Banyak potensi yang dimiliki masyarakat di Kabupaten Kampar yang belum dikembangkan secara maksimal, baik itu potensi kuliner, potensi alam dan pengrajin batik dan tenun songket.
Perjalanan cukup jauh, kurang lebih 1,5 jam, Kamis (28/2) Ketua TP PKK Kecamatan Tapung, Ricana Hambali, mengunjungi sekaligus memberikan pembinaan, pengarahan kepada kelompok pengrajin Tenun Songket di Desa Pagaruyung bersama tutor tenun, Zaitun dari Dekranasda Kabupaten Kampar.
“Saya sudah menemui Ketua TP PKK Kabupaten Kampar, Hj Eva Yuliana SE menyampaikan tentang potensi yang dimiliki warga Kecamatan Tapung khususnya di Desa Pagaruyung yang memiliki potensi luar biasa, dalam menenun kain songket bermotifkan candi muara takus sebagai icon yang sangat dikenal di nuasantara ini, “ kata Ricana Hambali.
“Ketua TP PKK Kampar sangat bangga dan menyambut baik atas potensi tersebut, bahkan ia akan memberikan motivasi agar karya seni tenun songket itu dapat berkembang dengan baik, bahkan ibu Eva akan meninjau, melakukan pembinaan dan pengarahan secara langsung, untuk mengetahui apa yang menjadi kendala dan membuka peluang untuk pengembangan hasil kerajinan dari penenun ini, “ ujarnya.
Para pengrajin ini, kata Ricana telah belajar sendiri dengan salah satunya yakni eks pengurus Dekranasda Provinsi, diteruskan belajar dengan ibu Roro sekaligus memasarkan hasil tenun dari pengrajin yang telah diajarinya itu.
Di Desa Pagaruyung itu, ditemui 4 orang pengrajin, yakni Jumiati (37), Kamisa (42), Ruliya (41), Nurani (28), kesemuanya telah memiliki mesin ATBM (Alat Tenin Bukan Mesin) yang didapat dari hasil upah tenun yang sebelumnya bekerja dengan salah seorang pengrajin yang sudah mahir yakni Roro.
Ricana menyampaikan, bahwa setelah mendapatkan ilmu tenun yang cukup mahir ini, para penenun di Desa Pagaruyung ini sudah belajar Mandiri, sudah memiliki mesin masing-masing, namun masih menemui kendala terhadap pemasaran, “Kendala bagi penenun ini adalah pemasaran, mereka masih menerima orderan dari tangan yang lain, bukan dari pelanggan mereka sendiri, “ ujarnya.
Zaitun, pengrajin dari Dekranasda ini turut memberikan motivasi agar para penenun ini bersemangat meneruskan pekerjaan sebagai Penenun Songket hingga dapat membawa nama baik Kabupaten Kampar.
Ia menyampaikan bahwa, motif pertama untuk tenun bermotif candi muara takus ini, merupakan ide cemerlang dari Ketua TP PKK Kabupaten Kampar, Hj Eva Yuliana, bahkan saya sendiri sudah membuat contoh kaim tenun songket bermotif candi muara takus seperti yang diinginkan oleh ibu Eva, ujarnya.
Jumiati yang ditunjuk sebagai Ketua Kelompok menyampaikan, bahwa mereka telah memulai usaha tenun ini secara mandiri sejak tahun 2010, “Di Desa Pagaruyung ini yang masih aktif dan memiliki mesin sendiri sebanyak 15 orang, sebelumnya berjumlah 20 penenun, “ terangnya.
Sebelumnya tahun 2006, mereka masih belajar dan menerima upah per lembarnya Rp200 ribu, namun sekarang, “Alhamdulillah kami sudah mendapatkan hasil yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, berkisar Rp1juta, katanya.
Kami mengawali belajar menenun dengan Buk Hera dan Pak Karso dari Dekranasda Provinsi Riau, mereka membuka gudang sendiri di desa ini, namun perkembangan selanjutnya, pak Karso sudah tidak lagi menjalankan usaha tersebut, dilanjutkan lagi oleh Ibu Era dan sekarang ibu Roro, ujar Jumiati yang dibenarkan tiga pengrajin lainnya.
Modal usaha ini cukup tinggi, untuk sepasang pakaian Mama Papa membutuhkan modal Rp710 ribu, dijual Rp 1 juta, modalnya untuk benang emas Rp160 ribu, lusi (benang utama) rp100 ribu, benang pakan Rp100 ribu, dan upah Rp350 ribu untuk sepasang kain. (netty