abd. Rachman, 1983:7-8) mengemukakan ada sembilan prinsip dalam membaca, di antaranya:
- Prinsip psikologis: Seorang murid dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya. Berdasarkan prinsip itu, dapat ditegaskan bahwa setiap murid memiliki kebutuhan dan kepentingan individual yang berbeda. Perbedaan itu berpengaruh terhadap pilihan dan minat baca setiap individu, sehingga setiap murid memilih buku sesuai dengan minatnya.
- Kegiatan dan kebiasaan membaca dinyatakan atau dianggap berhasil atau bermanfaat jika murid memperoleh kepuasan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, yaitu rasa aman, status dan kedudukan tertentu, kepuasan afektif. Kebutuhan itu berpengaruh terhadap pilihan dan minat baca masing-masing individu.
- Tersedianya sarana buku bacaan kehidupan keluarga atau rumah tangga merupakan salah satu faktor pendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca setiap individu murid.
- Jumlah dan ragam bacaan yang disenangi oleh oleh anggota keluarga juga berfungsi sebagai salah satu pendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca setiap murid. Atas dasar prinsip itu, dapat ditegaskan bahwa minat baca setiap murid dapat timbul karena kebiasaan dan kesenangan anggota keluarganya masing-masing.
- Tersedianya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan sempurna serta kemudahan proses peminjamannya merupakan faktor besar yang mendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca murid.
- Adanya program khusus kurikuler yang memberikan kesempatan murid membaca secara periodik di perpustakaan sekolah sangat mendorong perkembangan dan peningkatan minat baca murid. Dengan kata lain faktor kurikuler yang berwujud pelaksaaan program membaca secara teratur di perpustakaan.
- Saran-saran teman sekelas sebagai faktor eksternal dapat mendorong timbulnya minat baca murid. Prinsip itu menegaskan bahwa kegiatan belajar mengajar berupa tukar pengalaman, diskusi, dan sumbang saran yang dilakukan murid-murid dalam ruang kelas.
- Faktor guru berupa kemampuan mengelola kegiatan dan interaksi belajar mengajar, khususnya dalam program pengajaran membaca. Kejelian guru dalam memperhatikan perbedaan selera dan minat baca murid sangat mendorong pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mibat baca murid. Prinsip ini menegaskan bahwa kegiatan kurikuler merupakan faktor pendorong dalam pembinaan, pengembangan, dan peningkatan minat baca murid.
- Faktor jenis kelamin juga berfungsi sebagai pendorong perwujudan pemilihan buku bacaan dan minat baca murid. Prinsip ini menegaskan bahwa perbedaan jenis kelamin secara psikologis dan mendorong perwujudan selera dan minat baca murid.
2.5 Tujuan Membaca
Secara umum tujuan orang membaca adalah untuk mendapatkan suatu informasi (pengetahuan dan wawasan) baru. Namun, dalam kenyataannya terdapat tujuan khusus dari kegiatan membaca seperti yang diungkapkan oleh Darmono (2007:215), yaitu:
- membaca untuk tujuan kesenangan. Termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah, dan komik. Menurut David Eskey tujuan membaca semacam ini adalah reading for pleasure. Bacaan yang dijadikan objek kesenangan menurut David adalah sebagai “bacaan ringan”,
- membaca untuk meningkatkan pengetahuan seperti pada membaca buku-buku pelajaran, buku ilmu pengetahuan. Kegiatan membaca untuk meningkatkan pengetahuan disebut juga dengan reading for intelectual profit, dan
- membaca untuk melakukan suatu pekerjaan, misalnya para mekanik perlu membaca buku petunjuk dan ibu-ibu membaca booklet tentang resep masakan. Kegiatan semacam ini dinamakan dengan reading for work. Jadi, dari peryataan di atas sekiranya dapat diambil simpulan bahwa tujuan membaca sangat beragam tergantung dari jenis buku apa yang mau dibaca.
Hal berbeda tentang tujuan membaca dinyatakan oleh Heilman (dalam Abd. Rachman, dkk, 1983:9) menyatakan bahwa tujuan dan manfaat membaca antara lain:
- (a) menambah atau memperkaya diri dengan berbagai informasi tentang topik-topik yang menarik,
- (b) memahami dan menyadari kemajuan pribadinya sendiri,
- (c) membenahi atau meningkatkan pemahamannya tentang masyarakat dan dunia atau tempat yang dihuninya,
- (d) memperluas cakrawala wawasan atau pandanagn dengan jalan memahami orang-orang lain,
- (e) memahami lebih cermat dan lebih mendalam tentang kehidupan pribadi orang-orang besar atau terkenal dengan cara membaca biografinya, dan
- (f) menikmati dan ikut merasakan lika-liku pengalaman orang lain. Dari peryataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat membaca pada dasarnya terbagi atas
- (a) membaca untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dan
- (b) membaca untuk memperoleh kepuasan dan kenikmatan emosional.
2.6 Motivasi Internal dan Eksternal
Motivasi dalam membaca sangat penting karena kerap kali kegagalan dalam membaca disebabkan oleh rendahnya motivasi. Darmono (2007:217) minat dan kegemaran membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seseorang, termasuk anak-anak dalam usia sekolah. Minat baca dapat tumbuh dengan cara dibentuk.
Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan teori dorongan. Dorongan adalah daya motivasional yang mendorong lahirnya perilaku yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Dorongan yang dimaksud ialah motivasi. Dorongan-dorongan tersebut dapat muncul dari dalam diri orang tersebut atau dapat dirangsang dari luar.
Motivasi yang berasal dari dalam merupakan dorongan yang bersifat internal, sedangkan dorongan dari pihak lainnya bersifat eksternal.
Dawson dan Bamman (dalam Abd. Rachman, 1983:11) motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari inisiatif, kesadaran dan tujuan pribadi murid sendiri tanpa pengaruh pihak lain.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai hasil atau akibat adanya pengaruh pihak lain. Namun, dalam kenyataannya dorongan yang berasal dari dalam diri seorang anak (motivasi internal) masih tergolong rendah.
Hal tersebut dibuktikan dengan kondisi anak didik saat ini umumnya kurang menyenangi buku, minat baca tidak menonjol, dan mereka lebih suka menonton televisi, dan jika mencari bahan rujukan untuk tugas mereka lebih memilih mencari lewat internet, dengan pertimbangan lebih cepat dan efisien.
Padahal sumber rujukan dari internet belum tentu kebenarannya. Membaca hanya dilakukan terbatas pada buku-buku pelajaran pokok yang digunakan di sekolah. Itu pun dilakukan ada kesan “terpaksa” karena akan diadakan ulangan atau karena guru memberi pekerjaan rumah. Ketekunan membaca hanya dimiliki beberapa orang anak saja di sekolah. Akibatnya pengetahuan anak sangat terbatas, penguasaan bahasa menjadi lambat bahkan kemampuan menangkap isi bacaan juga rendah.
Adapun dorongan atau motivasi dari luar (eksternal) yang justru biasanya lebih cenderung berpengaruh besar terhadap minat baca seorang anak. Dorongan eksternal tersebut biasanya berasal dari guru.
Peran guru disini bukan hanya sekadar mendidik saja, melainkan juga harus memberikan motivasi pada anak didiknya, terutama dalam hal menumbuhkan minat baca anak didiknya. Melihat pernyataan sebelumnya, terlihat jelas bahwa motivasi dari dalam diri (internal) seorang anak didik masih terbilang sangat kurang (belum ada kemauan yang tinggi) terhadap membaca.
Hal inilah yang menyebabkan pengetahuan mereka (yang belum mempunyai minat baca tinggi) sedikit jika dibandingkan dengan anak yang mempunyai kegemaran membaca. Semoga dengan adanya motivasi eksternal (motivasi dari guru) anak didik dapat meningkatkan minatnya dalam membaca, sehingga mereka tidak akan tertinggal dan pengetahuan mereka juga semakin baik.
Sehubungan dengan pernyataan di atas, yang menyatakan harus ada dorongan/motivasi dari dalam dan dari luar (internal dan eksternal), demi mewujudkan minat baca yang tinggi pada siswa. Berkenaan dengan hal itu, maka harus ada langkah pengembangan minat baca yang harus ditempuh.
Langkah untuk pengembangan minat baca dapat dinamakan dengan strategi pengembangan. Darmono (2007:219) menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga dimensi pengembangan minat dan kegemaran membaca yang perlu dipertimbangkan, sebagai berikut:
No. | Dimensi | Strategi Pengembangan | Motivator |
Edukatif Pedagogik
|